Banner 1

Wednesday, 22 November 2017

Pilwalkot Bogor 2018, Bima-Dadang Makin Kencang


Terbentuknya sejumlah kekuatan politik baru jelang Pilwalkot Bogor 2018, menjadi peluang bagi PDI Perjuangan untuk berdampingan dengan kepala daerah petahana, Bima Arya.

Bahkan, dalam beberapa kegiatan Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Bogor, Dadang Iskandar Danubrata tampak mesra dengan Bima Arya. Sehingga, sinyal koalisi semakin kuat. Bahkan, PDIP dan PAN sudah memenuhi syarat untuk pasangan calon walaupun tanpa Gerindra, PPP atau partai lainnya.

Dadang menyerahkan, semua kepada Bima Arya dan masih menunggu tahapan di masing-masing partai. “Belum ada yang pasti di politik sampai dengan diumumkan,” ujarnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, secara lisan saat di acara jalan sehat dihadapan 20.000 peserta Bima Arya sampaikan siap bekerjasama dengannya. “Hanya kami belum terima secara tertulisnya,” kata dia.

Menurutnya, pembicaraan empat mata sering dilakukan termasuk antar partai. “Kepastian seharusnya pertengahan Desember sebab partai harus sudah memutuskan berkoalisi,  karena tahapan pendaftaran di KPU 8-10 Januari 2018,” paparnya.

Ia menambahkan, peluang untuk mendapatkan rekomendasi dari partainya sangat besar, sehingga segala perangkatnya harus disiapkan untuk memenangkan Pilwalkot 2018.  “Kalau dilihat dari jumlah kursi (PAN-PDIP, red) sebagi syarat pencalonan sih sudah aman,” terangnya.

Meski demikian, PDI Perjuangan masih membuka peluang partai lain untuk bergabung. “Terakhir, Partai Hanura datang bersilaturahmi ke partai kita,” klaimnya.

Sementara itu, Gerindra sebelumnya sudah menyatakan kesiapanya untuk menjadi pendamping Bima Arya. Bahkan, dalam beberapa pertemuan sudah menunjukan spanduk bertuliskan Bogor Bisa (Bima-Sopian).

Sementara itu, Pengamat politik, Sofyan Sjaf menilai, psikologi pemilih di Kota Bogor cenderung tidak terbawa nuansa idologi dan rasionalitras pemilih mempertimbangkan backrond aktivitas.

“Saat itu, Jokowi momentum populisme leadership naik karena blusukan,” ujarnya.

Terlebih fenomena yang diperlihatkan untuk kelas menengah secara rasional juga sedikit ideologi karena dibesar kan dari multi kulturarisme. Sehingga Bima Arya harus berhati-hati, dalam mencari pendamping, ia harus dapat menutupi sisi kelemahanya.

“Saat ini tidak mengurai persoalan dan menempatkan kebijakan yang tepat, angkot tidak diselesaikan dengan baik, harus dia cari orang yang tepat, untuk mampu mengurang benang merah yang kusut,” tuturnya.

Sehingga harus ada orang yang mengisi kekosongan tersebut. “Secara penataan Kota Bogor, oke, tapi tidak cukup dengan itu,” tukasnya.



sumber:pojoksatu.id

0 komentar:

Post a Comment