Jakarta - Tuntutan pekerjaan yang padat acap kali dijadikan alasan penggunaan narkoba, contohnya sabu. Psikolog klinis dewasa dari Universitas Indonesia, Ivan Sujana, mengatakan seseorang dalam kondisi kelelahan, idealnya beristirahat.
Namun dalam situasi ada pekerjaan mendesak dan tak dapat ditunda, perilaku menyimpang seperti mengkonsumsi zat-zat yang diyakini meningkatkan energi dan motivasi mungkin terjadi, meski berbahaya.
"Jika tidak kembali bekerja dan malah melakukan aktivitas lain yang tidak bertujuan atau tidak mendesak, alasan kelelahan sah untuk dipertanyakan benar atau tidaknya," kata Ivan ketika berbincang dengan detikcom, Senin (27/3/2017).
Dari kacamata psikologi, jelas Ivan, seseorang yang merasa tertekan karena pekerjaan akan mengalami kegelisahan, rasa tak percaya diri, dan akhirnya tidak merasa gembira.
Jika berada di lingkungan yang akrab dengan narkoba, semisal kalangan artis, kondisi tersebut dapat menjadi pemicu individu menggunakan barang haram tersebut.
"Jika situasinya seperti itu, ada sebagian orang yang menggunakan (narkoba) untuk terbebas dari perasaan-perasaan negatif itu. Tentu perlu ditelaah lebih dahulu, apakah benar dalam pekerjaannya, ia baru saja mengalami masalah yang memang membuatnya tertekan," urai Ivan.
"Jika tidak ada masalah yang berarti, dan tidak pula ada penghayatan pribadi yang dapat dipahami, alasan tekanan pekerjaan sah untuk dipertanyakan benar atau tidaknya," imbuh dia.
Ivan berpendapat alasan tertekan karena pekerjaan lebih sulit dijustifikasi ketimbang kelelahan dan membutuhkan zat untuk menambah daya tubuh. Oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan lebih dalam, termasuk histori antara individu yang bersangkutan dengan narkoba, untuk memastikan alasan sebenarnya.
"Terbuka kemungkinan, rasa tertekan itu sebenarnya bukan tekanan real dari pekerjaan yang sedang seseorang hadapi, melainkan dampak kecanduan karena sudah cukup lama, misalkan menggunakan shabu, yang tidak ada hubungannya dengan apapun yang sedang dikerjakan pada saat itu," jelas Ivan.
Masih kata Ivan, istilah 'senang sesaat' yang ditimbulkan dari pemakaian narkoba dapat disama artikan sebagai efek yang akan segera hilang. Saat hilang rasa 'senang sesaat', imbuh Ivan, individu akan merasa hal sebaliknya.
"Nah, untuk menghindari efek negatif yang akan muncul setelah pengaruh sabu hilang, seseorang akan menggunakan sabu kembali, dan terjadilah siklus yang kita kenal sebagai 'kecanduan' itu," tandas Ivan.
Ivan menyarankan masyarakat tak perlu mencari pelarian yang destruktif untuk keluar dari tekanan dan beban kerja. Obat paling mujarab dari rasa lelah adalah beristirahat. Cara mengurangi tekanan kerja tak lain dan tak bukan adalah pengaturan ritme kerja yang bersangkutan. Tak ada pembenaran untuk konsumsi narkoba.
"Saya tidak akan merekomendasikan penggunaan sabu ketika sedang merasa lelah atau merasa tertekan. Ketika sedang lelah, istirahat dulu. Kalau tidak memungkinkan, perlu ditinjau kembali apakah beban kerja di kantor perlu dikurangi atau keterampilan manajemen kerja si individu perlu ditingkatkan," tuturnya.
Beban hidup yang terasa menggelayut bisa dikurangi antara lain lewat komunikasi yang baik dengan orang terdekat. Pelepasan stress lewat obrolan dari hati ke hati bisa menjadi solusi.
