Wednesday, 15 November 2017
Home »
metropolitan
» Warga Bogor Menantang Nyawa Bermukim di Bantaran Ciliwung
Warga Bogor Menantang Nyawa Bermukim di Bantaran Ciliwung
Siti Juleha (60) harus bertarung dengan maut setiap hari. Rumahnya yang berada persis di bantaran sungai Ciliwung, Kelurahan Sukasari, Kecamatan Bogor Timur makin hari kian menyusut.
Sejak tiga bulan lalu, dapurnya telah hilang ditelan aliran sungai, akibat longsor. Sewaktu-waktu bisa saja bagian tengah hingga depan rumahnya yang terkena longsor.
Ketika Radar Bogor (Pojoksatu.id Group) berkunjung ke rumahnya, di RT05 RW02, Kelurahan Sukasari, Juleha mengaku tidak mau pindah lantaran tidak memiliki rumah lagi.
“Awalnya rumah yang disamping (longsor), terus merembet ke rumah saya. Rumah adik saya juga kena longsor. Paling parah ya tiga rumah ini,” jelas Juleha
Dia menjelaskan sudah sedari kecil menempati rumah tersebut, karena merupakan rumah warisan turun temurun dari orang tuanya yang telah lama berpulang.
Bukan tanpa rasa takut, saat hujan datang, terlebih jika disertai angin, Juleha bersama anak juga cucunya terbiasa berkumpul di ruang tengah yang tidak terlalu luas, sembari pintu depan dibuka.
Kalau-kalau hal yang tidak diinginkan terjadi. “Ada tiga kepala keluarga (KK) yang tinggal disini. Ibu enggak ada tempat tinggal lagi kecuali disini. Jadi tak bisa pindah,” bebernya.
Awalnya rumah Siti memiliki luas 60 meter, namun akibat longsor rumahnya hanya tinggal 30 meter. Menurut dia, dahulu ketika dibangun rumahnya sangat jauh dari sungai. Masih ada pepohonan, bambu, rambutan dan limu.
“Tapi dengan berjalannya waktu, pohon-pohon itu juga tergerus air sungai, akhirnya makin kesini sangat dengan dengan rumah kami,” lirihnya.
Setelah dapurnya longsor, dia bersama keluarganya harus berbagi dua kamar yang tersisa. Namun, dua kamar yang kini ditinggalinya pun sudah sangat berbahaya. Sebab bagian bawah rumah sudah retak dan bolong, alias tidak ada tanah yang berada di bawahnya. Agar bisa ditinggali anak-anak juga cucunya, Juleha terpaksa membuat ruangan lain dibagian atas.
“Kalau dari kelurahan suka ada yang kasih himbauan untuk pindah. Tapi kalau diminta pindah, ibu enggak mau, enak di rumah sendiri biar jelek, enggak ngontrak, mana ada ngontrak sebulan Rp500 ribu. Anak ibu juga yang sudah pindah ke Bantar Jati minta tinggal disana, ibu enggak mau, enggak betahan,” jelasnya.
Sementara, Camat Bogor Timur Adi Novan menjelaskan, di wilayahnya hanya satu kelurahan yang tidak dilewati Sungai Ciliwung, yakni Kelurahan Sindangrasa. Sisanya seluruhnya dilewati Sungai Ciliwung dan termasuk dalam wilayah rawan longsor.
“Kalau sosialisasi himbauan terus kami lakukan, tapi warganya enggak mau pindah. Alasannya itu rumah mereka satu-satunya dan tidak punya rumah lagi,” lirihnya.
Sebenarnya sudah ada aturan tidak boleh ada pemukiman di daerah aliran sungai (DAS) Ciliwung. Masalahnya pemukiman warga yang sekarang sudah dibangun sejak lama ketika aliran sungai tidak sebesar sekarang.
” Awalnya memang tidak sedekat itu jaraknya, masih ada pepohonan, tapi karena faktor alam jadi tergerus,” kata Adi.
sumber:pojoksatu.id
0 komentar:
Post a Comment