Jakarta - Afandi Sangadji Idris (43) melakukan berbagai cara untuk menipu pengikutnya. Selain mengaku bisa menggandakan uang dari daun, Afandi juga mengaku bergelar Kyai Haji Master Agama.
"Dia ngakunya sebagai Kyai Haji dengan gelar Master Agama (M.Ag), tetapi setelah kita cek ternyata palsu," ujar Kasat Reskrim Polresta Tangerang Kabupaten Kompol Gunarko kepada detikcom, Rabu (5/4/2017).
Gunarko mengatakan, Afandi tidak pernah pergi berhaji. Warga asal Cikupa, Kabupaten Tangerang itu juga tidak pernah menempuh pendidikan di perguruan tinggi.
"Dia tidak pernah pergi berhaji dan tidak pernah kuliah, hanya tamatan madrasah ibtidaiyah (setingkat Sekolah Dasar)," lanjut Gunarko.
Untuk lebih meyakinkan pengikutnya lagi, Afandi mengaku pernah mengikuti pesantren di sejumlah pondok pesantren terkenal. "Ngakunya pesantren di ponpes-ponpes terkenal," tuturnya.
Afandi mendirikan 'padepokan' sejak pertengahan November 2015. Aktivitas dia dan pengikutnya di padepokan tersebut awalnya adalah sebuah pengajian dan zikir.
Semula, Afandi hanya memiliki sedikit pengikut. Lama-lama pengikutnya mencapai ratusan orang. Dia pun kemudian meminta sumbangan kepada pengikutnya mulai Rp 500 ribu sampai Rp 7 juta.
Pengikut yang datang ke pengajiannya adalah untuk berobat dari penyakitnya yang menahun. Ada juga yang minta dilancarkan rezeki hingga agar bisnisnya lancar dan semakin sukses.
"Setelah memberikan uang titipan pertama, pengikut harus memberikan proposal ke dia misalnya proposal untuk bangun hotel yang nilainya miliaran, nanti dia ngasih kardus yang isinya ternyata daun kering," tandas Gunarko.
"Dia ngakunya sebagai Kyai Haji dengan gelar Master Agama (M.Ag), tetapi setelah kita cek ternyata palsu," ujar Kasat Reskrim Polresta Tangerang Kabupaten Kompol Gunarko kepada detikcom, Rabu (5/4/2017).
Gunarko mengatakan, Afandi tidak pernah pergi berhaji. Warga asal Cikupa, Kabupaten Tangerang itu juga tidak pernah menempuh pendidikan di perguruan tinggi.
"Dia tidak pernah pergi berhaji dan tidak pernah kuliah, hanya tamatan madrasah ibtidaiyah (setingkat Sekolah Dasar)," lanjut Gunarko.
Untuk lebih meyakinkan pengikutnya lagi, Afandi mengaku pernah mengikuti pesantren di sejumlah pondok pesantren terkenal. "Ngakunya pesantren di ponpes-ponpes terkenal," tuturnya.
Afandi mendirikan 'padepokan' sejak pertengahan November 2015. Aktivitas dia dan pengikutnya di padepokan tersebut awalnya adalah sebuah pengajian dan zikir.
Semula, Afandi hanya memiliki sedikit pengikut. Lama-lama pengikutnya mencapai ratusan orang. Dia pun kemudian meminta sumbangan kepada pengikutnya mulai Rp 500 ribu sampai Rp 7 juta.
Pengikut yang datang ke pengajiannya adalah untuk berobat dari penyakitnya yang menahun. Ada juga yang minta dilancarkan rezeki hingga agar bisnisnya lancar dan semakin sukses.
"Setelah memberikan uang titipan pertama, pengikut harus memberikan proposal ke dia misalnya proposal untuk bangun hotel yang nilainya miliaran, nanti dia ngasih kardus yang isinya ternyata daun kering," tandas Gunarko.
Sumber:(detik.com)
0 komentar:
Post a Comment