Banner 1

Tuesday, 30 October 2018

Cerita Keluarga Arif Yustian Korban Jatuhnya Pesawat JT-610: Baru Pertama Kali Naik Pesawat

BOJONG GEDE-RADAR BOGOR,Musibah jatuhnya pesawat Lion Air JT-610 menyisakan duka bagi keluarga para penumpang. Setidaknya ada lima warga Bogor yang menjadi penumpang pesawat jurusan Jakarta–Pangkal Pinang itu. Arif Yustian (20), Warga RT 05/19 Desa Rawa Panjang Kecamatan Bojonggede salah satunya.
Kabar hilangnya Pesawat Lion Air JT-610 dari peredaran, bagai petir di siang bolong bagi Sariyoso (54). Warga RT 05/19 Desa Rawa Panjang Kecamatan Bojonggede ini dibuat tak karuan ketika baru saja sampai di tempat kerjanya yang berlokasi di Kelapa Gading Jakarta, kemarin (29/10) pagi.
Saat itu, sekitar pukul 10.00 WIB tersiar kabar pesawat yang membawa 189 penumpang dan kru jatuh di utara laut Karawang. Informasi tersebut lantas membuat Sariyoso bergegas kembali pulang ke rumah. Sepanjang jalan mengen­da­rai sepeda motor, ia terbayang putra sulungnya Arif Yustian yang Minggu (28/10) pamit hanya menggunakan sam­bungan telepon.
Sejak mengenyam pendi­dikan di Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor (SMAKBO), Arif memang sudah terbiasa mandiri. Ia tinggal di sebuah indekos yang berlokasi di bilangan Ciheuleut Kecamatan Bogor Tengah sejak sekolah hingga sudah berstatus sebagai pegawai di PT Sky Pacific Indonesia.
“Hari Sabtu dia telepon, mau pulang dulu karena mau berangkat ke Bangka. Ternyata pas mau pulang tidak jadi karena hujan gede. Jadinya dia pamit doang lewat telepon hari Minggu,” ujar Sariyoso saat disambangi Radar Bogor di rumahnya, kemarin (29/10).
Arif dikenal pendiam. Ketika pulang ke rumahnya di Bojonggede sekitar tiga pekan lalu, tak banyak yang dibicarakannya pada Sariyoso. Hanya saja, ia sempat bercerita kepada ibundanya, Yenti Sulastri (43) mengenai pekerjaannya yang baru empat bulan dia geluti. Maklum, selepas dari SMAKBO Arif tak lantas bekerja di PT Sky Pacific Indonesia, melainkan sempat beberapa bulan bekerja di perusahaan kosmetik.
Kini, sulung dari lima bersaudara itu bekerja di bidang sampling udara. Keberang­katannya ke Bangka Belitung juga guna mengambil sampel udara untuk kemudian diuji di laboratorium tempatnya bekerja. Bagaima­napun, Sariyoso merasa terbantu sudah mendapat pendam­pingan dari PT Sky Pacific Indonesia sejak pesawat yang ditumpangi Arif hilang.
Sore hari, Sariyoso diajak oleh PT Sky Pacific Indonesia ke Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta. Kedatangan Sariyoso guna menjemput informasi yang terpusat. Pasalnya, hingga kemarin belum ada kabar ditemukan jenazah Arif dari lokasi evakuasi di perairan Karawang.
Selain orang tua Arif, Tsaqiful (24) menjadi orang yang paling terpukul atas kepergian Arif setelah keluarganya. Rekan satu indekos yang juga berstatus pegawai di PT Sky Pacific Indonesia ini masih terlihat lemas ketika ditemui Radar Bogor di kediaman Arif di RT 05/19 Desa Rawa Panjang Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor.
Ia masih ingat betul ketika Arif membangunkan tidur lelapnya sekitar pukul 01.00 WIB dini hari kemarin. Dari raut wajah Arif tergambar raut kekhawatiran saat hendak pamit meninggalkan inde­kosnya. Pasalnya, Lion Air JT-610 merupakan pesawat perdana yang ditumpangi Arif.
“Tadi pagi dia sempat bangunin karena dia baru pertama kali (naik pesawat) kan. Nanya boleh pakai sendal atau enggak. Boleh bawa cairan atau enggak,” ujarnya.
Selama empat tahun tinggal bersama di indekos membuat Tsaqiful menganggap Arif layaknya adik kandung sendiri. Ia bahkan sempat tak tega mengenai permintaan terakhir Arif yang hingga sekarang belum terwujud. Permintaan tersebut untuk mengunjungi tempat pemandian air panas. Pribadinya yang pekerja keras kerap kali membuat Arif merasa pegal-pegal.
“Waktu liburnya juga kan terlalu singkat. Jadi sampai sekarang belum kesampaian untuk ke pemandian Dia mau ngilangin pegal-pegalnya, katanya,” kenang Tsaqiful. (fik/d)

0 komentar:

Post a Comment