Banner 1

Tuesday, 10 October 2017

Potret Kasus Dibalik Perceraian BP dan TK Warga Depok, Cemburu Berlebihan, Anak Jadi Korban


DEPOK – Bahtera rumah tangga yang harmonis hingga menjadi kakek nenek. Hingga melihat anak menikah dan menimang cucu, menjadi sebauh konsepsi kebahagian siapa saja yang mengucap akad pernikahan.

Namun, tidak bagi BP saat mempersunting TK tahun 2003 silam. Seperti apa kisahnya, berikut laporan jurnalis Radar Depok  (Pojoksatu.id Group) Ade Ridwan Yandwiputra.

Bulan madu ke Lombok diantara ribuan butir pasir pantai, menjadi saksi bisu kebahagian pasangan pengantin baru itu, meluapkan kebahagiaan pasca menggucap ijab-kabul di hadapan penghulu dan saksi.

Selepas bulan madu, BP pun kembali menjalani rutintas sehari-harinya sebagai chapter di salah satu salon milik pesohor di Indonesia memiliki nama besar, di bidang kecantikan nusantara. Sayangnya, asa yang ia gantung untuk mengarungi bahtera rumah tangga dengan TK tidak sejalan dengan yang ada dibenak BP.

Pekerjaan yang menjadi sumber nafkah bagi dirinya dan TK malah menjadi pemicu retaknya hubungan mereka. BP yang sering mendapat tugas memberikan pelatihan ke karyawan-karyawan di luar daerah.

Sehingga membuat dia tidak pulang ke rumah setiap hari. Harus menginap di luar daerah dan tiap harinya, jika tidak ada urusan di luar kota pun ia harus pulang terlalu larut.

Jalinan mahligai rumah tangga BP dan TK mulai goyang pada tahun 2004, dan akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hubungannya pada tahun 2005. Pertengkaran dan rasa cemburu, dianggap sebagai salah satu penyebab runtuhnya rumah tangga yang susah payah dibangun keduanya.

Meskipun telah dikaruniai satu anak perempuan yang kini duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama, mereka tetap kekeuh untuk berpisah saat itu. “Istri saya selalu curiga terhadap saya, curiganya sedang selingkuh-lah dan sebagainya,” kata BP menceritakan kisahnya kepada Radar Depok (Pojoksatu.id Group).

Padahal, lanjut BP, dia sudah sangat tulus sekali dengan sang istri. Setiap kebutuhan pokok maupun tersier dari sang istri selalu terpenuhi, hingga dirinya dikaruniai anak satu. Namun, karena keterbatasan waktu yang dimiliki, membuatnya saling menaruh curiga. “Ya hanya salah paham saja, tapi lama kelamaan saya juga gerah dicurigai terus,” lanjutnya.

Sekitar penghujung tahun 2004, kemarahan BP mulai memuncak, setiap barang yang ada dirumahnya kerap dijadikan pelampiasan amarahnya yang selama ini terpendam. Alih alih tidak ingin melukai sang istri, barang-barang dirumah lah menjadi sasaran.

“Salahnya saya, berantem di depan anak, yang saya yakin membuat psikologis anak saya terganggu,” katanya. BP mengungkapkan, kerap mendapatkan perlakuan tidak nyaman kala dirinya pulang kerumah.

Berharap mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari sang istri, namun cemberut dan omelan yang kerap ia dapat. “Ya karena tidak nyaman, akhirnya saya mencari pelampiasan dengan bermain media sosial,” katanya.

Bukannya mereda, amarah sang istri semakin memuncak ketika dirinya sering dicurigai, karena asik dengan handphone dan media sosialnya. “sSemakin marah lagi saya, dan putuskan untuk bercerai pada tahun 2005,” lanjutnya.

Kini keduanya telah resmi bercerai, bahkan BP kini telah mempersunting muridnya yang juga seorang chapster. Sedangkan sang istri pun diketahui telah memiliki suami dengan background TNI.

“Anak ikut istri, tapi menurut kabar, anak saya itu memiliki kebiasaan yang beda dari anak seumurnya, tidak bisa bersosialisasi dan kerap melamun,” katanya. Meskipun memutuskan untuk berpisah, namun dirinya tetap menyesal telah mengambil keputusan tersebut.
(radar depok/ade)


sumber:pojoksatu.id

0 komentar:

Post a Comment