“Ahli IT dan ahli Antropometri akan kita datangkan,” kata Kompol Kholis Putu Aryana saat dikonfirmasi, Jumat (27/10/17). Saksi ahli IT didatangkan untuk melihat dan melacak penyebar video porno yang diperagakan oleh alumni mahasiswa ternama di Indonesia, sedangkan saksi ahli Antropometri didatangkan untuk mencocokan wajah dan tubuh didalam video tersebut. Selain itu, polisi tengah menelusuri identitas pria dalam video tersebut. Ia diduga merupakan mahasiswa salah satu Universitas di Bandung.
“Ada informasi bahwa dia mahasiswa perguruan tinggi negeri di Bandung,” ujar Putu. Sementara, polisi sudah menemukan identitas awal pemeran perempuan dalam video porno itu, ia diduga merupakan mahasiswa alumni UI tahun 2017.
Namun, saat ini pihak kepolisian masih mencari keberadaan perempuan yang diduga berinisial HA. “Tim masih mencari keberadaannya,” ungkapnya.
Nantinya, kedua orang tersebut akan dikonfirmasi terkait tersebarnya video porno itu–apa alasan dan mengapa bisa tersebar. “Bisa saja ada yang sakit hati ke mereka, atau salah satunya sehingga menyebarkan video itu. Jadi belum tentu keduanya menyebarkan,” jelas Putu.
Video Hanna Anisa yang viral masih menjadi perbincangan hingga saat ini. Satu pertanyaan besar yang belum terjawab sampai sekarang, siapa sebenarnya orang yang menyebarkan adegan ranjang itu ke jagat maya pertama kali?
Pakar Informasi Teknologi (IT) Nathan Gusti Ryan telah menganalisis metadata video tersebut. Hal yang bisa dicari adalah format, frame, bit rate dan media pengambilan video itu sendiri.
“Dari format, frame, dan bit rate mengindikasikan file yang tersebar itu hasil editing atau olahan lebih lanjut,” tutur Nathan, Jumat (27/10/17).
Nathan melanjutkan, video yang tersebar tersebut berformat MP4. Dari analisis metadata, kualitas dan kondisi pengambilan gambar, Nathan menyatakan bahwa video itu direkam dengan handycam portable.
“Kalau handycam keluaran terbaru bisa menghasilkan video berformat MP4. Jadi, video itu dibuat dalam waktu dekat ini sebelum tersebar luas,” ungkap pria asal Jember tersebut.
Keyakinan Nathan bahwa adegan itu direkam dengan handycam portable terlihat pada menit ke 1:21 dan 4:45. Pada adegan tersebut terlihat tangan cowok yang berhubungan intim dengan Hanna, mengambil kamera dengan mudah. “Jika direkam dengan handphone ditambah mini tripod, si cowok tidak akan semudah itu meraihnya,” papar Nathan.
Dari sana, Nathan juga berkeyakinan bahwa si cowok terlihat sangat senang dan seperti sudah terbiasa dalam pengambilan gambar. “Tampak perannya (si cowok) saat memegang kamera.
Selanjutnya video itu ditarik ke komputer kemudian di-edit oleh dia,” sebut Nathan yang juga founder komunitas underground Gerandong Team White Hacker tersebut.
“Dari berbagai kasus penyebaran video porno, biasanya cenderung si cowok yang berperan aktif sebagai penyebar video,” lanjutnya. Namun, Nathan menyebut bahwa dirinya perlu menggarisi satu hal pada kasus video Hanna ini.
Dia menyebut bahwa fenomena perkembangan internet saat ini benar-benar cepat, mudah. Untuk mendapat video itu saja, penjelajah dunia maya cuma butuh waktu sekitar 5 menit. Video tersebut juga beredar dengan cepat melalui grup-grup WhatsApp.
“Dari WA, video itu tersimpan pada memory gadget yang selanjutnya bisa dikirimkan kepada siapa saja dengan mudah dan cepat pula,” tandas Nathan.
Nathan mengimbau agar dari kasus ini masyarakat bisa lebih bijak lagi dalam menggunakan gadget, terutama untuk pengambilan foto dan video yang berbau porno. Jangan sampai menyesal setelah foto atau video porno tersebut menyebar kemana-mana.
(radar depok/cr5/did/ce1/JPC)
sumber:pojoksatu.id
0 komentar:
Post a Comment