Banner 1

Monday, 3 April 2017

Siaga Bentengi Ulama, 63 Anggota Banser GP Ansor Cianjur Digembleng


CIANJUR – Sedikitnya 63 anggota Barisan Serbaguna (Banser) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Cianjur digembleng habis-habisan dalam giat Pendidikan dan Latihan Dasar (Diklatsar) yang dilangsungkan di Desa Kertajaya, Kecamatan Ciranjang, Sabtu (3/4/2017).

Giat tersebut diikuti oleh empat Pimpinan Anak Cabang (PAC) GP Ansor, diantaranya PAC Ciranjang, Haurwangi, Cilaku, dan PAC Pacet. Diklatsar juga diikuti oleh perwakilan Banser dari Kabupaten Sukabumi.

Ketua Pelaksana Diklatsar, Kusnadi mengatakan, giat diklatsar Banser untuk tahap pertama di tahun 2017 ini merupakan sebuah gebrakan baru yang menjadi program pengurus GP Ansor Kabupaten Cianjur.

Di tahun 2017 ini, GP Ansor Cianjur menargetkan rekrutmen 1.000 anggota Banser dari 32 desa dan 364 desa/kelurahan se-Kabupaten Cianjur.

“Program rutin semacam ini, akan dilanjut dengan program-program selanjutnya yang bersifat wajib dan mutlak untuk dilaksanakan sebagai tindak lanjut,” kata Kusnadi.

Sementara itu, Ketua GP Ansor Cianjur, Dedi Suherli Al-Azizi dalam sambutannya mengatakan, Kader Ansor dan Banser saat ini kehadirannya sangat di butuhkan oleh masyarakat, negara dan agama.

Satu-satunya komponen bangsa yang ideologinya sangat tepat bagi bangsa Indonesia yang majemuk, tak lain kader-kader Islam Ahlusunnah Wal Jamaah (Aswaja) Anahdliyah yang berkomitmen terhadap nasionalisme dengan menjaga keutuhan NKRI namun tetap menjadikan agama sebagai spirit bagi terwujudnya negara yang adil.

“Jadi, dalam hal ini Islam Aswaja, yang rahmatan lil alamin yang sangat cocok bagi Indonesia. Dan Islam seperti ini di Indonesia diwakili oleh NU dan Ansor sebagai generasi mudanya. Itulah mengapa kaderisasi di kalangan muda NU dan Ansor perlu terus di galakan, karena kita yakin bahwa kitalah satu satunya solusi bagi kemajuan peradaban pada bangsa ini,” tegas anggota Komisi I DPRD Cianjur tersebut.

Pria yang juga pernah menjabat sebagai Ketua Umum PC PMII Cianjur itu menilai, dua komponen bangsa Indonesia yang kadung merebak dianggap sudah terlalu ekstrim, baik ekstrim kiri maupun kanan. Pertama nasionalisme Sekuler dan yang kedua konservatisme islam atau disebut islam garis keras.

“Ideologi nasionalisme sekuler, justru akan mengesampingkan agama sehingga masyarakat akan terdorong menjadi individualis, konsumtif, dan materialistis. Sementara yang konservatif justru cenderung menjadikan agama sebagai tunggangan kepentingan politik yang akan merendahkan nilai-nilai agama itu sendiri,” imbuh Dedi yang saat itu langsung meresmikan kegiatan.
(radar cianjur/lan)

sumber:POJOKJABAR.com,

0 komentar:

Post a Comment