Selama
berkuasa, Fidel Castro memiliki citra diri yang berbeda. Bahkan,
perbedaannya sangat ekstrem. Bagi para pendukung revolusi, dia adalah
sosok pahlawan yang membela orang kecil. Namun, bagi orang-orang yang
tidak sejalan dengannya, Castro dianggap sebagai sosok tiran yang
kejam.
MEREKA yang
membenci Castro berada di Amerika Serikat (AS). Mereka adalah ribuan
orang yang melarikan diri dari kekejaman sang El Comandante sekitar tiga
dekade silam. Mayoritas berdiam di Miami, Negara Bagian Florida, AS.
Ketika mendengar kabar kematian pria yang berkuasa hampir setengah abad
itu, mereka menyambutnya dengan sukacita. Little Havana di Miami
berpesta.
Little Havana adalah permukiman
penduduk Kuba yang mengungsi pada 1980. Saat itu ada sekitar 125 ribu
penduduk Kuba yang menyeberang ke AS. "Kami semua merayakannya. Ini
seperti karnaval," ujar Jay Fernandez. Pria 72 tahun tersebut datang ke
Miami pada 1961, saat usianya masih 18 tahun. "Rasanya aneh. Saya telah
menunggu berita ini sepanjang hidup saya. Rasanya seperti tidak nyata,"
ujar warga Kuba lain di Miami, Gabriel Morales.
Para warga melambaikan bendera Kuba.
Suara musik salsa berdentum di sepanjang jalan. Puluhan kembang api
juga dinyalakan. Suara klakson mobil juga terdengar bersahut-sahutan.
Sebagian warga menyanyikan lagu kebangsaan Kuba, La Bayamesa. "Cuba lire
(Kuba telah bebas, Red)! Si pria tua telah mati. Fidel, tiran, bawa
saudaramu bersamamu!" teriak warga. Ratusan polisi langsung berjaga.
"Neraka memiliki tempat khusus untuk Fidel Castro," ujar kolumnis Miami Herald
Armando Salguero. Hal senada diungkapkan Wali Kota Miami Tomas
Regalado. Dia menyebut kematian Castro sebagai sebuah kemenangan.
Sedangkan Wali Kota Miami-Dade County Carlos Gimenez menyebut kejadian
itu sebagai sesuatu yang sudah mereka tunggu-tunggu.
0 komentar:
Post a Comment