Jakarta - Sepak terjang penyidik senior KPK, Novel Baswedan sudah diketahui sejak lama. Berbagai ancaman dia didapatnya dalam pengusutan kasus korupsi di lembaga anti-rasuah itu.
Novel yang sebelumnya merupakan perwira Polri itu tak mengenal rasa takut dalam mengusut kasus korupsi. Di tahun 2012, Novel harus berhadapan dengan para pengawal Amran Batalipu yang saat itu masih menjabat sebagai Bupati Boul.
Pada Selasa (26/6/2012), KPK hendak menangkap tangan Amran setelah kedapatan akan menyuap uang miliaran rupiah. Dia terlibat kasus suap dari PT Citra Cakra Murdaya, anak perusahaan PT Hardaya Inti Plantation milik pengusaha nasional Hartati Murdaya. Penyuapan dilakukan direksi terkait permintaan pembebasan lahan di luar Hak Guna Usaha PT CCM seluas tidak kurang dari 4.486 hektar.
Saat penggerebekan itu, Amran berhasil meloloskan diri dari sergapan penyidik KPK karena dilindungi para pengawalnya. Pria yang saat itu juga menjabat sebagai Ketua DPD II Partai Golkar Buol diketahui memiliki basis massa yang cukup banyak.
Novel sebagai salah satu penyidik KPK yang terlibat dalam operasi itu sempat dihadang oleh puluhan pendukung Amran. Saat itu dia mengendarai motor untuk melakukan pengejaran, bahkan sempat akan ditabrak oleh rombongan Amran namun berhasil menghindar. Motor yang digunakannya pun ringsek.
Meski sempat kabur, Amran berhasil ditangkap sepekan kemudian. KPK bekerja sama dengan Polda Sulawesi Tengah dan menangkap Amran di kediamannya pada Jumat (6/7/2017). Beruntung massa Amran tiba setelah penangkapan dilakukan.
Bukan hanya teror saja yang dihadapi oleh Novel. Dia juga merupakan penyidik yang tak takut melawan ketidakadilan meski harus menghadapi dengan perwira Polri yang pangkatnya lebih tinggi. Itu terjadi saat dia menjadi penyidik dalam kasus korupsi di Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri.
Dia pernah dihadang oleh seorang perwira polisi dengan pangkat lebih tinggi darinya saat melakukan penggeledahan di markas Korlantas pada Juli 2012. Dari informasi yang didapat, nama Novel masuk dalam daftar incaran menyusul hal tersebut.
Aneka Teror untuk Novel Baswedan: Dari Penabrakan Sampai Air KerasFoto: Dok. Istimewa
Novel juga melakukan pemeriksaan langsung kepada Irjen Djoko Susilo yang saat itu menjabat sebagai Kakorlantas Polri. Djoko Susilo terlibat dalam kasus Simulator SIM. Hal tersebut cukup menjadi perhatian mengingat saat itu Novel sebagai perwira berpangkat Kompol namun melakukan pemeriksaan terhadap jenderal aktif bintang dua.
Kembali ke soal teror, Novel juga pernah ditabrak oleh orang tak dikenal pada beberapa tahun lalu saat dia akan berangkat kerja. Dia menderita luka. Siapa penabraknya, masih misterius.
Teror terakhir yang menimpa Novel terjadi pagi tadi, Novel mendapat serangan teror dari dua orang tak dikenal. Dia disiram dengan air keras saat hendak pulang ke rumahnya usai salat subuh di masjid yang tak jauh dari kediamannya. Pelaku diketahui berjumlah dua orang dan mengendarai sepeda motor matic.
Pelaku menggunakan cangkir melamin berwarna hijau untuk menyiram Novel. Air keras itu mengenai sebagian mukanya. Dahinya pun terluka karena saat lari hendak mencari air untuk membasuh muka, Novel menabrak pohon nangka. Kini dia masih dalam perawatan intensif di RS Mitra Keluarga Kelapa Gading.
Banyak pihak mengecam perbuatan teror itu dan meminta polisi mengusut tuntas dan menangkap pelaku penyerangan terhadap Novel itu. Belum diketahui motif teror tersebut.
Ketua KPK Agus Rahardjo belum bisa memastikan bahwa aksi teror ini terkait dengan kasus yang saat ini ditangani oleh Novel. Salah satu kasus yang saat ini ditangani Novel adalah kasus korupsi e-KTP yang merugikan negara hingga Rp 2,4 T. Berbagai nama besar disebut dalam dakwaan di persidangan.
"Belum tahu biar polisi yang menyelidiki. Yang paling besar itu (e-KTP)," ujar Agus usai menjenguk Novel di rumah sakit, Selasa (11/4).
