Banner 1

Wednesday 18 October 2017

Kampung KB Se-Jawa Barat Gelorakan Program BKKBN


BANDUNG – Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jabar Sukaryo Teguh Santoso mengatakan, jika berbicara tentang keluarga berencana kini sudah mengalami pergeseran.

Tidak hanya berbicara tentang jumlah anak atau pengendalian pertumbuhan penduduk, tapi bidang garapan lain meliputi seluruh aspek kependudukan. Apalagi Jawa Barat punya tantangan besar dalam mengatasi masalah kependudukan maupun mobilitas penduduknya.

“Jabar ini tidak seluas Kaltim tapi penduduknya terpadat di Indonesia atau seperlima jumlah penduduk di Indonesia, struktur penduduk seperti itu menjadi tantangan bagi kita,” ujar Teguh kepada media di Bandung, Jumat (13/10/2017).

Menurut Teguh dengan bertambahnya jumlah penduduk misal penduduk lansia demikian juga penduduk usia produktif yakni remaja, itu juga menjadi tantangan. Ada karakter usia juga, yakni usia produktif yang harus bekerja, usia muda dari balita yang harus terpenuhi gizinya, usia sekolah juga tantangan bagi BKKBN.

“Kita sudah punya program pengendalian pertumbuhan penduduk, jadi meski dengan adanya kelahiran penduduk tetap bertambah namun migrasi Jabar tetap bagus. Penduduk harus punya tempat tinggal dan ini bukan hal sepele dalam menanganinya, kesehatan ibu anak juga harus terjaga, pengaturan kelahiran juga harus terjaga, aspek kualitas generasi muda juga harus dipersiapkan, sehat fisik mental karakter dan potensinya harus bagus, rencana kependudukan lebih dipersiapkan dengan program yang jelas, ini yang menjadi area tempur BKKBN,” terangnya.

Bahkan, kata Teguh, BKKBN lebih gencar dalam sosialisasi kependudukan, persepsi keluarga berencana harus dipandang lebih luas.

“Kampung Keluarga Berencana itu produk kita di Jabar, ini bukan hal baru karena awalnya sudah ada di Sumedang, tepatnya di desa Buahdua, zaman itu era 70-an sedang gencar-gencarnya intensifikasi KB, bidan menciptakan kader di kelurahan dan desa, pada tahun 2009 Kampung KB juga muncul di kota Sukabumi, 2010 kita coba bikin model, tahun 80-90 itu masa pembinaan, pelembagaan pembudayaan KB menjadi pola hidup,” paparnya.

Teguh menambahkan, kampung KB yang diciptakan tahun 2010 sempat berjalan, namun pada 2015 awal program KB rontok.

“Nah di era Presiden RI Jokowi ada anggaran Rp 3 triliun, kita tawarkan kampung sehat, kampung keluarga kecil bahagia, tapi kata Pak Jokowi pakai Kampung KB saja yang menjadi strategi untuk menggelorakan lagi program ini, itu amanat PaK Presiden, program KB bermuara pada kesejahteraan, khusunya bagi keluarga yang ada di pinggiran, sesuai agenda pusat,” tuturnya.

Selain untuk membina kepesertaan KB, dengan program kampung KB ini, menurut Teguh, adalah upaya untuk perkuat ketahanan keluarga.

“Kampung KB untuk menumbuhkan kembali rasa memiliki warga terhadap kampungnya, kampung KB menjadi pintu masuk lintas sektoral dalam pelayanan publik,” jelas Teguh seraya menambahkan, di Jabar sudah memiliki 600 kampung KB.

“Di Jabar, hampir satu kecamatan, satu desa memiliki kampung KB,” tandasnya.
(azm)


sumber:pojoksatu.id

0 komentar:

Post a Comment