Banner 1

Thursday 30 November 2017

Jimat ”Kebal” Pelaku Perkelahian ala Gladiator di Bogor Ini Dibanderol Rp350 Ribu


Kasus perkelahian ala gladiator yang menewaskan seorang siswa SMP di Kecamatan Rumpin Bogor, ARS (16) terus bergulir. Namun, ternyata para pelaku berani melakukan aksi berbahaya tersebut karena memiliki jimat.

Radar Bogor (Pojoksatu.id Group) pun menelusuri, fenomena pelajar yang keranjingan mendalami ilmu kekebalan tubuh. Selasa (28/11/17), wartawan koran ini mengawalinya dari sekolah ARS, korban gladiator.

Guru BK SMP Islam Asyuhada, Hendri menegaskan, di sekolah tidak pernah mengajarkan ilmu kebatinan. Dari beberapa keterangan teman korban, banyak yang mempelajari ilmu kebal di luar sekolah. RN (13) mengakui, banyak yang mencari jimat ke sekitar Kecamatan Cigudeg,. “Kalau beli jimat di pak DS,” ucapnya.

Berbekal dari RN, tak terlalu sulit untuk menemui kediaman DS. Sebab, ia cukup dikenal sebagai ahli spiritual di Desa Bunar, Kecamatan Cigudeg. Terlebih, rumah bercat putih dan berlantai dua terlihat beda.

Belum sempat mengetuk pintu, seorang pria mengenakan kaos oblong putih keluar rumah.  “Mangga, kaleubeut bade ka saha? (Silahkan masuk, mau ketemu siapa?),” ucap pria berpeci merah itu.

Rupanya, pria itu adalah DS. Setelah berbincang, ia mengaku tak mengenal nama MRS, korban adu ilmu kebal. “Kirang apal abdi. Mung, loba nu kadie hoyong elmu kebal. (Kurang hapal saya. Tapi, banyak yang ke sini ingin ilmu kebal),” akunya.

Menurutnya, pelajar, atlit, calon pejabat, hingga calon kades pernah datang kepadanya. Lalu bagaimana cara mempelajari ilmu kebal ? Menurutnya, ada tiga cara untuk memilikinya. Pertama, kata dia, dengan puasa sembari melapalkan beberapa bacaan.

Kedua, mengunakan jimat berupa rompi dan sabuk. Terakhir, sambung dia, memasang susuk. “Kalau mau instan cara kedua dan ketiga, itu yang banyak. Biasanya, anak muda yang ingin seperti itu,” tutur pria berkumis tebal itu.

Untuk menguasai ilmu tersebut, ada mahar yang harus ditebus. “Sanes bayar, tapi mahar. Isim Rp 350 ribu, susuk biji besi Rp 500 ribu dan rompi isim Rp3 juta,” tuturnya.

Menyikapi fenomena tersebut, Komisioner KPAI Bidang Pendidikan, Retno Listyarti mengatakan, ada yang salah dengan sistem pendidikan saat ini. “Adu kekebalan yang diyakini para pelajar merupakan salah satu indikasi bahwa pendidikan kita tidak kritis dan analitis,” tuturnya.

Lebih lanjut, mengatakan, ada beberapa warga sekitar Kecamatan Rumpin yang mempercayai ilmu kekebalan tubuh tersebut.



sumber:pojoksatu.id

0 komentar:

Post a Comment