"Ketika sedang merasa tertekan, cari teman untuk curhat, melakukan hobi sejenak, atau coba buat janji dengan psikolog," kata Ivan.
Namun dalam situasi ada pekerjaan mendesak dan tak dapat ditunda, perilaku menyimpang seperti mengkonsumsi zat-zat yang diyakini meningkatkan energi dan motivasi mungkin terjadi, meski berbahaya.
"Jika tidak kembali bekerja dan malah melakukan aktivitas lain yang tidak bertujuan atau tidak mendesak, alasan kelelahan sah untuk dipertanyakan benar atau tidaknya," kata Ivan ketika berbincang dengan detikcom, Senin (27/3/2017).
Dari kacamata psikologi, jelas Ivan, seseorang yang merasa tertekan karena pekerjaan akan mengalami kegelisahan, rasa tak percaya diri, dan akhirnya tidak merasa gembira.
Jika berada di lingkungan yang akrab dengan narkoba, semisal kalangan artis, kondisi tersebut dapat menjadi pemicu individu menggunakan barang haram tersebut.
"Jika situasinya seperti itu, ada sebagian orang yang menggunakan (narkoba) untuk terbebas dari perasaan-perasaan negatif itu. Tentu perlu ditelaah lebih dahulu, apakah benar dalam pekerjaannya, ia baru saja mengalami masalah yang memang membuatnya tertekan," urai Ivan.
"Jika tidak ada masalah yang berarti, dan tidak pula ada penghayatan pribadi yang dapat dipahami, alasan tekanan pekerjaan sah untuk dipertanyakan benar atau tidaknya," imbuh dia.
Ivan berpendapat alasan tertekan karena pekerjaan lebih sulit dijustifikasi ketimbang kelelahan dan membutuhkan zat untuk menambah daya tubuh. Oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan lebih dalam, termasuk histori antara individu yang bersangkutan dengan narkoba, untuk memastikan alasan sebenarnya.
"Terbuka kemungkinan, rasa tertekan itu sebenarnya bukan tekanan real dari pekerjaan yang sedang seseorang hadapi, melainkan dampak kecanduan karena sudah cukup lama, misalkan menggunakan shabu, yang tidak ada hubungannya dengan apapun yang sedang dikerjakan pada saat itu," jelas Ivan.
Masih kata Ivan, istilah 'senang sesaat' yang ditimbulkan dari pemakaian narkoba dapat disama artikan sebagai efek yang akan segera hilang. Saat hilang rasa 'senang sesaat', imbuh Ivan, individu akan merasa hal sebaliknya.
"Nah, untuk menghindari efek negatif yang akan muncul setelah pengaruh sabu hilang, seseorang akan menggunakan sabu kembali, dan terjadilah siklus yang kita kenal sebagai 'kecanduan' itu," tandas Ivan.
Ivan menyarankan masyarakat tak perlu mencari pelarian yang destruktif untuk keluar dari tekanan dan beban kerja. Obat paling mujarab dari rasa lelah adalah beristirahat. Cara mengurangi tekanan kerja tak lain dan tak bukan adalah pengaturan ritme kerja yang bersangkutan. Tak ada pembenaran untuk konsumsi narkoba.
"Saya tidak akan merekomendasikan penggunaan sabu ketika sedang merasa lelah atau merasa tertekan. Ketika sedang lelah, istirahat dulu. Kalau tidak memungkinkan, perlu ditinjau kembali apakah beban kerja di kantor perlu dikurangi atau keterampilan manajemen kerja si individu perlu ditingkatkan," tuturnya.
Beban hidup yang terasa menggelayut bisa dikurangi antara lain lewat komunikasi yang baik dengan orang terdekat. Pelepasan stress lewat obrolan dari hati ke hati bisa menjadi solusi.
"Ketika sedang merasa tertekan, cari teman untuk curhat, melakukan hobi sejenak, atau coba buat janji dengan psikolog," kata Ivan.
(sumber:detik.com)
0 komentar:
Post a Comment