DEPOK – Saat melintas Stasiun Citayam Depok, khususnya diperlintasan kereta membutuhkan perjuangan keras bagi penggunaan jalan. Selain nyawa taruhannya, waktu menjadi kendala.
Sekira 30 menit-satu jam pengguna jalan mesti menunggu antrian kemacetan di wilayah perbatasan dengan Bojonggede, Kabupaten Bogor ini. Lantas seperti apa sulit dan perjuangan pengguna jalan.
Berikut penelusuran jurnalis Radar Depok.Berjalan tersendat-sendat di Jalan Raya Citayam di area Stasiun Citayam.
Suara klakson mobil dan motor seolah bersahutan, guna memberitahukan angkot maupun ojek yang berhenti sembarang disekitar pintu masuk dan keluar Stasiun Citayam.
Bagaikan orang tuli menggunakan headsfree, pengemudi angkot maupun tukang ojek tidak mengindahkan suara raungan klakson. Nurul Hadi kebingunan mesti berbuat apa saat krodit di Citayam.
Minimnya petugas dan tidak adanya mengatur lalu lintas, membuat warga Kecamatan Bojonggede, Bogor ini pasrah. Belum sampai di perlintasan kereta, mobil yang dikendarainya sudah panas.
Maklum, dilokasi kendari stuk tidak jalan. Sekali pun jalan hanya membuat kampas kopling mengggantung.
Setiap hari, pria yang bisa dipanggil Hadi hanya bisa pasrah saat terjebak macet di stasiun Citayam saat jam pergi maupun pulang kerja.
Tidak tanggung-tanggung, guna dapat melintasi Jalan Citayam dari arah Bojonggede menuju Depok begitupun sebaliknya, mesti menghabiskan waktu sekitar 30 menit hingga satu jam.
“Hanya bisa istigfar saat terjebak kemacetan, kalau menggunakan mobil bisa sekitar 30 menit hingga satu jam menyebrang rel kereta Citayam. Nyawa juga jadi taruhannya kalau macet pas ada kereta bagimana,” ujar Hadi ditengah-tengah kemacetan.
Sambil menyeka keringat didahinya, kemacetan tersebut diakibatkan banyaknya angkutan kota (angkot) yang berhenti disembarang tempat guna menaik turunkan penumpang.
Apalagi, ruas jalan disekitar Stasiun Citayam terbilang sempit, karena hanya dapat dilalui dua kendaraan roda empat.
Belum lagi jasa ojek yang mangkal secara berjejer di sekitar pintu masuk dan keluar stasiun Citayam, menjadi penyumbang kemacetan.
Hadi meminta, Pemkot Depok bersama Pemerintah Bogor ikut duduk bersama dalam memecahkan kemacetan di sekitar jalan Stasiun Ciyatam Depok.
Karena, bukan hanya dari arah Depok yang terbilang semrawut, dari arah Citayam yang menjadi bagian Pemerintah Kabupaten Bogor ikut menyumbang hal yang sama.
“Pemkot Depok dan Pemkab Bogor harus duduk bersama guna mencari solusi yang terbaik dalam kemacetan disekitar stasiun Citayam,” kata Hadi.
Radar Depok terus menelusuri jalan disekitar Stasiun Citayam Depok. Terlihat, jejeran pedagang kaki lima yang berjualan disekitar Jalan Raya Citayam secara tidak langsung ikut berpartisipasi dalam kemacetan dijalan tersebut.
Mereka berjualan dengan menggunakan bahu jalan yang seharusnya digunakan untuk pengendara, maupun pejalan kaki yang hendak menuju stasiun maupun pasar yang tidak jauh dari Stasiun Citayam.
Tidak sampai disitu, keluar masuk kendaraan disejumlah pertigaan yang letaknya tidak jauh dari stasiun Citayam, menjadi salah satu sumbu kemacetan di jalan yang menjadi perbatasan Pemerintah Kota Depok dengan Pemerintah Kabupaten Bogor.
