Friday, 13 October 2017
Kisruh Trasportasi Online dan Konvensional di Bandung Bikin Warga “Susah”
BANDUNG – Sampai dengan Rabu (11/10/2017), hanya sedikit angkutan kota yang beroperasi di jalanan Bandung. Pun demikian dengan para pengemudi transportasi online (baik motor/mobil). Mereka enggan ‘narik’ lantaran takut terkena sweeping oknum sopir angkot.
“Saya nunggu di kawasan Wastukencana sejak pukul 11.00 WIB sampai 13.00 WIB. Lama sekali tidak ada angkot yang lewat. Ada satu lewat, tapi sudah penuh penumpang. Terpaksa nunggu lagi, Kalau begini kita jadi susah,” ucap Dian Fitri, (28), yang bekerja sebagai tenaga marketing.
Warga asal Kiaracondong itu mengaku terpaksa terlambat ke tempat kerja karena tidak ada angkot yang dapat ditumpanginya. Selama dua jam lebih menunggu angkot, Dian pun mencoba memesan transportasi online (taksi online).
Namun, lagi-lagi tidak ada respon dari pengendara atau perusahaan berbasis aplikasi itu.
“Sudah dicoba beberapa kali, tidak ada respon. Malahan sopir online balik nelpon, katanya takut beroperasi, khawatir bertemu dengan sopir konvensional,” tutur Dian menirukan sopir taxsi online.
Akibat kejadian itu Dian memutuskan berjalan kaki dari Wastukencana menuju Jalan Sumatera. Informasi yang ia dapat, di kawasan tersebut masih ada angkot yang beroperasi. Namun, sesampainya di lokasi ia tetap harus menunggu kembali.
“Angkot-nya pada berhenti. Sekali ada angkot lewat harus berebut dan berdesakan dengan penumpang lain,” kesal Dian.
Kekesalan Dian tidak sampai disitu, sesampainya di kawasan Kiaracondong ia harus membayar ongkos lebih mahal tidak seperti hari-hari biasa.
“Biasanya Rp 4.000 jadi Rp 5.000. Kata sopirnya itu harga normal,” imbuhnya.
Dian meminta pemerintah segera mengambil kebijakan ihwal polemik antara taxsi online dan konvesional. Ia memandang, khususnya pengusaha angkot konvensional jangan mengambil keuntungan melainkan memberi inovasi terhadap moda trasnpotasi umum untuk menjadi pesaing taxsi online.
“Tampilkan inovasi lain misalnya mempercantik kendaraan, berikan kenyamanan bagi penumpang dan jangan ngetem, toh’ rezeki sudah ada yang mengatur,” tandasnya.
Hal senada disampaikan Rahmat Prakosa (32), yang mengaku harus terlambat pulang ke rumah karena kesulitan mendapat angkot. Sama seperti Dian, warga asal Antapani itu mengaku harus menunggu lama untuk mendapat tumpangan angkot.
“Saya sempat menelepon ojek online, tapi katanya gak bisa narik. Serba salah jadinya, yang ini mogok, yang ini gak bisa, yang rugi ya warga seperti kita ini. Saya berharap masalah ini cepat selesai,” ujarnya.
(arh)
sumber:pojoksatu.id
0 komentar:
Post a Comment