Banner 1

Monday 28 November 2016

Cerita Aktivis Jerman yang Hijrah ke Indonesia



POJOKJABAR.com, BANDUNG- Menjadi seorang aktivis bukan suatu perkara yang gampang, terlebih persoalan sosial yang dihadapi di Indonesia cukup banyak dan selalu menyentuh nurani. Tapi bagi Mary Kaouch Gama, hal itu sudah menjadi rutinitasnya. Ia menjalani kehidupan sebagai aktivis sudah belasan tahun silam.

Warga negara Jerman yang sudah menetap di Indonesia selama 24 tahun ini pun, mengakui menikmati profesinya sebagai seorang aktivis terutama untuk penyandang difabel.

“Saya senang berada di tengah-tengah mereka, meski harus banyak cara dan penyesuaian. Tapi saya bersyukur sekali, mereka yang masih ada kekurangan bisa, masa saya tidak bisa ya,” ujarnya dengan bahasa Indonesia fasih.


Semenjak tinggal di Indonesia, sambung dia, dan memeluk agama Islam mengikuti keyakinan suaminya, Mary kemudian mengganti nama menjadi Marriam atau ia lebih akrab disapa Umi Marriam.

Perempuan bermata teduh ini menceritakan awal perjalanannya menjadi seorang aktivis. Ia memulai semua perjalanan hidupnya ketika berada di Indonesia, hatinya tergerak saat melihat banyaknya orang-orang yang membutuhkan bantuannya.

Proses demi proses ia jalani hingga akhirnya ia pun banyak mengikuti kegiatan berbau sosial dan motivasi yang diadakan oleh berbagai kalangan.

“Saya itu guru private bahasa Inggris dan jerman di sini, tapi saya juga suka kasih motivasi dakwah, berbagi pengalaman sama teman-teman. Nah dari itu semua saya juga menuliskannya di dalam facebook, sekarang saya juga sedang menyusun buku kedua, tapi masih proses,” jelas perempuan berusia 52 tahun itu.

Beberapa waktu lalu, Marriam sudah menulis satu buku dengan judul “Kutemukan Kebenaran,” ia pun saat ini sedang mempersiapkan membuat blog dan buku dalam bentuk e-book. Lewat kegiatannya sebagai seorang aktivis, Marriam mendapatkan banyak pengalaman dan pembelajaran yang terus membuatnya bersyukur.

Tidak hanya itu, ia pun terus lebih dalam untuk mengenal agama Islam. Ibu dua anak ini pun terus menggali potensinya dan menyebarkan dakwah agama Islam ketika berada disetiap kegiatan atau acara yang dihadirinya.

“Saya ingin tetap menulis, tapi beberapa waktu belakangan ini belum ada mood. Saya tidak tahu kenapa, semenjak saya pulang dari Jerman, saya merasa harus memperjelas tujuan saya. Saya banyak pengalaman, saya banyak dibutuhkan orang lain. Tapi saya harus tahu dulu tujuan saya apa biar saya nyaman,” kata Marriam sembari tersenyum.

24 tahun hidup di tanah rantau, bukan berarti Marriam tidak memiliki persoalan dalam hidupnya. Meski sebagai aktivis atau sering memberikan motivasi kepada orang banyak, nyatanya Marriam kadang dilanda kebingungan dalam proses hidupnya, terlebih setelah sang suami tiada. Namun Marriam tetap semangat dan berkeyakinan apa yang ia lakukan bermanfaat bagi orang banyak.

“Saya baru benar-benar memperdalami Islam 15 tahun lalu. Saya membantu orang yang memiliki masalah, meski saya juga banyak masalah, apalagi suami saya sudah meninggal. Ada sebuah kebingungan dalam diri saya. Saya terus bertanya, ke mana tujuan saya. Tapi semuanya harus inspiratif dan kembali pada diri sendiri,” pungkasnya. (raj)

sumber:pojok jabar

0 komentar:

Post a Comment