Banner 1

Thursday, 9 March 2017

Sampah Menumpuk, Pemkot Bogor Harus Terlibat!




BOGOR – Harapan warga sekitar Sungai Kalibaru untuk terbebas dari tumpukan sampah, sulit terealisasi dalam waktu dekat.

Hingga kemarin, belum ada upaya dari pemerintah untuk meminimalisasinya.
Masalah tersebut mengundang keprihatinan berbagai pihak. Sebab, dikawatirkan akan menjadi bencana terutama saat musim hujan seperti saat ini.

“Secepatnya Pemkot Bogor harus dilibatkan, paling tidak untuk melihat fakta di lapangan,” ujar Volunteer Komunitas Peduli Ciliwung, Parno J Kartosomo kepada Radar Bogor
 
 Selasa (07/03/2017).

Menurutnya, aliran sungai sebelum masuk ke Kalibaru berasal dari kawasan Cibuluh, Kota Bogor. Meski sungainya tidak terlalu panjang, tetap memberikan kontribusi yang besar terhadakondisi penumpukan sampah.

“Saya lihat masih banyak warga yang buang sampah ke sungai,” ujar Parno.

Ia menjelaskan, kondisi ketinggian sampah yang berada di Sungai Kalibaru tepatnya di Jembatan Susukan mencapai satu meter sebelum dikunjungi bupati Bogor.

“Lebar tumpukan sampah itu mencapai 6×8 meter, jika beberapa orang dewasa berjalan di sana (tumpukan sampah) tidak akan runtuh,” tuturnya.

Sedimentasi sampah tersebut, kata dia, terjadi dari Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Depok hingga akhirnya menuju Jakarta. “Saya tahu persis karena setiap kerja selalu lewasitu,” cetusnya.

Menurutnya, sedimentasi yang paling parah terjadi bahkan di Kampung Cipayung, Bambukuning, Desa Paburan, Kecamatan Bojonggede.

“Beberapa kali sebelum tanggul ditinggikan pernah menggenangi pemukiman warga, memang sampah itu masalah kita bersama, pemerintah kota dan kabupaten juga tidak bisa mengatasi tanpamengajak sampai level masyarakat,” ujarnya.

Anggota DPRD Kabupaten Bogor, Usep Saefullah menambahkan, penumpukan di Kalibaru harus ditinjau beberapa aspek. Diantaranya, kata dia, unsur pemerintah yang tak bekerja optimal.

Khususnya, sambung dia, dalam hal pengelolaan sampah. Selanjutnya, kesadaran masyarakat yang belum tumbuh. “Kalau dibiarkan sampah menumpuk pada ahirnya akan menjadi bencana,”tuturnya.

Atau, sambung dia, bisa juga masyarakat membuang sampah karena tak ada tempat pembuangan.

“Karenanya mayarakat dan pemerintah harus rembuk untuk pengelolaan sampah. Saya anggap ini darurat,” tegasnya.

Sebelumnya, Bupati Bogor Nurhayanti hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tumpukan sampah di Sungai Kalibaru, Kecamatan Bojonggede.

Bahkan, orang nomor satu di Bumi Tegar Beriman ini terkejut mengetahui sampah-sampah tersebut sudah mengeras, Jumat (3/3).

Pemerintah Kabupaten Bogor pun bekerja sama dengan Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung (BBWSC) untuk normalisasi Sungai Kalibaru.

“Normalisasi dilakukan sepanjang 1,6 kilometer. Ini sudah mengalami penyempitan dan sedimentasi sehingga sering meluap,” ujarnya.

Ia menjamin, normalisasi ini akan dilakukan semaksimal mungkin untuk mengatasi banjir.

Hanya saja, kata dia, banjir tidak hanya disebabkan sedimentasi. Tetapi sampah yang menumpuk ikut menjadi pemicu.POJOKJABAR.com, BOGOR – Harapan warga sekitar Sungai Kalibaru untuk terbebas dari tumpukan sampah, sulit terealisasi dalam waktu dekat.

Hingga kemarin, belum ada upaya dari pemerintah untuk meminimalisasinya.

Masalah tersebut mengundang keprihatinan berbagai pihak. Sebab, dikawatirkan akan menjadi bencana terutama saat musim hujan seperti saat ini.

“Secepatnya Pemkot Bogor harus dilibatkan, paling tidak untuk melihat fakta di lapangan,” ujar Volunteer Komunitas Peduli Ciliwung, Parno J Kartosomo kepada Radar Bogor

 Selasa (07/03/2017).

Menurutnya, aliran sungai sebelum masuk ke Kalibaru berasal dari kawasan Cibuluh, Kota Bogor. Meski sungainya tidak terlalu panjang, tetap memberikan kontribusi yang besar terhadakondisi penumpukan sampah.

“Saya lihat masih banyak warga yang buang sampah ke sungai,” ujar Parno.

Ia menjelaskan, kondisi ketinggian sampah yang berada di Sungai Kalibaru tepatnya di Jembatan Susukan mencapai satu meter sebelum dikunjungi bupati Bogor.

“Lebar tumpukan sampah itu mencapai 6×8 meter, jika beberapa orang dewasa berjalan di sana (tumpukan sampah) tidak akan runtuh,” tuturnya.

Sedimentasi sampah tersebut, kata dia, terjadi dari Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Depok hingga akhirnya menuju Jakarta. “Saya tahu persis karena setiap kerja selalu lewat situ,” cetusnya.

Menurutnya, sedimentasi yang paling parah terjadi bahkan di Kampung Cipayung, Bambukuning, Desa Paburan, Kecamatan Bojonggede.

“Beberapa kali sebelum tanggul ditinggikan pernah menggenangi pemukiman warga, memang sampah itu masalah kita bersama, pemerintah kota dan kabupaten juga tidak bisa mengatasi tanpa

mengajak sampai level masyarakat,” ujarnya.

Anggota DPRD Kabupaten Bogor, Usep Saefullah menambahkan, penumpukan di Kalibaru harus ditinjau beberapa aspek. Diantaranya, kata dia, unsur pemerintah yang tak bekerja optimal.

Khususnya, sambung dia, dalam hal pengelolaan sampah. Selanjutnya, kesadaran masyarakat yang belum tumbuh. “Kalau dibiarkan sampah menumpuk pada ahirnya akan menjadi bencana,”tuturnya.

Atau, sambung dia, bisa juga masyarakat membuang sampah karena tak ada tempat pembuangan.

“Karenanya mayarakat dan pemerintah harus rembuk untuk pengelolaan sampah. Saya anggap ini darurat,” tegasnya.

Sebelumnya, Bupati Bogor Nurhayanti hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tumpukan sampah di Sungai Kalibaru, Kecamatan Bojonggede.

Bahkan, orang nomor satu di Bumi Tegar Beriman ini terkejut mengetahui sampah-sampah tersebut sudah mengeras, Jumat (3/3).

Pemerintah Kabupaten Bogor pun bekerja sama dengan Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung (BBWSC) untuk normalisasi Sungai Kalibaru.

“Normalisasi dilakukan sepanjang 1,6 kilometer. Ini sudah mengalami penyempitan dan sedimentasi sehingga sering meluap,” ujarnya.

Ia menjamin, normalisasi ini akan dilakukan semaksimal mungkin untuk mengatasi banjir.

Hanya saja, kata dia, banjir tidak hanya disebabkan sedimentasi. Tetapi sampah yang menumpuk ikut menjadi pemicu.
(ant) sumber: pojok jabar

Related Posts:

0 komentar:

Post a Comment