JawaPos.com - Hingga melewati 23 pekan, posisi
Persebaya Surabaya masih tertahan di peringkat ke-11 klasemen sementara
Liga 1 2018. Posisi ini berbeda jauh dengan peringkat Persebaya di
'klasemen Komdis PSSI'. Persebaya justru berada di peringkat pertama
sebagai tim dengan jumlah denda terbesar di Liga 1 2018.
Manajer Persebaya Surabaya, Candra Wahyudi sampai
keheranan dengan angka yang harus dibayarkan kepada Komdis. Dia bahkan
tak sadar kalau Green Force –julukan Persebaya- sudah mengoleksi denda hingga Rp 1 miliar.
Jumlah yang dinilai sangat fantastis. Menurut
Candra, denda yang harus dibayar Persebaya jelas memberi dampak buruk
pada klub. “Secara bisnis, ini (denda) nggak baik. Mengurangi potensi
pemasukan klub,” katanya kepada Jawa Pos.
Laga versus Arema FC (6/5) menjadi biang keladinya. Persebaya harus
merogoh kocek cukup dalam untuk membayar denda. Dari laga itu saja,
Komdis menjatuhkan denda sebesar Rp 410 juta kepada manajemen Persebaya.
Hampir separuh dari total denda yang dijatuhkan pada Green Force.
Tensi tinggi membuat laga berjalan cukup panas. Papan skor bertuliskan Arema FC dibalik. Pelemparan botol dilakukan. Flare juga ada yang menyala.
Sejatinya, Bonek sudah melakukan edukasi agar tak ada flaremaupun pelemparan botol. “Tapi dengan catatan, wasit bisa memimpin laga dengan objektif,”
pentolan Bonek, Tubagus Dadang Kosasih.
Sementara itu, koordinator tribun timur Hasan
Tiro menilai, sanksi berupa denda memang wajar. Tapi, dia meminta agar
Komdis transparan dalam menjatuhkan denda. “Jangan tebang pilih. Lihat
saja Arema FC yang penontonnya meluber hingga melukai pelatih Persib
(Mario Gomez),” tegasnya.
Manajemen Persebaya sadar, tindakan buruk
suporter tak dibenarkan dalam aturan. Tapi, denda yang dijatuhkan jelas
sangat berat. Karena itu, Candra berharap agar ke depan Komdis bisa
lebih terbuka.
“Selama ini proses sidang tak pernah melibatkan
klub. Kami berharap ke depan klub diberi kesempatan untuk hadir di
sidang Komdis. Diberi kesempatan untuk menjelaskan apa yang terjadi,”
tegas pengganti Chairul Basalamah itu.
Hal itu pula yang dikeluhkan pelatih Persib
Bandung Mario Gomez. Hingga saat ini, Persib sudah dijatuhi denda
sebesar Rp 280 juta. Itu belum termasuk larangan bertanding bagi para
pemainnya selama beberapa pekan. Sebuah kondisi yang membuat Gomez
berang.
Dia sampai membandingkan dengan Komdis di
negaranya, Argentina. “Sebelum didenda atau disanksi, Komdis di
Argentina selalu panggil pemain dan pelatih. Berdialog dulu sebelum
ambil keputusan. Di situ kami punya kesempatan membela diri,” tambah
Gomez.
Sejatinya, Arema FC juga mendapat sanksi yang
cukup besar. Total, Singo Edan –julukan Arema FC- mendapat hukuman denda
hingga Rp 580 juta. Jumlah itu menempatkan Arema FC berada di urutan
kedua di bawah Persebaya.
Arema FC boleh saja sudah menyetor Rp 580 juta ke Komdis. Tapi, General Manager Arema FC Ruddy Widodo menilai, hukuman berupa denda terasa ringan. Sebab, pembayarannya bisa dipotong dari hak siar
.
“Berapapun nilainya, pasti akan dibayar oleh klub. Menurut saya, sanksi denda nggak efektif,” tambahnya.
Ruddy pun tak ingin menyalahkan siapapun. Sebab,
Ruddy menilai prestasi klub memengaruhi perilaku suporter. “Mungkin itu
merupakan bentuk kekecewaan. Tapi, seyogyanya, kekecewaan yang
berlebihan harus bisa dikontrol,” kata Ruddy.
Di sisi lain, Candra Wahyudi meminta agar PSSI
bisa menggunakan uang hasil denda dengan bijak. Sebab, selama ini memang
belum ada keterbukaan dari PSSI soal uang denda tersebut. Karena
jumlahnya tak sedikit, dia ingin agar PSSI melakukan langkah konkret.
“Misal PSSI bisa membentuk bidang untuk mengedukasi suporter dan klub,” terang pria kelahiran Bojonegoro itu.
Tuesday, 2 October 2018
Home »
» Saingi Arema dan Persib, Persebaya di Puncak 'Klasemen Komdis PSSI'
0 komentar:
Post a Comment