Banner 1

Wednesday 25 October 2017

Bogor Luncurkan Mushaf Alquran Standar Indonesia


Menteri Agama (Kemenag) Lukman Hakim Syaifuddin meluncurkan Mushaf Alquran Standar Indonesia dan terjemahannya di Unit Percetakan Alquran (UPQ), Kementerian Agama, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, selasa (24/10/17).

“Ini cara bagaimana kita sebagai bangsa dengan jumlah umat muslim terbesar ini memiliki standar bagaimana mushaf Alquran di Indonesia,” kata Lukman.

Dijelaskannya, Alquran yang diproduksi melalui proses kitabah atau tulisan hingga rosaf. Ini dilakukan untuk menghindari kesalahan. Di samping itu, kata Lukman, setiap perusahaan yang memprodukai Alquran harus mendapatkan izin dari lembaga Pentashihan Mushaf Kemang.

Lembaga itu mentashih melihat menguji, verifikasi, menfalidasi setiap ayat kata dan huruf quran yang akan dicetak. “Ini membutuhkan kecermatan ketelitian yang luar biasa karena tidak boleh terjadi kesalahan dalam kitab suci,” ujarnya.

Lukman menyebut dalam kurun waktu dua tahun pihaknya akan terus meningkatkan produksi Alquran. Salah satunya melalui peningkatan alat proses pencetakan UPQ dengan memperbaharui mesin otomatis jahit sampai mencetak cover.

“Dua tahun ini melengkapi mesin. Tahun kemarin 35 ribu Alquran, tahun ini 120 ribu, dan tahun 2018 nanti kita tambah 400 ribu,” jelasnya. Sedangkan terjemahaannya terus ditinjau Kemenag demi menjaga kemurnian Alquran. “Tidak setiap tahun. Ada masa, Kemenag melihat kembali terjemahan Alquran,” sambungnya.

Sementara itu Kepala UPQ KH M. Fakhruddin, menjelaskan, sejak 2016 seluruh lelang Alquran berpusat di UPQ.  Hanya diakuinya, terdapat kendala oplah yang  dikit.  “Peningkatan oplah ini tergantung mesin. Jadi kita dalam dua tahun berusaha melengkapi mesin,” kata Fakhruddin.

Alquran Kemenag sendiri, lanjut Fakhruddin, bakal didistribusikan di seluruh Kanwil, majelis taklim, madrasah, pesantren, dan institusi agama se-Indonesia. Pencetakan sendiri mengunakan kertas khusus.  “Qpp namanya, quranic paper, yang produksi hanya ada dua di Indonesia,” imbuhnya.

Bedanya dengan percetakan lain, lanjut dia, UPQ melalui tujuh tahapan. Sebelum dan setelah diperiksa kembali. Tahapan paling penting adalah isi sehingga jangan sampai ada salah walau hanya satu huruf.

“Kemudian  diperiksa oleh lajnah,  baru setelah itu lalu dimasukan ke komputer, setelah masuk di komputer kita periksa lagi, yang kelima menjadi klise atau lempengan, kemudian kita taruh di mesin cetak,” jelasnya.

Usai dicetak, Alquran diperiksa kembali sebelum dijaih dan dipasangi cover buku. Di UPQ sendiri ada 10 orang hafiz hafal Alquran. “Bisa tiga ribu Alquran sehari, ngecek lembar perlembar, huruf per huruf, jadi berulang ulang. UPQ ini satu-satunya milik pemerintah,” katanya.



sumber:pojoksatu.id

0 komentar:

Post a Comment