Banner 1

Friday 25 November 2016

Ngeri… Desa di Bandung Barat Ini “Porak-Poranda”, Ratusan Warga Mengungsi

Warga membersihkan puing-puing bangunan rumahnya yang hancur akibat pergerakan tanah di Kampung Cikatomas Sasak Gantung, Desa Citatah, Kecamatan Cipatat, KBB Kamis (24/11/2016).
POJOKJABAR.com, BANDUNG BARAT – Bumi di Kampung Cikatomas, Desa Citatah, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat terbelah dan kini sepi tak berpenghuni. Ratusan warganya mengungsi, sementara puluhan pemukiman porakporanda akibat pergeseran tanah.

Bencana belum berakhir di 6 titik wilayah Kabupaten Bandung Barat, seiring cuaca ektrem yang masih menyelimuti bagian tengah Jawa Barat hingga hari ini. Status tanggap darurat bencanapun sudah ditetapkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bandung Barat (BPBD-KBB), terhitung sejak 14 November hingga 4 Desember mendatang.

Keenam lokasi tersebut, di antaranya Cikatomas-Cipatat (pergerakan tanah), Rancasenggang-Cililin (longsor), Cikahuripan-Lembang (longsor di jalan Kolonel Masturi ), Kampung Cibolang-Desa Kertaeangi (longsor), di lingkungan sekitar kantor komplek Pemkab ada pemberonjongan, Kampung Panyandaan-Cisarua (irigasi provinsi rusak menyebabkan banjir).

Kepala BPBD KBB Maman S Sunjaya menuturkan, pergerakan tanah di Cikatomas murni bencana alam yang disebabkan tekanan pergerakan air di bawah tanah seiring dengan tingginya intensitas hujan akhir-akhir ini.

“Kami sudah memperingatkan kepada warga yang berada di wilayah kampung Cikatomas untuk segera mengungsi, karena pergerakan tanah tidak bisa diprediksi,” kata Maman yang juga Sekretaris Daerah KBB itu.

Disinggung soal relokasi warga, kata Maman, pihaknya masih menunggu kajian dari Badan Geologi, terkait layak tidaknya di lokasi bencana dijadikan pemukiman kembali untuk kedepannya. Jika pun sudah tidak layak, maka Pemkab Bandung Barat akan mengeluarkan kebijakan untuk merelokasi warga.

“Kami masih tunggu kajian Badan Geologi paling lama 2 Minggu, setelah kajian didapat rencananya akan kita konsultasikan dengan pusat,” ujar Maman.

Pergerakan tanah serupa, kata Maman, berdasarkan hasil kajian Badan Geologi, sebelumnya pernah terjadi di lokasi yang sama sekitar tahun 70-an. Sementara anggaran yang akan digunakan untuk menanggulangi enam titik lokasi bencana, akan memanfaatkan anggaran dari Dana Tidak Terduga (DTT).

“Saat ini masih tersisa sebesar Rp 1,5 miliar dari total Rp 3,9 milliar pada tahun anggaran 2016 ini,” jelas Maman.

Pihaknya pun telah menganggarkan kembali untuk DTT 2017 sebesar Rp 7 miliar. “Rrencananya anggaran yang akan keluarkan sebesar Rp 700 juta. Tapi kami lihat nanti besarannya karena dengan sisa anggaran yang ada dan mengingat hingga akhir tahun hanya bersisa satu bulan setengah lagi,” ujarnya.

Selain dari APBD Kabupaten Bandung Barat, anggaran bencana bisa didapat dari bantuan pemerintah pusat dan provinsi. Seperti bantuan logistik, makanan, serta bantuan mendirikan hunian sementara (huntara) bagi korban yang tinggal di tempat pengungsian.

”Bantuan yang cepat dari mana saja akan kita gunakan untuk membantu warga,” jelasnya.

Ditanya soal berapa kerugian materi atas bencana di Cipatat dan beberapa lokasi lainnya, Maman mengaku masih menghitung. Karena saat ini masih terfokus pada penanganan kepada masyarakat yang terkena dampak bencana alam.

”Masih menghitung kerugiannya dengan berkoordinasi dengan pihak desa,” tandasnya.

Sementara kondisi berbahaya masih mencekam di Kampung Cikatomas. 30 rumah porakporanda sehingga harus ditinggalkan penghuninya. Sebanyak 40 KK dengan 124 jiwa di Kampung Cikatomas, RT 05/RW 10, Desa Citatah, Kecamatan Cipatat lebih memilih hijrah ke tempat pengungsian atau rumah saudara mereka.

Berdasarkan data terakhir BPBD untuk warga terdampak pergerakan tanah di Kampung Cikatomas, seluruhnya ada 70 KK dengan 210 jiwa. 40 KK dengan 124 jiwa diantaranya dari Kampung Cikatomas dan sisanya 30 KK dari Kampung yang berdekatan dengan Kampung Cikatomas, yakni Kampung Cirawa.

Warga kampung Cikatomas seluruhnya sudah mengungsi ke tempat pemgungsian ataupun ke tempat saudaranya. Sementara untuk sebagian warga Kampung Cirawa juga sudah ada yang mengungsi.

Di sejumlah titik, retakan akibat pergerakan tanah semakin meluas. 

Jalan ambles yang semula hanya beberapa sentimeter, kini ada yang sudah mencapai tiga meter. Jembatan penghubung antara Desa Cikatomas dengan Desa Cirawa pun telah bergeser akibat pergerakan tanah tersebut

sumber : jabar.pojoksatu.id





0 komentar:

Post a Comment