Banner 1

Tuesday 28 November 2017

Akibat Banjir Pelaku UMKM di Kabupaten Bandung Rugi Puluhan Miliar


SOREANG – Banjir Kabupaten Bandung menyebabkan kerugian bagi para pelaku Usaha Mikro Kecil Mengengah (UMKM) hingga puluhan miliar. Banyak aktivitas UMKM masih digenangi banjir tak bisa beroperasi.

Ketua Bidang UMKM Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kabupaten Bandung, Yus Hermasyah mengatakan, banjir yang merendam beberapa daerah di Kabupaten Bandung ini menyebabkan lumpuhnya perekonomian rakyat atau UMKM.

Diperkirakan, kerugian dari banjir itu mencapai puluhan miliar rupiah. Perkiraan ini dilihat dari beberapa sektor real, seperti pasar tradisional yang lumpuh di Baleendah, Dayeuhkolot, Rancaekek dan beberapa pasar lainnya.

Selain itu, banyak juga industri rumahan yang tak beroperasi, bahkan mengalami kerugian akibat alat produksi dan bahan baku miliknya rusah terendam air.

“Seperti di pasar tradisional di Baleendah dan Dayeuhkolot para pedagang tak bisa jualan. Karena memang selain pasarnya terendam konsumen juga enggak ada yang datang, akhirnya dagangan mereka busuk.

Produsen UMKM seperti konveksi pakaian jadi dikawasan Cicalengka yang berbatasan Rancaekek, disana yang saya tahu saja ada sekitar 800 an usaha konveksi yang mesin jahit dan kain bahan bakunya rusak teremdam air,” kata Yus, Kamis (23/11/17).

Dampak tak beroperasinya kegiatan usaha masyarakat itu, lanjut Yus, tak hanya merugikan para pemilik usahanya saja. Melainkan juga berdampak kepada para pekerja serta pihak lain yang saling berkaitan dengan suatu jenis usaha, seperti suplayer bahan baku, pemasaran, transportasi dan lainnya.

Jadi memang, banjir di Kabupaten Bandung ini berdampak kerugian kepada UMKM serta berbagai jenis usaha dalam skala mengengah dan besar.

Selain itu, kata Yus, usaha pertanian dan peternakan rakyat pun turut merugi. Sawah yang baru memasuki musim tanam tergenang air dan tanamannya rusak. Sedangkan untuk peternakan, berdasarkan informasi yang diterimanya, banyak ternak domba milik warga yang hanyut dan mati. Hal ini tentu saja menimbulkan kerugian bagi para petani dan peternak yang merupakan bagian dari pelaku UMKM.

“Masalah ini yang harus dipikirkan oleh pemerintah Bandung. Untuk segera mencari jalan keluar yang komprehensif dan bersifat permanen. Karena banjir yang terus berulang ini merugikan banyak pihak,” katanya.

Aa Suherman (55) salah seorang pedagang kue kering di Pasar Dayeuhkolot membenarkan. Jika banjir yang merendam kawasan Dayeuhkolot dan sekitarnya itu, telah melumpuhkan usahanya.

Karena memang, sejak dua pekan terakhir banjir mengepung daerah itu, otomatis aktivitas pasar terhenti. Meski sebenarnya mereka tetap buka namun masyarakat atau konsumen enggan datang ke pasar. Genangan air setinggi kurang lebih 40 sentimeter menjadi penyebabnya.

“Saya tetap buka tiap hari, cuma yah begini saja sepi enggak ada pembeli. Yah karena dimana mana banjir, orang enggak ada yang belanja. Semenjak banjir, omzet saya turun hingga 90 persen lebih,” ujarnya.

Meskipun terbilang sepi pembeli, namun Aa mengaku tetap membuka kios miliknya. Karena ia khawatir barang dagangan berupa kue kue kering kiloan yang terlanjur dibelinya dari suplayer menjadi apek sehingga tak bisa dikonsumsi. Selain itu, ia juga terpaksa tetap berdagang karena memang itu mata pencaharian satu satunya.

“Yah ini mah mencoba peruntungan saja. Namanya juga ikhtiar, soalnya kalau enggak jualan kerugian saya bisa semakin besar,” tandasnya.
(RBD/apt/pojokjabar)


Sumber:pojoksatu.id

0 komentar:

Post a Comment