BOGOR-RADAR BOGOR,Pesawat Lion Air JT-610 yang
diterbangkan Kapten Bhavve Suneja jatuh ke laut usai terbang sekitar 13
menit dari Bandara Soekarno Hatta menuju Bandar Udara Depati Amir,
Pangkal Pinang.
Burung besi jenis Airbus Boeing 737 Max 8 itu jatuh ketika tengah
mengudara dengan 189 penumpang. Di antaranya ada lima orang asal Bogor
di dalamnya.
Kesaksian Bunyi Ledakan Pesawat Lion Air Saat Jatuh, Ini Kata Polisi
Lianawati tergolek lemas di lantai. Tubuhnya bersandar ke dinding. Sanak
saudara berusaha menenangkannya sambil mengelus pundak. Namun suasana
sunyi itu tak berlangsung lama. Teriakan histeris kembali pecah saat dia
melihat nama suami-nya Darwin Harianto muncul di list penumpang Lion
Air JT-610 dari layar kaca televisi.
Sementara kedua anaknya, Gibran dan Sekar terbawa tangis ibunya. Tak
ada seorang pun yang mau bicara. Termasuk Liana yang diam seribu bahasa.
Warga RT01/05, Perumahan Vila Mutiara Blok D1 No 26, Kelurahan
Mekarwangi, Tanah Sareal, Kota Bogor ini hanyut terbawa duka.
Keluarga Penumpang Lion Air JT 610 Asal Bogor Beharap Mukjizat Tuhan
Menjelang sore kabar kecelakaan pesawat yang ditumpangi suaminya
dengan cepat membuat para tetangga datang. Mereka mengaku kehilangan
sosok ketua RT yang selama ini dikenal ramah pada warga. Di lingkungan
rumahnya Darwin juga dikenal humoris.
“Selalu menyempatkan bercanda kalau sedang bertegur sapa dengan
warga,” ujar Ketua RW 11, Kelurahan Mekarwangi, Kecamatan Tanah Sareal,
Kota Bogor, Haerudin.
Kabar selamat atau tidak hingga malam tadi masih dinanti keluarga.
Namun warga dan sanak saudara sudah menyiapkan segala sesuatunya di
rumah. Warga yang datang menggelar pegajian bersama hingga meluber ke
jalan. Di bawah tenda putih warga terus berdoa menanti kabar.
Menurut pengakuan teman sekantor Darwin, Sujatmoko (40), kepergian
Darwin ke Pangkal Pinang bukan kali pertama. Ia sering ke lokasi
tersebut untuk survei perkebunan kelapa sawit. Kepergiannya hari itu
untuk pengambilan sampel tanah.
“Beliau konsultan di banyak perusahaan dan kepergiannya untuk
perusahaan Dita Surya Persada. Beliau sering ke sana setiap satu
semester,” kata Sujatmoko.
Dia mengaku terakhir bertemu dengan Darwin pada Kamis (25/10) lalu.
Dia sempat berbincang soal pekerjaan dan keberangkatannya ke Pangkal
Pinang. Pada saat keberangkatan, Darwin tidak sendiri ia bersama dua
orang pegawai lab.
“Kalau yang dua orang itu baru saya tidak hafal namanya. Tapi dari
perusahaan ada tiga orang salah satunya Pak Darwin. Kami seluruh rekan
beliau mendoakan agar mendapat kabar baik segala kemungkinan kuasa Tuhan
bisa terjadi,” bebernya.
Selain Darwin hingga tadi malam, diketahui ada empat warga Bogor
lainnya yang menumpang pesawat Lion Air JT-610. Mereka adalah Arif
Yustian, I Gusti Ayu Metta Kurnia, Ubaidillah Salabi, dan Ambo Malibone
Hasanudin M.
Dari lima korban tersebut diketahui dua di antaranya merupakan orang
tua dari Annisa Adellia Susanti kelas dan Nadifa Rose Rahmawati.
Keduanya merupakan siswa SMAN 3 Bogor.
Humas SMAN 3 Bogor, Ida Ramdhayanti menuturkan, I Gede Ngurah Metta
merupakan ibunda dari Annisa Adellia Susanti. Sementara Ubaidillah
Salabi adalah ayahanda dari Nadifa Rose Rahmawati.
