Banner 1

Tuesday, 30 October 2018

Pesawat Lion Air Jatuh di Karawang, Lima Warga Bogor Jadi Korban

BOGOR-RADAR BOGOR,Pesawat Lion Air JT-610 yang diterbangkan Kapten Bhavve Suneja jatuh ke laut usai terbang sekitar 13 menit dari Bandara Soekarno Hatta menuju Bandar Udara Depati Amir, Pangkal Pinang.
Burung besi jenis Airbus Boeing 737 Max 8 itu jatuh ketika tengah mengudara dengan 189 penumpang. Di antaranya ada lima orang asal Bogor di dalamnya.
Kesaksian Bunyi Ledakan Pesawat Lion Air Saat Jatuh, Ini Kata Polisi
Lianawati tergolek lemas di lantai. Tubuhnya bersandar ke dinding. Sanak saudara berusaha menenangkannya sambil mengelus pundak. Namun suasana sunyi itu tak berlangsung lama. Teriakan histeris kembali pecah saat dia melihat nama suami-nya Darwin Harianto muncul di list penumpang Lion Air JT-610 dari layar kaca televisi.

Sementara kedua anaknya, Gibran dan Sekar terbawa tangis ibunya. Tak ada seorang pun yang mau bicara. Termasuk Liana yang diam seribu bahasa. Warga RT01/05, Perumahan Vila Mutiara Blok D1 No 26, Kelurahan Mekarwangi, Tanah Sareal, Kota Bogor ini hanyut terbawa duka.
Keluarga Penumpang Lion Air JT 610 Asal Bogor Beharap Mukjizat Tuhan
Menjelang sore kabar kecelakaan pesawat yang ditumpangi suaminya dengan cepat membuat para tetangga datang. Mereka mengaku kehilangan sosok ketua RT yang selama ini dikenal ramah pada warga. Di lingkungan rumahnya Darwin juga dikenal humoris.

“Selalu menyempatkan bercanda kalau sedang bertegur sapa dengan warga,” ujar Ketua RW 11, Kelurahan Mekarwangi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Haerudin.
Kabar selamat atau tidak hingga malam tadi masih dinanti keluarga. Namun warga dan sanak saudara sudah menyiapkan segala sesuatunya di rumah. Warga yang datang menggelar pegajian bersama hingga meluber ke jalan. Di bawah tenda putih warga terus berdoa menanti kabar.
Menurut pengakuan teman sekantor Darwin, Sujatmoko (40), kepergian Darwin ke Pangkal Pinang bukan kali pertama. Ia sering ke lokasi tersebut untuk survei perkebunan kelapa sawit. Kepergiannya hari itu untuk pengambilan sampel tanah.

“Beliau konsultan di banyak perusahaan dan kepergiannya untuk perusahaan Dita Surya Persada. Beliau sering ke sana setiap satu semester,” kata Sujatmoko.
Dia mengaku terakhir bertemu dengan Darwin pada Kamis (25/10) lalu. Dia sempat berbincang soal pekerjaan dan keberangkatannya ke Pangkal Pinang. Pada saat keberangkatan, Darwin tidak sendiri ia bersama dua orang pegawai lab.
“Kalau yang dua orang itu baru saya tidak hafal namanya. Tapi dari perusahaan ada tiga orang salah satunya Pak Darwin. Kami seluruh rekan beliau mendoakan agar mendapat kabar baik segala kemungkinan kuasa Tuhan bisa terjadi,” bebernya.
Selain Darwin hingga tadi malam, diketahui ada empat warga Bogor lainnya yang menumpang pesawat Lion Air JT-610. Mereka adalah Arif Yustian, I Gusti Ayu Metta Kurnia, Ubaidillah Salabi, dan Ambo Malibone Hasanudin M.

