Banner 1

Tuesday, 2 October 2018

Saingi Arema dan Persib, Persebaya di Puncak 'Klasemen Komdis PSSI'

JawaPos.com - Hingga melewati 23 pekan, posisi Persebaya Surabaya masih tertahan di peringkat ke-11 klasemen sementara Liga 1 2018. Posisi ini berbeda jauh dengan peringkat Persebaya di 'klasemen Komdis PSSI'. Persebaya justru berada di peringkat pertama sebagai tim dengan jumlah denda terbesar di Liga 1 2018. 

Manajer Persebaya Surabaya, Candra Wahyudi sampai keheranan dengan angka yang harus dibayarkan kepada Komdis. Dia bahkan tak sadar kalau Green Force –julukan Persebaya- sudah mengoleksi denda hingga Rp 1 miliar

Jumlah yang dinilai sangat fantastis. Menurut Candra, denda yang harus dibayar Persebaya jelas memberi dampak buruk pada klub. “Secara bisnis, ini (denda) nggak baik. Mengurangi potensi pemasukan klub,” katanya kepada Jawa Pos. Laga versus Arema FC (6/5) menjadi biang keladinya. Persebaya harus merogoh kocek cukup dalam untuk membayar denda. Dari laga itu saja, Komdis menjatuhkan denda sebesar Rp 410 juta kepada manajemen Persebaya. Hampir separuh dari total denda yang dijatuhkan pada Green Force. 

Tensi tinggi membuat laga berjalan cukup panas. Papan skor bertuliskan Arema FC dibalik. Pelemparan botol dilakukan. Flare juga ada yang menyala.
Sejatinya, Bonek sudah melakukan edukasi agar tak ada flaremaupun pelemparan botol. “Tapi dengan catatan, wasit bisa memimpin laga dengan objektif,”

pentolan Bonek, Tubagus Dadang Kosasih. 

Sementara itu, koordinator tribun timur Hasan Tiro menilai, sanksi berupa denda memang wajar. Tapi, dia meminta agar Komdis transparan dalam menjatuhkan denda. “Jangan tebang pilih. Lihat saja Arema FC yang penontonnya meluber hingga melukai pelatih Persib (Mario Gomez),” tegasnya.
Manajemen Persebaya sadar, tindakan buruk suporter tak dibenarkan dalam aturan. Tapi, denda yang dijatuhkan jelas sangat berat. Karena itu, Candra berharap agar ke depan Komdis bisa lebih terbuka. 

“Selama ini proses sidang tak pernah melibatkan klub. Kami berharap ke depan klub diberi kesempatan untuk hadir di sidang Komdis. Diberi kesempatan untuk menjelaskan apa yang terjadi,” tegas pengganti Chairul Basalamah itu. 

Hal itu pula yang dikeluhkan pelatih Persib Bandung Mario Gomez. Hingga saat ini, Persib sudah dijatuhi denda sebesar Rp 280 juta. Itu belum termasuk larangan bertanding bagi para pemainnya selama beberapa pekan. Sebuah kondisi yang membuat Gomez berang.
Dia sampai membandingkan dengan Komdis di negaranya, Argentina. “Sebelum didenda atau disanksi, Komdis di Argentina selalu panggil pemain dan pelatih. Berdialog dulu sebelum ambil keputusan. Di situ kami punya kesempatan membela diri,” tambah Gomez.
Sejatinya, Arema FC juga mendapat sanksi yang cukup besar. Total, Singo Edan –julukan Arema FC- mendapat hukuman denda hingga Rp 580 juta. Jumlah itu menempatkan Arema FC berada di urutan kedua di bawah Persebaya. 

Arema FC boleh saja sudah menyetor Rp 580 juta ke Komdis. Tapi, General Manager Arema FC Ruddy Widodo menilai, hukuman berupa denda terasa ringan. Sebab, pembayarannya bisa dipotong dari hak siar



“Berapapun nilainya, pasti akan dibayar oleh klub. Menurut saya, sanksi denda nggak efektif,” tambahnya.
Ruddy pun tak ingin menyalahkan siapapun. Sebab, Ruddy menilai prestasi klub memengaruhi perilaku suporter. “Mungkin itu merupakan bentuk kekecewaan. Tapi, seyogyanya, kekecewaan yang berlebihan harus bisa dikontrol,” kata Ruddy.
Di sisi lain, Candra Wahyudi meminta agar PSSI bisa menggunakan uang hasil denda dengan bijak. Sebab, selama ini memang belum ada keterbukaan dari PSSI soal uang denda tersebut. Karena jumlahnya tak sedikit, dia ingin agar PSSI melakukan langkah konkret.
“Misal PSSI bisa membentuk bidang untuk mengedukasi suporter dan klub,” terang pria kelahiran Bojonegoro itu.

0 komentar:

Post a Comment