Banner 1

Tuesday, 10 October 2017

Seru… Ratusan Warga Ikuti Ritual Hajat Perang Tomat di Bandung Barat


BANDUNG BARAT – Ratusan warga kampung Cikareumbi Desa Cikidang Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat, tumpah ruah turun mengikuti perang tomat busuk di semua sudut jalan di kampung itu, Minggu (08/10/2017)

Sekitar satu ton tomat afkiran alias tomat yang mulai busuk dan tidak laku dijual itu langsung tandas dalam waktu 15 menit saja. Warga pun bersorak, baju peserta perang tomat belepotan dan jalan pun memerah. Awalnya kedua kubu saling melempar tomat dari jarak jauh. Lama-lama mereka saling mendekat.

Perang tomat yang sering kita lihat di Spanyol inilah yang sangat ditunggu warga. Perang tomat ini menjadi ritual Hajat Buruan yang diakhiri dengan Rempug Tarung Adu Tomat di Kampung Cikareumbi, Desa Cikidang, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

“Tradisi ini sudah berlangsung turun-temurun dari leluhur kami,” kata Abah Oyot, sesepuh warga setempat.

Sebelum prosesi perang tomat dimulai, para tetua adat dan warga menggelar upacara di mata air di Gunung Hejo, upacara hasil bumi. Mengambil air di mata air itu dan menuangkannya ke dalam teko, bejana, hingga botol plastik. Para tetua adat mendaraskan doa-doa keselamatan bumi. Lalu ada arak-arakan jampana, mengarak hasil bumi seperti sayur-mayur dan padi dengan hasil bumi sendiri. Ratusan warga mengiringi arak-arakan yang dimeriahkan juga oleh aksi kesenian badawang dan sisingaan.

Petani setempat, Marna (60), mengatakan perang tomat yang merupakan tradisi leluhur dilakukan karena hasil panen yang melimpah. Harga yang jatuh dari Rp 8000 per kilogram saat panen bisa Rp 1000 per kilogram.

“Jadi mending tomat yang harganya anjlok itu kita pakai untuk merayakan tradisi perang tomat dan menjaga kebersamaan di antara petani,” ujarnya.

Seniman dan budayawan Mas Nanu Muda mengatakan, perang tomat menjadi bentuk pengembangan dari tradisi Hajat Buruan yang baru berjalan sejak dua tahun terakhir. Kini perang tomat menjadi ciri dari prosesi Hajat Buruan di Cikidang.

“Ritual perang tomat seperti halnya prosesi sedekah bumi merupakan bentuk rasa syukur masyarakat agraris di Indonesia, khususnya di Jawa, yang terkait dengan panen melimbah dan tanah yang subur,” ujarnya.

Tidak kurang dari 2 ton tomat sudah disediakan untuk ‘perag tersebut.

“Seusai acara, warga secara bergotong royong membersihkan tomat yang berserakan di jalanan lalu mereka saling bersalaman, tidak ada rasa dendam, semuanya bersuka cita setelah acara, ” tutur Mas Nanu.
Perang tomat dilakukan sejak enam tahun lalu ketika harga tomat pernah anjlok sampai Rp 200/kg. Karena sayang jika dibuang, akhirnya warga menggagas mengadakan perang tomat. Tomat yang digunakan pun adalah tomat busuk. Hal itu sebagai simbol untuk melempar sifat kejelekan yang ada di tubuh manusia.

“Ibaratnya seperti lempar jumroh yang dilakukan oleh jemaah haji di Tanah Suci yang sama-sama bertujuan mensucikan diri dari segala sifat buruk. Tapi yang ini dilakukan di Cikareumbi,” jelas Mas Nanu.
(bie)


sumber:pojoksatu.id

0 komentar:

Post a Comment