Sekira 30 menit-satu jam pengguna jalan mesti menunggu antrian kemacetan di wilayah perbatasan dengan Bojonggede, Kabupaten Bogor ini. Lantas seperti apa sulit dan perjuangan pengguna jalan.
Berikut penelusuran jurnalis Radar Depok.Berjalan tersendat-sendat di Jalan Raya Citayam di area Stasiun Citayam.
Suara klakson mobil dan motor seolah bersahutan, guna memberitahukan angkot maupun ojek yang berhenti sembarang disekitar pintu masuk dan keluar Stasiun Citayam.
Bagaikan orang tuli menggunakan headsfree, pengemudi angkot maupun tukang ojek tidak mengindahkan suara raungan klakson. Nurul Hadi kebingunan mesti berbuat apa saat krodit di Citayam.
Minimnya petugas dan tidak adanya mengatur lalu lintas, membuat warga Kecamatan Bojonggede, Bogor ini pasrah. Belum sampai di perlintasan kereta, mobil yang dikendarainya sudah panas.
Maklum, dilokasi kendari stuk tidak jalan. Sekali pun jalan hanya membuat kampas kopling mengggantung.
Setiap hari, pria yang bisa dipanggil Hadi hanya bisa pasrah saat terjebak macet di stasiun Citayam saat jam pergi maupun pulang kerja.
Tidak tanggung-tanggung, guna dapat melintasi Jalan Citayam dari arah Bojonggede menuju Depok begitupun sebaliknya, mesti menghabiskan waktu sekitar 30 menit hingga satu jam.
“Hanya bisa istigfar saat terjebak kemacetan, kalau menggunakan mobil bisa sekitar 30 menit hingga satu jam menyebrang rel kereta Citayam. Nyawa juga jadi taruhannya kalau macet pas ada kereta bagimana,” ujar Hadi ditengah-tengah kemacetan.
Sambil menyeka keringat didahinya, kemacetan tersebut diakibatkan banyaknya angkutan kota (angkot) yang berhenti disembarang tempat guna menaik turunkan penumpang.
Apalagi, ruas jalan disekitar Stasiun Citayam terbilang sempit, karena hanya dapat dilalui dua kendaraan roda empat.
Belum lagi jasa ojek yang mangkal secara berjejer di sekitar pintu masuk dan keluar stasiun Citayam, menjadi penyumbang kemacetan.
Hadi meminta, Pemkot Depok bersama Pemerintah Bogor ikut duduk bersama dalam memecahkan kemacetan di sekitar jalan Stasiun Ciyatam Depok.
Karena, bukan hanya dari arah Depok yang terbilang semrawut, dari arah Citayam yang menjadi bagian Pemerintah Kabupaten Bogor ikut menyumbang hal yang sama.
“Pemkot Depok dan Pemkab Bogor harus duduk bersama guna mencari solusi yang terbaik dalam kemacetan disekitar stasiun Citayam,” kata Hadi.
Radar Depok terus menelusuri jalan disekitar Stasiun Citayam Depok. Terlihat, jejeran pedagang kaki lima yang berjualan disekitar Jalan Raya Citayam secara tidak langsung ikut berpartisipasi dalam kemacetan dijalan tersebut.
Mereka berjualan dengan menggunakan bahu jalan yang seharusnya digunakan untuk pengendara, maupun pejalan kaki yang hendak menuju stasiun maupun pasar yang tidak jauh dari Stasiun Citayam.
Tidak sampai disitu, keluar masuk kendaraan disejumlah pertigaan yang letaknya tidak jauh dari stasiun Citayam, menjadi salah satu sumbu kemacetan di jalan yang menjadi perbatasan Pemerintah Kota Depok dengan Pemerintah Kabupaten Bogor.
ent.sumber:(pojok jabar)
0 komentar:
Post a Comment