Banner 1

Thursday, 6 April 2017

Miris… Tiga KK di Bojongpulus Kabupaten Bandung Huni Rumah Reyot


KABUPATEN BANDUNG – Tiga Kepala Keluarga (KK) warga Kampung Bojong Pulus RT 21 RW 2 Desa Banjaran Wetan Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung terpaksa bertahan di rumah reyot yang nyaris ambruk. Rumahnya selalu terendam banjir dan pernah diterjang gempa 2009, mereka tetap bertahan.

Rumah semi permanen berukuran 11×8 meter itu berdinding bilik bambu yang sudah lapuk, tetapi menjadi satu-satunya tempat mereka tinggal, sehingga meskipun sudah tak layak huni mereka harus tetap bertahan. Rumah itu dibagi menjadi tiga yang ditinggali oleh tiga pasangan suami istri (pasutri) Eulis Rohmah (50) dan Dedi Rosadi (50), Heri Suhartono (48) dan Ai Rumanah (47) dan Nandang (65) dan Fuji Sulistiowati (55) yang kondisinya memprihatinkan.

Salah satu kepala rumah tangga Heri mengatakan, rumah peninggalan almarhum ayahnya itu sudah rusak akibat terlalu sering tergenangi air. “Kerusakannya sudah parah, atap mau roboh, tembok dan ubin bocor-bocor,” ungkapnya saat ditemui di rumahnya, Rabu (5/4/2017).

Heri mengatakan, banjir tersebut diakibatkan oleh luapan air Sungai Citalutug Banjaran. Kedalaman banjir yang menggenangi kampungnya bisa mencapai 1,5 meter.

Sementara itu, Nandang yang merupakan saudara Heri mengatakan, banjir di wilayahnya sudah terjadi sejak tahun 1991, namun banjir paling besar terjadi pada tahun 2004 lalu. “Tahun 2004, banjir paling besar terjadi disini, kedalamannya mencapai 2 meter, sampai yang terlihat dari atas hanya genteng saja, ” ungkapnya.

Selama musim hujan terjadi di tahun 2017 ini, kata dia, sudah hampir 5 kali banjir menerjang wilayahnya. Sebulan ini banjir sudah mencapai 5 kali, setiap banjir terjadi tiga KK itu kerap mengungsi di sebuah masjid yang berada di depan rumahnya.

“Yang bingung itu, kalau banjir sudah menggenangi masjid. Bingung mau ngungsi kemana,” tambahnya.

Ia menuturkan, dirinya dan keluarganya sudah merasa jengah dan bosan, hampir setiap tahun banjir menimpa kawasannya.

“Sudah bosan, barang-barang hanyut. Saya sudah tidak punya kursi dan lemari, karena sering rusak tetendam banjir,” tandasnya

Ia berharap, kepada Pemerintah Kabupaten Bandung untuk membangun rumah yang sudah ditinggalinya selama 27 tahun itu, untuk kembali menjadi rumah layak huni yang nyaman dan terbebas dari banjir pastinya.

Abdulah (51) salah seorang pegiat masyarakat di RT 5 membenarkan jika di kampungnya itu selalu menjadi langganan banjir. Banjir bandang akibat luapan air dari Sungai Citralutug yang dangkal akibat sedimentasi dan penyempitan badan sungai.

Banjir dari luapan Sungai Citalutug dan Sungai Banjaran yang merupakan anak Sungai Cisangkuy ini selalu merendam sekitar 30 an rumah milik warga di RT 5 yang memang posisinya lebih rendah dan berdekatan dengan bibir sungai.

Kata dia, banjir di RT 5 itu terjadi sejak sekitar 1990 lalu. Seiring perkembangan waktu, banjir semakin membesar hingga pada 2004 lalu sempat mencapai 2 meter dan menghanyutkan tiga rumah milik penduduk. Rata-rata banjir bandang di kampung itu antara 1 meter hingga 3 meter lebih.

“Tak hanya itu saja, air dari sungai ini terus menggerus tepian sungai bahkan ada salah satu rumah warga yang pondasinya tergerus air, yah itu sih tinggal menunggu waktu rubuh saja. Selain tepian sungai, air juga menggerus tiga jembatan sehingga rawan ambruk,” katanya.

Sebenarnya, sejak lama ia selalu mengusulkan perbaikan kepada pemerintah. Baik itu perbaikan rumah tidak layak huni maupun perbaikan bantaran sungai yang terus terkikis.

Namun sayangnya, permohonan warga RT 5 Kampung Bojong Pulus itu tak pernah digubris pemerintah. Berbagai perbaikan dan bantuan tak pernah diterima oleh warga di tempat ini.

“Saya sudah bosan ngomong sama pemerintah, tidak pernah didengar. Padahal setiap Musrenbang juga keluhan dan aspirasi warga ini selalu disampaikan, eh yang malah mendapat bantuan daerah lain. Jadi serasa percuma kami terus memohon juga,” ujarnya.
(cr3)
sumber:POJOKJABAR.com,

Related Posts:

0 komentar:

Post a Comment