Dari lima korban tersebut diketahui dua di antaranya merupakan orang tua dari Annisa Adellia Susanti kelas dan Nadifa Rose Rahmawati. Keduanya merupakan siswa SMAN 3 Bogor.
Humas SMAN 3 Bogor, Ida Ramdhayanti menuturkan, I Gede Ngurah Metta merupakan ibunda dari Annisa Adellia Susanti. Sementara Ubaidillah Salabi adalah ayahanda dari Nadifa Rose Rahmawati.
Dia menerangkan, sesaat setelah perstiwa itu terjadi, tak lama Annisa langsung dijemput ayahnya, sedangkan Nadifa diantar pulang oleh pihak sekolah ke rumahnya masing-masing. “Informasinya untuk pencocokan DNA dengan korban,” papar Ida.
Terpisah, adik kandung Ubaidilah Salabi, salah satu korban pesawat Lion Air, Bilal Alhanifi mengatakan, sebelum bertolak ke Pangkal Pinang, sang kakak menjenguk anaknya yang sedang mengenyam pendidikan tinggi di Universitas Gajah Mada (UGM) dilanjut menjenguk ibunya di Karang Anyer Solo.
Minggu (28/10) sekitar pukul 20.00 WIB Ubaidillah pulang ke kediamannya karena memiliki tugas untuk ke Pangkal Pinang keesokan harinya (29/10).
“Dalam rangka tugas kantor menjadi narasumber,” ujar dia saat ditemui di kediaman Ubaidilah di RT 07/09 Perumahan Ciluar Asri D4 Nomor 16, Kelurahan Ciluar, Kecamatan Bogor Utara.
Ubaidilah merupakan anak ketiga dari delapan bersaudara. Pria berusia 55 tahun itu mempunyai empat orang anak. Yakni Ilham yang berkuliah di UGM semester lima, Firda yang berkuliah di UGM semester satu, Nadifa siswa SMAN 3 Bogor, dan Emili siswa di SMPN 1 Bogor. Semua merasa terpukul atas musibah ini. Namun hingga sore hari, kediaman korban belum terpasang tenda. Sang istri, Peti Novita (45) masih meyakini sang suami tercinta selamat dalam musibah itu.
“Sampai sekarang istrinya belum yakin masih menunggu keajaiban, tenda pun belum dipasang karena menunggu info yang jelas,” katanya.
Ubaidilah diketahui merupakan Kepala Sub Direktorat Inventarisasi Hutan pada Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Dia bertolak ke Pangkal Pinang untuk melaksanakan pekerjaannya sebagai narasumber untuk mengisi materi dalam acara kehutanan. Jika sesuai rencana, kepulangannya langsung pada sore harinya. “Rencana-nya berangkat pagi dan sore ini pulang lagi,” tuturnya.
Di tempat terpisah, AM Talib dan Enung Nurjanah masih tak percaya bahwa anaknya Ambo Malibone Hasanudin M menjadi salah satu korban pesawat Lion Air JT-610. Ketika ditemui di Kampung Kambing, Desa Karang Asem Timur, Citeureup, Kabupaten Bogor AM Talib mengatakan, kepergian anak sulungnya ke Pangkappinang karena dia bekerja sebagai fotografer lepas di Karo SDM Polda Babel.
Ketika mendengar kabar jatuhnya Lion Air tujuan Pangkal Pinang, mereka pun mencoba mengecek list penumpang. Pasalnya mereka tak sempat menanyakan pesawat yang ditumpangi Ambo. “Kami juga kaget kok ada namanya di list penumpang pesawat yang kecelakaan,” imbuh AM Talib.
Sampai tadi malam keluarga yang tinggal di rumah petakan ini, masih berharap mukjizat Tuhan. Mereka terus berpikir positif bahwa pesawat yang ditumpangi anaknya salah tujuan. Harapan lain, anaknya tidak masuk dalam jadwal pesawat tersebut.
“Kami masih menunggu siapa tahu kebetulan beli tiket pesawat (yang lain) belum tahu. Terakhir kali Sabtu malam katanya bilang mau ke sana (Bangka–Belitung), Semoga tidak termasuk. Dan selamat kalau dia ada di pesawat itu,” tutur ayah Ambo.
Sementara itu warga di sekitar Pantai Tanjung Pakis, Karawang mendengar suara bak petir yang berbunyi. Suaranya kencang dan berasal dari udara. Padahal pagi kemarin cuaca sedang cerah-cerahnya.

0 komentar:

Post a Comment