BOGOR – Sementara Ketua MKKS SMK Kota Bogor Mulyana Murprihartono, mengatakan, sebanyak 95 SMK di Kota Hujan seluruhnya mengikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer tahun ini. Dengan jumlah peserta didik sebanyak 11.100 siswa.
Jumlah itu, kata Kepala SMK NIBA Bogor ini, termasuk dengan jumlah peserta didik di tiga sekolah yang memiliki empat angkatan di dalamnya. Untuk yang terpaksa bergabung ujian, ada sebanyak 20 SMK.
“Untuk jumlah peserta saya kurang hafal. Yang jelas, 20 sekolah yang gabung sudah disiapkan,” tukasnya.
Sejumlah persiapan terus digeber sekolah sejak pekan kemarin. Seperti halnya SMK Negeri 1 Bogor, yang mengklaim siap menggelar UNBK 2017.
“Sudah siap, jaringan internet, fasilitas komputer, hingga singkronisasi, tinggal pelaksanaannya saja,” ujar Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) Kesiswaan SMK 1 Bogor Solihin.
Berkaca dari UNBK tahun lalu, menurut Solihin, pihaknya belum pernah mengalami hambatan berarti yang mengganggu pelaksanaan ujian. Hanya saja dirinya mewanti-wanti akan matinya listrik secara tiba-tiba.
“Insya Allah PLN support. Tahun lalu pun di SMK 1 tidak terjadi mati listrik, semoga tahun ini bisa lancar seperti tahun lalu,” kata dia.
Sebagai informasi, pelaksanaan UNBK SMA berlangsung Senin (10/4). Di Kabupaten Bogor, terdapat 400 siswa dari 30 sekolah terpaksa nebeng ujian di sekolah lain.
Mereka bergabung dengan siswa dari 173 sekolah yang telah memiliki peralatan lengkap. Sehingga total tahun ini sebanyak 17.200 siswa yang mengikuti UNBK.
“Total 98 persen ikut UNBK, sisanya manual,” ujar Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMA Kabupaten Bogor, Bambang Supriyadi.
Sementara Ketua MKKS SMA Kota Bogor, Surya Setiamulyana, menjelaskan, tahun ini ada 6.341 siswa dari 49 SMA yang ikut UNBK. Rinciannya; 10 SMA negeri dan 39 SMA swasta.
Dari 49 sekolah itu, ratusan siswa dari 14 sekolah terpaksa nebeng ke sekolah lain yang lebih memadai seperti SMA YPHB Plus, SMA Kamandaka, dan SMA Dasa Semesta.
“Tapi 100 persen siswa SMA di Kota Bogor mengikuti UNBK,” jelasnya.
Di bagian lain, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengimbau semua pihak untuk mengutamakan kejujuran.
”Saya imbau sekolah jauhkan praktek kecurangan dan utamakan kejujuran dalam penyelenggaraannya,” katanya melalui keterangan resmi Minggu (02/04/2017).
Pengamat pendidikan dari UIN Syarif Hidayatullah Jejen Musfah mengatakan bahwa imbauan Mendikbud untuk mengutamakan kejujuran sangat beralasan.
Menurutnya, selama ini, ujian nasional kerap diwarnai kecurangan.
Bukan hanya dilakukan oleh siswa dan orang tua. Tetapi juga oleh guru, kepala sekolah, bahkan parfa pengawas ujian.
”Saya sepakat dengan Pak Menteri. Kejujuran itu memnag mudah diucapkan. Tapi berat untuk dilakukan,” katanya.
Saking selalu terciderai kecuangan, Jejen menyarankan Kemendikbud bekerja sama dengan Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) untuk terus menggaungkan kejujuran.
”Ini ritual tahunan yang enggak pernah sepi dari praktik kecurangan,” ungkap Jejen.
Kecurangan ini juga dikatakan Jejen bisa terjadi pada UN SMK yang tengah berlangsung. Terlebih, sistem ujiannya sudah berbasis komputer.
Ini, kata Jejen, malah makin membuka peluang orang untuk bisa mencuri soal dengan mudah.
Karena bersifat online dan disimpan di sistem komputasi awan, peluang untuk dijebolnya jadi lebih besar ketimbang soal yang berbasis kertas.
”Online itu lebih mudah. Lebih rawan karena bisa diakses oleh siapa saja.
Saya pikir, Menteri perlu berpesan kepada hacker untuk jangan menggunakan kemampuannya untuk memperkaya diri. Teritama dengan membobol soal ujian,” terangnya.
Hal agak berbeda dilontarkan Mansur, pengurus Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI). Alih-alih mengkhawatirkan akan terjadi kecurangan, Mansur lebih menggarisbawahi kematangan persiapan.
”Dalam UNBK ini, yang harus diperhatikan betul adalah alatnya. Yakni komputer atau laptop, listrik, dan sambungan internet. Kalau semuanya aman, UN akan berjalan lancar,” tuturnya.
Mansur menambahkan, saat ini, tidak semua alat merupakan inventaris sekolah. Ada yang meminjam dari siswa, ada juga yang meminjam dari sekolah lain. Sehingga kondisinya akan berbeda.
”Bisa saja terjadi masalah teknis di tengah ujian. Itu yang harus diperhatikan,” katanya.
Terkait kebocoran soal, Mansur yakin dengan sistem berbasis komputer ini, kebocoran soal akan minim terjadi.
Menurutnya, dengan sistem tersebut, soal baru bisa dibuka lima menit sebelum ujian dimulai. Dengan begitu, kebocoran akan sulit terjadi.
”Lagi pula, tiap siswa dengan komputernya masing-masing akan dapat soal yang berbeda. Kemungkinannya kecil sekali (untuk bocor),” terangnya.
