Banner 1

Monday 16 October 2017

Krisis Air di Kab. Bandung, Warga Angkut Air di Situ Sipatahunan


KABUPATEN BANDUNG – Memasuki musim penghujan, sebagian warga Kampung Sipatahunan, Kelurahan Baleendah, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung tetap alami krisis air bersih. Hal ini dikarenakan tidak tersedianya cadangan air dimasing-masing sumur rumah warga.

Akibat kesulitan air bersih ini, sebagian warga memanfaatkan air Situ Patahunan yang berjarak satu kilometer dari pemukiman warga. Berdasarkan pantauan RADAR BANDUNG, hampir seluruh warga memiliki jeriken dan gerobak untuk mengangkut air dari Situ Sipatahunan.

Salah seorang warga Kampung Sipatahunan, Ubun (48) mengatakan sejak awal tahun 2000 ia bersama anggota keluarganya berpindah ke Kampung tersebut, kemudian untuk memenuhi kebutuhan air bersih ia berupaya sumur resapan, akan tetapi setelah digali, kualitas air yang diharapkam tidak didapatkan.

“Mungkin karena letak geografis Kampung ini yang berada didekat tebing batu, jadi kesulitan untuk mendapatkan air bersih,” kata Ubun saat ditemui, Kamis (12/10/2017).

Ubun mengatakan, setiap hari dirinya harus berjalan sekitar satu kilometer untuk mendapatkan air dari Situ Sipatahunan. Dengan bermodalkan enam jeriken berukuran 30 liter dan sebuah gerobak, ia pastikan dalam sekali pengangkutan dapat memenuhi kebutuhan mandi cuci kakus (mck) dalam satu hari. “Ini saya lakukan setiap hari, mau gimana lagi kan susah dapat air kalau dari sumur,” ujar Ubun.

Kendati dengan mudah mendapatkan air bersih, dirinya mengatakan setiap harinya harus bersusah payah dahulu untuk 6 jeriken air. Hal ini dikarenakan ratusan warga lain mengalami hal serupa seperti Ubun tumpah ruah dalam antrian.

“Harus bersusah payah, paling tidak perjalanan ke Situ Sipatahunan dan kembali lagi kerumah memakan waktu 4 jam, karena antre,” terangnya.

Disinggung mengenai distribusi air bersih dari pihak setempat, Ubun mengatakan dirinya sama sekali belum pernah merasakan aliran Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) seperti pemukiman lain pada umumnya. Ia pun berharap Pemerintah Kabupaten segera memperhatikan permasalahan kebutuhan warga ini.

“Pernah mengusulkan, akan tetapi belum ada tanggapan,” ujarnya.

Salaha seorang warga lainnya, Yayat Ruhyat (51) mengatakan untuk menyiasati kesulitan air bersih di Kampung Sipatahunan, ia memanfaatkan air hujan untuk kebutuhan sehari-hari dengan cara menampung dari talang air pipa paralon. “Alternatif kedua menampung air hujan,” kata Yayat.

Yayat bercerita, ketika musim kemarau lalu. Ia bersama warga lainnya harus mengantre selama 6 jam untuk mendapatkan air bersih, dikarenakan volume air di Situ Sipatahunan mengalami penurunan volume cukup drastis.

“Kemarau lebih parah, dalam waktu 24 jam Situ Sipatahunan dipenuhi mereka yang mengambil air,”tandasnya.
(kim)

sumber:pojoksatu.id

0 komentar:

Post a Comment