POJOKSATU.id, JAKARTA – Utang luar negeri pada akhir
kuartal ketiga 2016 tercatat USD 325,3 miliar. Jumlah tersebut
bertumbuh 7,8 persen secara year-on-year (yoy). Utang luar negeri (ULN)
berpotensi meningkat pada kuartal IV yang didorong utang pemerintah.
Pada kuartal ketiga, proporsi utang pemerintah mencapai 20,8 persen.
Angka itu melesat jika dibandingkan dengan kuartal kedua tahun ini
sebesar 17,9 persen.
Ekonom Kenta Institute Eric Sugandi menyatakan, ULN sektor publik
dari pemerintah berpotensi meningkat karena ada kebutuhan pembangunan
infrastruktur.
’’Utang pemerintah mungkin bisa naik karena pinjaman jangka panjang
untuk proyek-proyek pembangunan. Swasta cenderung stabil, bisa naik
sedikit atau turun sedikit,’’ katanya pada akhir pekan lalu.
Kontribusi utang pemerintah terhadap total utang mencapai USD 162,2
miliar atau 49,9 persen. Jumlah itu memang selisih tipis ketimbang utang
luar negeri swasta sebesar USD 163,1 miliar atau 50,1 persen terhadap
total utang.
Eric tidak menyebutkan potensi utang untuk menyelesaikan
proyek-proyek di kuartal terakhir tahun ini. Meski demikian, pencairan
utang di sektor swasta dipastikan lebih kecil daripada penarikan utang
oleh pemerintah.
’’Utang pemerintah mungkin bisa naik karena pinjaman jangka panjang
untuk proyek-proyek pembangunan. Swasta cenderung stabil, bisa naik
sedikit atau turun sedikit,’’ katanya pada akhir pekan lalu.
Kontribusi utang pemerintah terhadap total utang mencapai USD 162,2
miliar atau 49,9 persen. Jumlah itu memang selisih tipis ketimbang utang
luar negeri swasta sebesar USD 163,1 miliar atau 50,1 persen terhadap
total utang.
Eric tidak menyebutkan potensi utang untuk menyelesaikan
proyek-proyek di kuartal terakhir tahun ini. Meski demikian, pencairan
utang di sektor swasta dipastikan lebih kecil daripada penarikan utang
oleh pemerintah.
’’Kami memandang perkembangan ULN masih cukup sehat, namun terus
mewaspadai risikonya terhadap perekonomian nasional. Kami akan terus
memantau perkembangan ULN, khususnya ULN sektor swasta. Ini dilakukan
untuk memberikan keyakinan bahwa ULN dapat berperan optimal dalam
mendukung pembiayaan pembangunan tanpa menimbulkan risiko yang dapat
memengaruhi stabilitas makroekonomi,’’ ujar Deputi Direktur Eksekutif
Departemen Komunikasi BI Tirta Segara.
Berdasar jangka waktu asal, utang luar negeri Indonesia didominasi
utang jangka panjang. Nilainya mencapai USD 283,5 miliar atau 87,2
persen dari total utang luar negeri. Sementara itu, ULN berjangka pendek
tercatat USD 41,8 miliar.
’’Meski utang jangka pendek meningkat, rasionya terhadap cadangan devisa turun 35,5 persen,’’ terangnya.
0 komentar:
Post a Comment