(radar bogor/ran/wil/jpg/c)
sumber:POJOKJABAR.com,
Jumlah itu, kata Kepala SMK NIBA Bogor ini, termasuk dengan jumlah peserta didik di tiga sekolah yang memiliki empat angkatan di dalamnya. Untuk yang terpaksa bergabung ujian, ada sebanyak 20 SMK.
“Untuk jumlah peserta saya kurang hafal. Yang jelas, 20 sekolah yang gabung sudah disiapkan,” tukasnya.
Sejumlah persiapan terus digeber sekolah sejak pekan kemarin. Seperti halnya SMK Negeri 1 Bogor, yang mengklaim siap menggelar UNBK 2017.
“Sudah siap, jaringan internet, fasilitas komputer, hingga singkronisasi, tinggal pelaksanaannya saja,” ujar Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) Kesiswaan SMK 1 Bogor Solihin.
Berkaca dari UNBK tahun lalu, menurut Solihin, pihaknya belum pernah mengalami hambatan berarti yang mengganggu pelaksanaan ujian. Hanya saja dirinya mewanti-wanti akan matinya listrik secara tiba-tiba.
“Insya Allah PLN support. Tahun lalu pun di SMK 1 tidak terjadi mati listrik, semoga tahun ini bisa lancar seperti tahun lalu,” kata dia.
Sebagai informasi, pelaksanaan UNBK SMA berlangsung Senin (10/4). Di Kabupaten Bogor, terdapat 400 siswa dari 30 sekolah terpaksa nebeng ujian di sekolah lain.
Mereka bergabung dengan siswa dari 173 sekolah yang telah memiliki peralatan lengkap. Sehingga total tahun ini sebanyak 17.200 siswa yang mengikuti UNBK.
“Total 98 persen ikut UNBK, sisanya manual,” ujar Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMA Kabupaten Bogor, Bambang Supriyadi.
Sementara Ketua MKKS SMA Kota Bogor, Surya Setiamulyana, menjelaskan, tahun ini ada 6.341 siswa dari 49 SMA yang ikut UNBK. Rinciannya; 10 SMA negeri dan 39 SMA swasta.
Dari 49 sekolah itu, ratusan siswa dari 14 sekolah terpaksa nebeng ke sekolah lain yang lebih memadai seperti SMA YPHB Plus, SMA Kamandaka, dan SMA Dasa Semesta.
“Tapi 100 persen siswa SMA di Kota Bogor mengikuti UNBK,” jelasnya.
Di bagian lain, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengimbau semua pihak untuk mengutamakan kejujuran.
”Saya imbau sekolah jauhkan praktek kecurangan dan utamakan kejujuran dalam penyelenggaraannya,” katanya melalui keterangan resmi Minggu (02/04/2017).
Pengamat pendidikan dari UIN Syarif Hidayatullah Jejen Musfah mengatakan bahwa imbauan Mendikbud untuk mengutamakan kejujuran sangat beralasan.
Menurutnya, selama ini, ujian nasional kerap diwarnai kecurangan.
Bukan hanya dilakukan oleh siswa dan orang tua. Tetapi juga oleh guru, kepala sekolah, bahkan parfa pengawas ujian.
”Saya sepakat dengan Pak Menteri. Kejujuran itu memnag mudah diucapkan. Tapi berat untuk dilakukan,” katanya.
Saking selalu terciderai kecuangan, Jejen menyarankan Kemendikbud bekerja sama dengan Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) untuk terus menggaungkan kejujuran.
”Ini ritual tahunan yang enggak pernah sepi dari praktik kecurangan,” ungkap Jejen.
Kecurangan ini juga dikatakan Jejen bisa terjadi pada UN SMK yang tengah berlangsung. Terlebih, sistem ujiannya sudah berbasis komputer.
Ini, kata Jejen, malah makin membuka peluang orang untuk bisa mencuri soal dengan mudah.
Karena bersifat online dan disimpan di sistem komputasi awan, peluang untuk dijebolnya jadi lebih besar ketimbang soal yang berbasis kertas.
”Online itu lebih mudah. Lebih rawan karena bisa diakses oleh siapa saja.
Saya pikir, Menteri perlu berpesan kepada hacker untuk jangan menggunakan kemampuannya untuk memperkaya diri. Teritama dengan membobol soal ujian,” terangnya.
Hal agak berbeda dilontarkan Mansur, pengurus Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI). Alih-alih mengkhawatirkan akan terjadi kecurangan, Mansur lebih menggarisbawahi kematangan persiapan.
”Dalam UNBK ini, yang harus diperhatikan betul adalah alatnya. Yakni komputer atau laptop, listrik, dan sambungan internet. Kalau semuanya aman, UN akan berjalan lancar,” tuturnya.
Mansur menambahkan, saat ini, tidak semua alat merupakan inventaris sekolah. Ada yang meminjam dari siswa, ada juga yang meminjam dari sekolah lain. Sehingga kondisinya akan berbeda.
”Bisa saja terjadi masalah teknis di tengah ujian. Itu yang harus diperhatikan,” katanya.
Terkait kebocoran soal, Mansur yakin dengan sistem berbasis komputer ini, kebocoran soal akan minim terjadi.
Menurutnya, dengan sistem tersebut, soal baru bisa dibuka lima menit sebelum ujian dimulai. Dengan begitu, kebocoran akan sulit terjadi.
”Lagi pula, tiap siswa dengan komputernya masing-masing akan dapat soal yang berbeda. Kemungkinannya kecil sekali (untuk bocor),” terangnya.
(radar bogor/ran/wil/jpg/c)
sumber:POJOKJABAR.com,
0 komentar:
Post a Comment