Banner 1

Tuesday, 7 March 2017

Bencana Terus Datang, Warga Bogor Bertahan atau Hidup di Bawah Ancaman!




BOGOR – Sejak akhir 2016 hingga Maret tahun ini, bencana longsor menyerang Bogor bertubi-tubi. Di sejumlah lokasi, longsor benar-benar menghancurkan kehidupan warga.

Mereka kehilangan tempat tinggal dan harta benda. Banyak juga yang hingga kini masih bertahan di pengungsian, lantaran takut adanya bencana susulan.
Sudah dua pekan ini Nasirun (56) dan keluarga tidur di balai desa setempat. Korban longsor Kampung Cipanas RT 03/03, Desa Leuwibatu, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Rabu (22/2/2017) lalu, itu tak punya pilihan.

Di tengah serangan badai seperti sekarang, bahaya terus mengancam. Meski rumahnya masih layak dihuni, ia bersama puluhan warga lainnya memilih mengungsi.

Namanya pengungsian, barang tentu tak layak apalagi nyaman untuk ditanggali. Nasirun dan warga lainnya, harus berbagi tempat di ruangan petak berukuran 8×6 meter ini.

Sebuah balai pertemuan warga desa yang disulap agar dapat menampung orang banyak.

“Takut pak, takut longsor susulan. Di sini aja,” tutur Nasirun kepada Radar Bogor (Pojoksatu.id Group).

Sebagian besar korban tanah longsor di Kampung Cipanas sudah kembali ke rumah masing-masing. Namun masih ada 26 warga yang terpaksa bertahan di balai desa.
“Kami ingin pulang, tapi memang belum boleh karena masih ada batu besar di atas rumah kami,” kata Nasirun.

Kekhawatiran itu tak berlebihan. Badan Meteorologi dan Klimatologi (BMKG) mengeluarkan peringatan dini potensi hujan lebat untuk wilayah Jabodetabek, sepekan ke depan.

Tak hanya intensitas tinggi, hujan lebat hari ini diprediksi disertai angin kencang dan petir.

Di sisi lain, kondisi kesehatan para pengungsi di balai desa Leuwibatu juga semakin memprihatinkan. Sejak tinggal di pengungsian, asupan gizi dan kondisi cuaca membuat tubuh mereka lemah.

Kepala Urusan Pemerintahan Desa Leuwibatu, Ahmad Zaini, mengatakan sudah banyak warga yang terkena penyakit.

“Salah satu pengungsi, Samsudin (45) sempat dirujuk ke rumah sakit. Memang memiliki penyakit bawaan batu ginjal, sempat dironsen, tapi tidak mau dioperasi,” tutur Zaini.

Yang justru sangat mengkhawatirkan, kata Zaini, adalah kondisi anak-anak. Mereka tidak akan kuat berlama-lama di cuaca dingin.

Rita (2), balita yang turut orang tuanya mengungsi harus mendapat perawatan serius di RSUD Leuwiliang. Kondisi Rita saat di pengungsian sangat mengkhawatirkan.

“Kabar terakhir, Rita kena tifus karena kondisi di pengungsian yang kurang baik untuk bayi. Dia harus dirawat,” kata Zaini.
Zaini belum bisa memastikan kapan 26 warga yang masih mengungsi di balai desa bisa kembali pulang. Pihak desa pun tak berani menjamin dan masih mengkhawatirkan kondisi tanah dan bebatuan yang berada di tebingan.

Menurut Zaini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor sudah berjanji akan memecah batu tersebut, dan memastikan kondisi Kampung Cipanas aman.

Komandan Koramil Rumpin Kapten Inf Hasan Bisri mengatakan rumah 26 warga tersebut memang berbahaya karena berada di bawah tebing. Terlebih saat malam hari dan hujan lebat, potensi longsor susulan sangat mungkin terjadi.

“Mereka mengungsi saat malam. Kalau siang melakukan aktivitas seperti biasa,” jelasnya.

“Kini tinggal 12 KK dan 26 warga yang masih mengungsi. Ada batu besar di atas tebing yang bisa menghantam rumah mereka. Kami akan menghancurkan baru tersebut,” imbuhnya. (ant) sumber: pojok jabar

Related Posts:

0 komentar:

Post a Comment