Dia menerangkan, sesaat setelah perstiwa itu terjadi, tak lama Annisa
langsung dijemput ayahnya, sedangkan Nadifa diantar pulang oleh pihak
sekolah ke rumahnya masing-masing. “Informasinya untuk pencocokan DNA
dengan korban,” papar Ida.
Terpisah, adik kandung Ubaidilah Salabi, salah satu korban pesawat
Lion Air, Bilal Alhanifi mengatakan, sebelum bertolak ke Pangkal Pinang,
sang kakak menjenguk anaknya yang sedang mengenyam pendidikan tinggi di
Universitas Gajah Mada (UGM) dilanjut menjenguk ibunya di Karang Anyer
Solo.
Minggu (28/10) sekitar pukul 20.00 WIB Ubaidillah pulang ke
kediamannya karena memiliki tugas untuk ke Pangkal Pinang keesokan
harinya (29/10).
“Dalam rangka tugas kantor menjadi narasumber,” ujar dia saat ditemui
di kediaman Ubaidilah di RT 07/09 Perumahan Ciluar Asri D4 Nomor 16,
Kelurahan Ciluar, Kecamatan Bogor Utara.
Ubaidilah merupakan anak ketiga dari delapan bersaudara. Pria berusia
55 tahun itu mempunyai empat orang anak. Yakni Ilham yang berkuliah di
UGM semester lima, Firda yang berkuliah di UGM semester satu, Nadifa
siswa SMAN 3 Bogor, dan Emili siswa di SMPN 1 Bogor. Semua merasa
terpukul atas musibah ini. Namun hingga sore hari, kediaman korban belum
terpasang tenda. Sang istri, Peti Novita (45) masih meyakini sang suami
tercinta selamat dalam musibah itu.
“Sampai sekarang istrinya belum yakin masih menunggu keajaiban, tenda
pun belum dipasang karena menunggu info yang jelas,” katanya.
Ubaidilah diketahui merupakan Kepala Sub Direktorat Inventarisasi
Hutan pada Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Dia bertolak ke Pangkal
Pinang untuk melaksanakan pekerjaannya sebagai narasumber untuk mengisi
materi dalam acara kehutanan. Jika sesuai rencana, kepulangannya
langsung pada sore harinya. “Rencana-nya berangkat pagi dan sore ini
pulang lagi,” tuturnya.
Di tempat terpisah, AM Talib dan Enung Nurjanah masih tak percaya
bahwa anaknya Ambo Malibone Hasanudin M menjadi salah satu korban
pesawat Lion Air JT-610. Ketika ditemui di Kampung Kambing, Desa Karang
Asem Timur, Citeureup, Kabupaten Bogor AM Talib mengatakan, kepergian
anak sulungnya ke Pangkappinang karena dia bekerja sebagai fotografer
lepas di Karo SDM Polda Babel.
Ketika mendengar kabar jatuhnya Lion Air tujuan Pangkal Pinang,
mereka pun mencoba mengecek list penumpang. Pasalnya mereka tak sempat
menanyakan pesawat yang ditumpangi Ambo. “Kami juga kaget kok ada
namanya di list penumpang pesawat yang kecelakaan,” imbuh AM Talib.
Sampai tadi malam keluarga yang tinggal di rumah petakan ini, masih
berharap mukjizat Tuhan. Mereka terus berpikir positif bahwa pesawat
yang ditumpangi anaknya salah tujuan. Harapan lain, anaknya tidak masuk
dalam jadwal pesawat tersebut.
“Kami masih menunggu siapa tahu kebetulan beli tiket pesawat (yang
lain) belum tahu. Terakhir kali Sabtu malam katanya bilang mau ke sana
(Bangka–Belitung), Semoga tidak termasuk. Dan selamat kalau dia ada di
pesawat itu,” tutur ayah Ambo.
Sementara itu warga di sekitar Pantai Tanjung Pakis, Karawang
mendengar suara bak petir yang berbunyi. Suaranya kencang dan berasal
dari udara. Padahal pagi kemarin cuaca sedang cerah-cerahnya.
Tuesday, 30 October 2018
Home »
» Pesawat Lion Air Jatuh di Karawang, Lima Warga Bogor Jadi Korban
0 komentar:
Post a Comment