Banner 1

Monday, 28 November 2016

Dua Wajah Fidel Castro

Selama berkuasa, Fidel Castro memiliki citra diri yang berbeda. Bahkan, perbedaannya sangat ekstrem. Bagi para pendukung revolusi, dia adalah sosok pahlawan yang membela orang kecil. Namun, bagi orang-orang yang tidak sejalan dengannya, Castro dianggap sebagai sosok tiran yang kejam. 


MEREKA yang membenci Castro berada di Amerika Serikat (AS). Mereka adalah ribuan orang yang melarikan diri dari kekejaman sang El Comandante sekitar tiga dekade silam. Mayoritas berdiam di Miami, Negara Bagian Florida, AS. Ketika mendengar kabar kematian pria yang berkuasa hampir setengah abad itu, mereka menyambutnya dengan sukacita. Little Havana di Miami berpesta.  

Little Havana adalah permukiman penduduk Kuba yang mengungsi pada 1980. Saat itu ada sekitar 125 ribu penduduk Kuba yang menyeberang ke AS. "Kami semua merayakannya. Ini seperti karnaval," ujar Jay Fernandez. Pria 72 tahun tersebut datang ke Miami pada 1961, saat usianya masih 18 tahun. "Rasanya aneh. Saya telah menunggu berita ini sepanjang hidup saya. Rasanya seperti tidak nyata," ujar warga Kuba lain di Miami, Gabriel Morales. 

Para warga melambaikan bendera Kuba. Suara musik salsa berdentum di sepanjang jalan. Puluhan kembang api juga dinyalakan. Suara klakson mobil juga terdengar bersahut-sahutan. Sebagian warga menyanyikan lagu kebangsaan Kuba, La Bayamesa. "Cuba lire (Kuba telah bebas, Red)! Si pria tua telah mati. Fidel, tiran, bawa saudaramu bersamamu!" teriak warga. Ratusan polisi langsung berjaga. 

"Neraka memiliki tempat khusus untuk Fidel Castro," ujar kolumnis Miami Herald Armando Salguero. Hal senada diungkapkan Wali Kota Miami Tomas Regalado. Dia menyebut kematian Castro sebagai sebuah kemenangan. Sedangkan Wali Kota Miami-Dade County Carlos Gimenez menyebut kejadian itu sebagai sesuatu yang sudah mereka tunggu-tunggu. 

jawapos.com 

0 komentar:

Post a Comment