BOGOR – Pelayanan kesehatan gratis tak melulu membuat pasien kuat menghadapi perawatan. Seperti kasus bayi mungil Muhammad Alzabar, Warga Kampung Ceger, Kelurahan Tegal Gundil Meski telah mengantongi BPJS tanpa iuran, keluarga bayi yang terkena atresia esofagus (kerongkongan buntu) itu, masih terkendala biaya sehari-hari selama perawatan.
Itulah yang memaksa pasangan Halifah (19) dan Ramdhani (20) mengeluarkan buah hatinya yang baru berusia 25 hari itu, dari rumah sakit. “Iya kami enggak mau ke rumah sakit. Karena tidak ada lagi untuk biaya sehari-hari. Saya iklas tinggal dirawat dirumah,”lirih Halifah ibu kandung Alzabar ketika ditemui Radar Bogor di Kampung Ceger RT03/11, Kelurahan Tegal Gundil, Kecamatan Bogor Tengah.
Namun, keputusan keluarga Halifah membawa anaknya ke rumah terbilang tidak tepat pasalnya, penderita atresia esofagus harus terus mendapat asupan makanan melaui infus. Itu disebabkan, kondisi kerongkongan bayi tidak nyambung dengan lambung.
Karena kondisi anaknya yang semakin menurun. Halifah pun membawa anaknya ke Puskemas Tegal Gundi. Disana lagi-lagi ia menolak ajakan dokter untuk dirujuk anak-nya ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Tapi dengan adanya bujukan dari ibu angkat Halifah, Suhertin (40) akhirnya Alzabar dirujuk ke RSCM, Jum’at (07/04/2017).
“Mau tak mau harus dirujuk karena kondisi sang anak semkain menurun,”timpal Suhertin ketika mendampingi Alzabar di Pelayanan Obstetri Neonatus Essensial Dasar (Poned) Puskesmas Tegal Gundil. Belakangan baru diketahui, bahwa ibu kandung Alzabar ternyata memiliki riwayat jantung. “Sekarang pihak RS Salak (RS awal perawatan Alzabar) didampingi bidan akan bersama ke RSCM, “timpal Kepala UPT Puskesmas Tegal Gundil dr Viktor Saija.
Ia menjelaskan, berdasarkan diagnosa rumah sakit terdapat kelainan esophagus pada Alzabar, atau dalam bahasa sederhanya saluran tenggorokan yang tidak nyambung dengan lambung. Sehingga kondisi itu menyulitkan Alzabar mendapat asupan makanan. Untuk bertahan hidupharus melalui infus. “Untuk spesialis bedah anak masih terbilang sulit di Bogor. Sehingga, kami dari Dinas Kesehatan merujuk pasien ke RSCM,” terangnya.
Untuk diketahui, atresia esofagus adalah kelainan bawaan, yang berarti terjadi sebelum kelahiran. Ada beberapa jenisnya, kebanyakan berupa esofagus terputus dan tidak tersambung dengan esofagus bawa dan perut. Ujung esofagus bawah malah menyambung dengan saluran napas. Kondisi ini disebut tracheoesophageal fistula (TEF). Beberapa bayi dengan kondisi ini biasanya mengalami masalah lainnya, seperti gangguan jantung dan pencernaan.
Penyakit jenis ini dianggap keadaan darurat operasi. Operasi untuk memperbaiki esofagus harus segera dilakukan begitu bayi berhasil distabilkan sehingga kerusakan tenggorokan tidak sempat terjadi dan bayi bisa segera disusui. Sebelum operasi, bayi tidak bisa disusui melalui mulut. Perawatan diberikan untuk mencegah bayi menghirup sekresinya sendiri ke dalam tenggorokan.
Itulah yang memaksa pasangan Halifah (19) dan Ramdhani (20) mengeluarkan buah hatinya yang baru berusia 25 hari itu, dari rumah sakit. “Iya kami enggak mau ke rumah sakit. Karena tidak ada lagi untuk biaya sehari-hari. Saya iklas tinggal dirawat dirumah,”lirih Halifah ibu kandung Alzabar ketika ditemui Radar Bogor di Kampung Ceger RT03/11, Kelurahan Tegal Gundil, Kecamatan Bogor Tengah.
Namun, keputusan keluarga Halifah membawa anaknya ke rumah terbilang tidak tepat pasalnya, penderita atresia esofagus harus terus mendapat asupan makanan melaui infus. Itu disebabkan, kondisi kerongkongan bayi tidak nyambung dengan lambung.
Karena kondisi anaknya yang semakin menurun. Halifah pun membawa anaknya ke Puskemas Tegal Gundi. Disana lagi-lagi ia menolak ajakan dokter untuk dirujuk anak-nya ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Tapi dengan adanya bujukan dari ibu angkat Halifah, Suhertin (40) akhirnya Alzabar dirujuk ke RSCM, Jum’at (07/04/2017).
“Mau tak mau harus dirujuk karena kondisi sang anak semkain menurun,”timpal Suhertin ketika mendampingi Alzabar di Pelayanan Obstetri Neonatus Essensial Dasar (Poned) Puskesmas Tegal Gundil. Belakangan baru diketahui, bahwa ibu kandung Alzabar ternyata memiliki riwayat jantung. “Sekarang pihak RS Salak (RS awal perawatan Alzabar) didampingi bidan akan bersama ke RSCM, “timpal Kepala UPT Puskesmas Tegal Gundil dr Viktor Saija.
Ia menjelaskan, berdasarkan diagnosa rumah sakit terdapat kelainan esophagus pada Alzabar, atau dalam bahasa sederhanya saluran tenggorokan yang tidak nyambung dengan lambung. Sehingga kondisi itu menyulitkan Alzabar mendapat asupan makanan. Untuk bertahan hidupharus melalui infus. “Untuk spesialis bedah anak masih terbilang sulit di Bogor. Sehingga, kami dari Dinas Kesehatan merujuk pasien ke RSCM,” terangnya.
Untuk diketahui, atresia esofagus adalah kelainan bawaan, yang berarti terjadi sebelum kelahiran. Ada beberapa jenisnya, kebanyakan berupa esofagus terputus dan tidak tersambung dengan esofagus bawa dan perut. Ujung esofagus bawah malah menyambung dengan saluran napas. Kondisi ini disebut tracheoesophageal fistula (TEF). Beberapa bayi dengan kondisi ini biasanya mengalami masalah lainnya, seperti gangguan jantung dan pencernaan.
Penyakit jenis ini dianggap keadaan darurat operasi. Operasi untuk memperbaiki esofagus harus segera dilakukan begitu bayi berhasil distabilkan sehingga kerusakan tenggorokan tidak sempat terjadi dan bayi bisa segera disusui. Sebelum operasi, bayi tidak bisa disusui melalui mulut. Perawatan diberikan untuk mencegah bayi menghirup sekresinya sendiri ke dalam tenggorokan.
ent.sumber:(pojokjabar)
0 komentar:
Post a Comment