Tuesday, 10 October 2017
Duh… Baros International Animation Festival Belum Mampu Tarik Investor
CIMAHI – Lima kali digelar, Baros International Animation Festival (BIAF) tak mampu menarik investor. Bahkan untuk menggerakan roda perekonomian pun, event berskala Internasional itu tidak maksimal.
Program yang digadang-gadang mampu mendongkrak popularitas daerah dengan segala tekhnologinya tersebut, sepertinya tidak sesuai harapan.
Anggota Komisi II DPRD Kota Cimahi, Acep Jamaludin, mengatakan, sejak awal pelaksanaanya BIAF selalu menggunakan fasilitas serta dana dari APBD Kota Cimahi.
Menurutnya, anggaran BIAF itu angkanya mencapai miliaran rupiah, namun pihak Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP), tidak bisa menyebutkan berapa anggaran yang dikeluarkan untuk mendukung kegiatan tersebut.
“Setelah kami melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan BIAF, dalam evalusai tersebut pihak Komisi II tidak pernah menemukan laporan satu dokumen pun yang menerangkan dari animasi sudah ada investasi di Cimahi,” ungkapnya.
Dia menambahkan, hingga saat ini pelaksanaan BIAF belum dapat menarik investor secara signifikan. Dengan demikian, pihaknya pun mengusulkan untuk anggaran BIAF di Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) kedapan, digeser untuk memfasilitasi dan mempromosikan sektor usaha lain.
“Saya menyesalkan, hingga sekarang BPMPTSP tidak bisa menunjukan data, namun hanya sebatas klaim orang saja dengan alasan komunitasnya tidak menyampaikan laporan secara tertulis,” ucapnya.
Kepala Bidang Penanaman Modal, DPMPTSP, Nila Lies Setiawati, mengakui jika sektor animasi belum mampu memberikan pemasukan bagi pendapatan asli daerah (PAD) Kota Cimahi.
“Kalau secara kasat mata memang belum ada pemasukan yang signifikan. Tapi ini akan terus dikembangkan. Animasi ini kita jadikan motor penggerak untuk mendorong klaster yang lain,” katanya.
Menjaring investor itu, kata dia, membutuhkan proses yang panjang hingga dapat menyakinkan inverstor berinvestasi di Kota Cimahi. Seingat dia, nilai investasi tertinggi dari sektor animasi baru mencapai Rp 15 Miliar pada tahun 2015.
“Investasi itu perlu proses, tidak bisa satu dua tahun,” ucapnya.
Ketua komunitas Cimahi Creative Assosiation (CCA) Rudi Suteja, mengatakan, jika pemerintah serius membangun ekosistem dan para pelaku bisnis animasinya sudah mandiri, roda ekonomi akan bergerak dengan sendirinya.
“Kalau mereka sudah mandiri, dampak dari animasinya akan banyak. Nantinya daerah kita dikunjungi orang dari luar Cimahi dan otomatis pariwisata Cimahi akan berkembang, hanyakan kita perlu support yang lain juga,” terangnya.
Gelaran BIAF yang tiap tahun digelar Pemerintah, menurutnya, masih terlalu kecil dan belum bisa dirasakan manfaatnya bagi pembangunan ekonomi Cimahi dari sektor animasi.
“Sampai saat ini para pelaku bisnis animasi di Indonesia masih egois dengan tidak memperhatikan kebutuhan pasar animasi di luar negeri. hal itu akan menjadi bahan evaluasi, apakah film animasi kita sudah sesuai dengan kebutuhan atau belum.
“Kalau tidak sesuai, tidak ada artinya. Adalakanya orang kita itu egois, membuat film yang bukan kebutuhan pasar tapi inginnya di pasarkan di luar. Ini yang menjadi masalah. Kalau di negara lain tidak seperti itu, justru mereka ikut perkembangan pasar,” tandasnya.
(gat)
sumber:pojoksatu.id
0 komentar:
Post a Comment