Novel yang sebelumnya merupakan perwira Polri itu tak mengenal rasa takut dalam mengusut kasus korupsi. Di tahun 2012, Novel harus berhadapan dengan para pengawal Amran Batalipu yang saat itu masih menjabat sebagai Bupati Boul.
Pada Selasa (26/6/2012), KPK hendak menangkap tangan Amran setelah kedapatan akan menyuap uang miliaran rupiah. Dia terlibat kasus suap dari PT Citra Cakra Murdaya, anak perusahaan PT Hardaya Inti Plantation milik pengusaha nasional Hartati Murdaya. Penyuapan dilakukan direksi terkait permintaan pembebasan lahan di luar Hak Guna Usaha PT CCM seluas tidak kurang dari 4.486 hektar.
Saat penggerebekan itu, Amran berhasil meloloskan diri dari sergapan penyidik KPK karena dilindungi para pengawalnya. Pria yang saat itu juga menjabat sebagai Ketua DPD II Partai Golkar Buol diketahui memiliki basis massa yang cukup banyak.
Novel sebagai salah satu penyidik KPK yang terlibat dalam operasi itu sempat dihadang oleh puluhan pendukung Amran. Saat itu dia mengendarai motor untuk melakukan pengejaran, bahkan sempat akan ditabrak oleh rombongan Amran namun berhasil menghindar. Motor yang digunakannya pun ringsek.
Meski sempat kabur, Amran berhasil ditangkap sepekan kemudian. KPK bekerja sama dengan Polda Sulawesi Tengah dan menangkap Amran di kediamannya pada Jumat (6/7/2017). Beruntung massa Amran tiba setelah penangkapan dilakukan.
Bukan hanya teror saja yang dihadapi oleh Novel. Dia juga merupakan penyidik yang tak takut melawan ketidakadilan meski harus menghadapi dengan perwira Polri yang pangkatnya lebih tinggi. Itu terjadi saat dia menjadi penyidik dalam kasus korupsi di Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri.
Dia pernah dihadang oleh seorang perwira polisi dengan pangkat lebih tinggi darinya saat melakukan penggeledahan di markas Korlantas pada Juli 2012. Dari informasi yang didapat, nama Novel masuk dalam daftar incaran menyusul hal tersebut.
Aneka Teror untuk Novel Baswedan: Dari Penabrakan Sampai Air KerasFoto: Dok. Istimewa
Novel juga melakukan pemeriksaan langsung kepada Irjen Djoko Susilo yang saat itu menjabat sebagai Kakorlantas Polri. Djoko Susilo terlibat dalam kasus Simulator SIM. Hal tersebut cukup menjadi perhatian mengingat saat itu Novel sebagai perwira berpangkat Kompol namun melakukan pemeriksaan terhadap jenderal aktif bintang dua.
Kembali ke soal teror, Novel juga pernah ditabrak oleh orang tak dikenal pada beberapa tahun lalu saat dia akan berangkat kerja. Dia menderita luka. Siapa penabraknya, masih misterius.
Teror terakhir yang menimpa Novel terjadi pagi tadi, Novel mendapat serangan teror dari dua orang tak dikenal. Dia disiram dengan air keras saat hendak pulang ke rumahnya usai salat subuh di masjid yang tak jauh dari kediamannya. Pelaku diketahui berjumlah dua orang dan mengendarai sepeda motor matic.
Pelaku menggunakan cangkir melamin berwarna hijau untuk menyiram Novel. Air keras itu mengenai sebagian mukanya. Dahinya pun terluka karena saat lari hendak mencari air untuk membasuh muka, Novel menabrak pohon nangka. Kini dia masih dalam perawatan intensif di RS Mitra Keluarga Kelapa Gading.
Banyak pihak mengecam perbuatan teror itu dan meminta polisi mengusut tuntas dan menangkap pelaku penyerangan terhadap Novel itu. Belum diketahui motif teror tersebut.
Ketua KPK Agus Rahardjo belum bisa memastikan bahwa aksi teror ini terkait dengan kasus yang saat ini ditangani oleh Novel. Salah satu kasus yang saat ini ditangani Novel adalah kasus korupsi e-KTP yang merugikan negara hingga Rp 2,4 T. Berbagai nama besar disebut dalam dakwaan di persidangan.
"Belum tahu biar polisi yang menyelidiki. Yang paling besar itu (e-KTP)," ujar Agus usai menjenguk Novel di rumah sakit, Selasa (11/4).
ent.sumber:(pojokjabar)
0 komentar:
Post a Comment