Banner 1

Monday 23 October 2017

Pilgub Jabar 2018, Katanya Ridwan Kamil Lebih Baik dengan PPP


BANDUNG – Langkah Deddy Mizwar yang melakukan safari politik ke Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Senin (16/10/2017) dinilai akan merugikan dirinya jelang Pemilihan Gubernur Jawa Barat 2018.

Komunikasi yang dibangun dengan partai tersebut akan menggerus suara dan simpati warga Jawa Barat yang terkenal agamis dan pemilih tradisional.

Hal ini diungkapkan pakar politik dan pemerintah Universitas Padjajaran Bandung, Firman Manan, saat dikonfirmasi di Bandung, Jumat (20/10/2017).

Firman menjelaskan, langkah Deddy itu cukup mengejutkan karena dilakukan dengan partai yang berbeda garis ideologi.

Padahal, selama ini Deddy sudah identik sebagai kandidat yang berlatar belakang agamis. Citra inipun diperkuat oleh kedekatan Deddy dengan Partai Keadilan Sejahtera yang juga memiliki basis pemilih agamis.

“Demiz (Deddy Mizwar) mempresentasikan religius, makanya diusung PKS. Tapi kenapa datang ke PDI Perjuangan yang garis ideologi nasionalis,” kata Firman.

Dia menegaskan, hal ini akan merugikan Wakil Gubernur tersebut karena akan mengubah persepsi di masyarakat. Selain dianggap religi, selama ini Deddy pun dinilai sebagai kandidat yang tidak pragmatis karena sikapnya yang memilih untuk menunggu dibanding aktif mendatangi partai.

“Dengan begini, akan mengubah persepsi, jadi yang mencari-cari dukungan, inkonsistensi. Ini bisa kontraproduktif,” katanya.

Seharusnya, tambah dia, Deddy mendatangi partai yang memiliki kesamaan ideologi dengannya seperti PKS.

“Atau, seharusnya membangun politik dengan partai pengusung awal, Gerindra. Itu harusnya dicairkan, dibanding mencari dukungan ke partai lain yang berbeda garis ideologi,” katanya.

Dengan kondisi saat ini, Firman menilai pesaing Deddy pada Pilgub Jawa Barat 2018 akan diuntungkan.

“Dengan posisi ini, bisa mengubah. Ya sebetulnya merugikan pribadi Demiz,” katanya.

Salah satunya, Ridwan Kamil (Emil) akan diuntungkan oleh sikap inkonsistensi Deddy tersebut.

“Secara teori, ketika seorang kandidat melakukan langkah politik yang bisa menimbuilkan sentimen negatif, kompetitor bisa diuntungkan, salah satunya Kang Emil,” katanya.

Oleh karena itu, dia mengimbau Ridwan Kamil agar tidak melakukan langkah politik yang bersifat kontraproduktif seperti yang dijalani Deddy. Salah satunya dengan tidak salah dalam memilih wakil gubernur yang akan dipasangkan dengannya.

“Saya melihat ada nilai plus jika Kang Emil didampingi figur yang merepresentasikan kelompok religi,” katanya.

Jika melihat nama-nama yang muncul, menurutnya figur yang tepat disandingkan dengan Ridwan Kamil ada pada kader Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang sudah resmi mengusung, dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) meski belum menyatakan dukungan.

Hingga saat ini, Firman tidak melihat adanya sosok agamis pada kader Partai Golongan Karya yang juga dikabarkan akan mengusung Emil. Kader Golkar yang muncul seperti Dedi Mulyadi dan Daniel Muttaqien tidak merepresentasikan kelompok agamis.

“Jadi daripada dengan Golkar, lebih baik PPP. Kecuali kalau Golkar bisa memunculkan sosok agamis. Tapi di internal Golkar belum ada sosok agamis,” tandasnya.
(nif)

Sumber:pojoksatu.id

0 komentar:

Post a Comment