Banner 1

Tuesday, 10 October 2017

Rama Pelajar SD yang Dipukuli di Terminal Laladon, Walikelas Bantah Korban Babak Belur



Untuk memastikan telah terjadinya kasus kekerasan terhadap anak akhirnya pihak sekolah buka suara terkait kasus yang menimpa muridnya siswa kelas 6 SD, R, yang terjadi di terminal Laladon, Juma’t (6/10/2017).

Muhammad Meriamjiansyah (Rama) kelas 6 SDN Polisi 5 mengalami kekerasan dari warga pada Selasa lalu (3/10/2017).

“Pulang sekolah bersama temannya naik angkot 02 ke arah Laladon. Di tengah jalan mereka diajak ngobrol sama pengamen bertato bergaya punk. Dan sempat dikasih permen sama pengamen terus mereka turun di Laladon. Singkat cerita, entah terhipnotis atau dibawah tekanan pengamen, Rama dan satu anak Iainnya disuruh beli rokok sebungkus menggunakan uang mainan. Rama diteriaki maling oleh pemilik warung dan sempat digebuki/dianiaya orang2 sekitar warung. Rama diseret dan diacungi golok. Sedangkan para pengamen, setelah berhasil mendapatkan rokok, mereka kabur.”

Begitu pesan berantai yang beredar mengenaik kasus yang menimpa R.

Wali kelas 6 SD Polisi 5 Joko Hadiarso akhirnya angkat bicara. Ia menuturkan bahwa ia ingin mengklarifikasi kasus tersebut, karena yang tersebar di medsos disebut Rama mengalami kekerasan hingga babak belur.“Karena melihat dari share itu jadi saya mau luruskan untuk masalah babak belur itu sebenarnya tidak babak belur itu hanya bekas tamparan,” ujarnya kepada awak media.

Ia melanjutkan, sejak tadi pagi polisi sudah datang ke SDN Polisi 5 untuk memastikan kebenaran kasus tersebut.

“Tadi polisi sudah datang kesini untuk memastikan kebenarannya, apakah hoax atau tidak,” ujarnya.

Ia melanjutkan, hingga kini korban mengalami tekanan psikis dan pihak keluarga juga sedang mendatangi kepolisian dan KPAI di Kota Bogor.

“Anaknya mengalami tekanan psikis, hingga tidak berani untuk ke kamar mandi. Hari ini juga keluarga akan mendatangi KPAI,” tandasnya

Indikasinya, kata Joko, tolong bersihkan juga anak punk tersebut, itulah yang diharapkan orang tua korban.

“Harapan orang tua itu sebenarnya ingin membersihkan anak-anak punk yang sudah banyak meresahkan, sehingga membuat anaknya trauma,” pungkasnya.



sumber:pojoksatu.id

0 komentar:

Post a Comment