Ekonomi menjadi salah satu fokus pembahasan antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull. Jokowi pun mengungkit hambatan perdagangan antara kedua negara, seperti terhadap produk kertas dan kelapa sawit.
Produk kertas Indonesia yang masuk ke Australia dikenakan tarif bea masuk anti dumping sementara (BMADS) hingga 70% dari nilai produk. Sehingga harga produk tersebut menjadi sangat mahal.
Ini tentunya membuat produk menjadi kalah saing. Sementara permintaan produk Indonesia di Australia cukup tinggi. Hal yang serupa juga terjadi apda produk kelapa sawit dengan tarif bea masuk yang sangat tinggi.
"Di bidang perdagangan saya menyampaikan beberapa penekanan dan harapan, yaitu menghilangkan hambatan perdagangan, baik tarif maupun non tarif bagi produk Indonesia, misalnya produk kertas dan kelapa sawit dari Indonesia," ungkap Jokowi saat jumpa pers bersama Turnbull di Admeralty House Sydney, Australia, Minggu (26/2/2017).
Dalam pertemuan tersebut kedua negara sepakat untuk mempercepat penyelesaikan Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA CEPA).
"Kita sepakat agar negoisasi Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement dapat diselesaikan tahun 2017," terangnya.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menuturkan penyelesaian IA CEPA akan mendorong sektor swasta menjadi lebih aktif ke depannya, sebab banyak peluang bisnis yang akan tercipta.
"Jadi memang ini momen yang tepat sejak presiden Jokowi dan PM Australia mengaktifkan kembali perjanjian IA-CEPA, suasana hubungan kedua negara termasuk swasta mencair dan kedua belah pihak, dan makin banyak peluang bisnis yang bisa kita garap bersama," kata Thomas pada kesempatan yang sama.
Produk kertas Indonesia yang masuk ke Australia dikenakan tarif bea masuk anti dumping sementara (BMADS) hingga 70% dari nilai produk. Sehingga harga produk tersebut menjadi sangat mahal.
Ini tentunya membuat produk menjadi kalah saing. Sementara permintaan produk Indonesia di Australia cukup tinggi. Hal yang serupa juga terjadi apda produk kelapa sawit dengan tarif bea masuk yang sangat tinggi.
"Di bidang perdagangan saya menyampaikan beberapa penekanan dan harapan, yaitu menghilangkan hambatan perdagangan, baik tarif maupun non tarif bagi produk Indonesia, misalnya produk kertas dan kelapa sawit dari Indonesia," ungkap Jokowi saat jumpa pers bersama Turnbull di Admeralty House Sydney, Australia, Minggu (26/2/2017).
Dalam pertemuan tersebut kedua negara sepakat untuk mempercepat penyelesaikan Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA CEPA).
"Kita sepakat agar negoisasi Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement dapat diselesaikan tahun 2017," terangnya.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menuturkan penyelesaian IA CEPA akan mendorong sektor swasta menjadi lebih aktif ke depannya, sebab banyak peluang bisnis yang akan tercipta.
"Jadi memang ini momen yang tepat sejak presiden Jokowi dan PM Australia mengaktifkan kembali perjanjian IA-CEPA, suasana hubungan kedua negara termasuk swasta mencair dan kedua belah pihak, dan makin banyak peluang bisnis yang bisa kita garap bersama," kata Thomas pada kesempatan yang sama.
(ant)sumber:detik.com
0 komentar:
Post a Comment