BOGOR – Pemotongan dana bantuan siswa miskin (BSM) di SDN Rawailat, mendapat penolakan dari wali murid. Meski pemotongan BSM ini dengan alasan untuk pembangunan sarana ibadah.
Salah seorang wali murid yang enggan disebutkan namanya mengatakan, kepala sekolah telah menginisiatori pemotongan dana BSM. Karenanya, meski keberatan, orangtua murid terpaksa memberikan uangnya.
“Saya kasih Rp50 ribu dari dana BSM. Katanya untuk pembangunan tempat ibadah,” ujar janda dua anak ini kepada Radar Bogor (Pojoksatu.id Group), Senin (03/04/2017).
Dia mengaku, tak punya nyali untuk mengutarakan keberatannya. Sehingga, dana bantuan yang seharusnya dapat digunakan unik ongkos anaknya pulang pergi sekolah, justru berkurang.
“Saya harus ikhlas, semoga dibalas berlipat oleh Allah,” harapnya.
Dikomfirmasi terkait pemotongan dana BSM, Kepala SDN Rawailat, Budi mengatakan, merka sengaja menggiring para wali murid penerima BSM untuk bersedekah membangun tempat ibadah.
Sebanyak 18 penerima BSM menyetorkan uang Rp25 ribu sampai Rp50 ribu.
“Tidak ada yang salah. Toh bangunan masjidnya memang ada. Dan penerima (BSM) juga ikhlas memberi,” ujarnya kepada Radar Bogor di kantornya, Senin (03/04/2017).
Kata dia, kebijakan ini diinisiatori para guru dan wali murid.
Sehingga, keputusan itu telah melalui kesepakatan bersama melalui rapat.
“Kalau tidak dirapatkan, bisa saja saya salah. Tapi karena sudah dirapatkan guru dan walimurid, makanya tidak ada soal,” terangnya.
Tak hanya para penerima BSM, para guru dan beberapa perusahaan juga dipinta sumbangan seikhlasnya untuk kelancaran pembangunan rumah ibadah di lingkungan sekolah.
“Sayapun nyumbang. Ada perusahaan sekitar juga kami minta. Dan beberapa perusahaan sudah memberi bantuan,” terangnya.
Menurutnya, pemotongan itu juga didasari dari syarat ekonomi para walimurid yang relatif mampu.
Termaksud para penerima BSM. Sehingga, potongan uang bantuan tak dikeluhkan wali murid.
“Yang menerima bantuan banyak orang mampu, makanya kami tidak ragu memintanya,” kata dia.
Meski demikian, Budi mengaku tidak keberatan juga harus mengembalikan potongan dana bantuan pemerintah tersebut. Sebab, pemasukan dana pembangunan masjid dari potongan BSM tapak signifikan.
Terlebih lagi, jika potongan itu dapat menjeratnya ke meja hijau.
“Lebih baik saya suruh Ijah (bendahara sekolah) untuk mengembalikan kepada penerima (siswa miskin, red). Jumlahnya tidak seberapa,” ucapnya.
Untuk diketahui, dari jumlah 667 siswa SDN Rawailat, ada 18 penerima BSM. Para penerima BSM itu menerima dana dari pusat Rp202 ribu hingga Rp450 ribu.
Rencananya, dana pemotongan dari BSM ini digunakan untuk membeli kunci, engsel dan beberapa matrial yang dibutuhkan untuk pembangunan masjid.
Salah seorang wali murid yang enggan disebutkan namanya mengatakan, kepala sekolah telah menginisiatori pemotongan dana BSM. Karenanya, meski keberatan, orangtua murid terpaksa memberikan uangnya.
“Saya kasih Rp50 ribu dari dana BSM. Katanya untuk pembangunan tempat ibadah,” ujar janda dua anak ini kepada Radar Bogor (Pojoksatu.id Group), Senin (03/04/2017).
Dia mengaku, tak punya nyali untuk mengutarakan keberatannya. Sehingga, dana bantuan yang seharusnya dapat digunakan unik ongkos anaknya pulang pergi sekolah, justru berkurang.
“Saya harus ikhlas, semoga dibalas berlipat oleh Allah,” harapnya.
Dikomfirmasi terkait pemotongan dana BSM, Kepala SDN Rawailat, Budi mengatakan, merka sengaja menggiring para wali murid penerima BSM untuk bersedekah membangun tempat ibadah.
Sebanyak 18 penerima BSM menyetorkan uang Rp25 ribu sampai Rp50 ribu.
“Tidak ada yang salah. Toh bangunan masjidnya memang ada. Dan penerima (BSM) juga ikhlas memberi,” ujarnya kepada Radar Bogor di kantornya, Senin (03/04/2017).
Kata dia, kebijakan ini diinisiatori para guru dan wali murid.
Sehingga, keputusan itu telah melalui kesepakatan bersama melalui rapat.
“Kalau tidak dirapatkan, bisa saja saya salah. Tapi karena sudah dirapatkan guru dan walimurid, makanya tidak ada soal,” terangnya.
Tak hanya para penerima BSM, para guru dan beberapa perusahaan juga dipinta sumbangan seikhlasnya untuk kelancaran pembangunan rumah ibadah di lingkungan sekolah.
“Sayapun nyumbang. Ada perusahaan sekitar juga kami minta. Dan beberapa perusahaan sudah memberi bantuan,” terangnya.
Menurutnya, pemotongan itu juga didasari dari syarat ekonomi para walimurid yang relatif mampu.
Termaksud para penerima BSM. Sehingga, potongan uang bantuan tak dikeluhkan wali murid.
“Yang menerima bantuan banyak orang mampu, makanya kami tidak ragu memintanya,” kata dia.
Meski demikian, Budi mengaku tidak keberatan juga harus mengembalikan potongan dana bantuan pemerintah tersebut. Sebab, pemasukan dana pembangunan masjid dari potongan BSM tapak signifikan.
Terlebih lagi, jika potongan itu dapat menjeratnya ke meja hijau.
“Lebih baik saya suruh Ijah (bendahara sekolah) untuk mengembalikan kepada penerima (siswa miskin, red). Jumlahnya tidak seberapa,” ucapnya.
Untuk diketahui, dari jumlah 667 siswa SDN Rawailat, ada 18 penerima BSM. Para penerima BSM itu menerima dana dari pusat Rp202 ribu hingga Rp450 ribu.
Rencananya, dana pemotongan dari BSM ini digunakan untuk membeli kunci, engsel dan beberapa matrial yang dibutuhkan untuk pembangunan masjid.
Sumber:(pojokjabar)
0 komentar:
Post a Comment