Banner 1

Wednesday 12 April 2017

Katanya, Metro Kapsul Bandung Rusak Lingkungan


BANDUNG – Rencana pembangunan Light Rail Transit (LRT) type Metro Kapsul oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung dinilai, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Jabar hanya menguntungkan para pengusaha dan pengembang proyek. Pasalnya, Metro Kapsul hanya melintasi area komersil seperti, Pasar Baru, Dalem Kaum, dan Tegallega.

“Kawasan itu kan sudah macet dan padat kenapa harus ditambah Metro Kapsul,” tanya Direktur WALHI Jabar, Dadan Ramdan kepada Radar Bandung, Selasa (11/4/2017).

“Ini kan sama dengan memperkaya para pengusaha dan pemilik bangunan komersil dengan banyaknya orang belanja,” timpalnya.

Dadan menyebut, pembangunan Metro Kapsul bukan solusi memecah kemacetan melainkan memperparah lingkungan sekitar. Lantaran kawasan tersebut sudah dipadati polusi angkot dan Damri, ditambah jumlah volume kendaraan pribadi di Kota Bandung saat ini tidak terkontrol.

“Beberapa program Pemkot Bandung soal beralih ke kendaraan umum, hingga hari ini tidak ada buktinya,” jelasnya.

Dadan juga khawatir, dampak pembangunannya Stasiun Metro Kapsul kemungkinan besar merusak Daerah Resapan Air (DAS). Selain itu, bangunan-bangunan kecil atau bersejarah akan turut dibongkar.

“Kan tidak mungkin merobohkan mall atau hotel untuk area Stasiun Metro Kapsul,” ujar dia.

Meski begitu, Pemkot Bandung tetap bakal merealisasikan rencana tersebut bahkan, saat ini sedang menunggu terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) untuk menunjuk PT Pembangunan Perumahan (PP) Infrastruktur selaku pelaksana proyek.

“Sambil berproses Perpres-nya kami membereskan perizinan di level bawah,” ujar Walikota Bandung, Ridwan Kamil di Balai Kota Bandung.

Seperti diketahui, poyek percontohan LRT Metro Kapsul itu menelan anggaran hingga Rp 1 triliun yang didanai dari tiga sumber yakni, Kementrian Perhubungan, PT Pembangunan Perumahan (PP) Infrastruktur selaku pelaksana proyek, Pemprov Jabar dan Pemkot Bandung.

Dalam perencanaannya, LRT Metro Kapsul  bakal dibangun sepanjang 6 kilometer dengan dua tahap. Tahap pertama, dibangun lintasan sejauh 3 kilometer dari Stasiun Bandung menuju Dalem Kaum. Tahap kedua, lintasan 3 kilometer dikonstruksi hingga ke Tegallega dan kembali ke Stasiun Bandung. Pembangunan rel akan dilaksanakan di atas jalan setinggi minimal 7 meter dan maksimal 10 meter.

Pemkot Bandung pun memastikan ongkos moda transportasi umum LRT type Metro Kapsul yang bakal beroperasi 2018, hanya Rp 7.000 – Rp 12.000. Hal itu karena komponen mesin yang digunakan bermuatan lokal, sehingga lebih menghemat anggaran.

“Ongkosnya tidak jauh beda dengan angkot biasa. Jadi warga tidak perlu gelisah,” ucap Emil di Balai Kota Bandung, Senin (10/4/2017).

Emil mengatakan, selain komponen teknologi Metro Kapsul bermuatan lokal. Para insinyurnya merupakan warga Bandung sehingga biaya yang dikelaekan lebih murah ketimbang LRT.

“Kalau pake LRT biasa itu sudah dihitung tiket sampai Rp 28 ribu. Kan ga mungkin kalau di Bandung. Makanya kami arahkan pake Metro Kapsul,” imbuhnya.

Meski begitu, saat ini Pemkot Bandung belum bisa mengerjakan proyek tersebut lantaran menunggu terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) untuk menunjuk PT Pembangunan Perumahan (PP) Infrastruktur selaku pelaksana proyek.

“Perasaan saya mah sudah ditandatangani tinggal diterbitkan secara resmi. Tapi sambil berproses Perpres-nya kami membereskan perizinan di level bawah,” ungkap Emil.

Selain itu, Emil juga mengatakan alasan proyek pembangunan LRT Metro Kapsul tahap pertama hanya dikerjakan 3 kilometer, tidak sekaligus 6 kilometer. Menurut dia, hal tersebut layaknya uji publik tepatnya menjaring respon warga lantaran komponen mesin Metro Kapsul merupakan teknologi baru.

“Kami kan  tidak tahu teknologi itu sering mogok atau tidak, jadi 3 kilometer dulu. Jika sudah oke, baru lanjut ke tahap ke dua. Pokonya, Januari 2018 Mtero Kapsul Bandung sudah bisa duduki,” pungkasnya.
(arh)

sumber:POJOKJABAR.com

0 komentar:

Post a Comment