Wednesday, 22 November 2017
Bupati Bandung Dadang Naser Bantah Tak Perhatikan Korban Banjir
KABUPATEN BANDUNG – Bupati Bandung Dadang Naser membantah bahwa dirinya tidak memperhatikan warga korban banjir. Dirinya mengaku terus memantau mereka, termasuik melalui laporan BPBD.
“Saya bukan tidak perhatian, akan tetapi, dengan padatnya urusan pemerintahan, menyebabkan dirinya belum sempat mendatangi warga terdampak banjir, baik ke lokasi banjir maupun ke posko pengungsian.
Namun, dirinya telah menginstruksikan instansi terkait untuk terus memonitor dan mencukupi kebutuhan para warga terdampak banjir ini,” jelas Bupati, Senin (20/11/17).
Bupati menambahkan, sebagai kepala daerah, dirinya sering mengunjungi lokasi banjir. “Saya selalu memantau. Bahkan, saya hingga jam 3 dini hari terus saya pantau, baik melalui laporan yang disampaikan BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Kabupaten Bandung maupun yang langsung ke telepon genggam saya terkait apa yang warga ini butuhkan,” paparnya.
Banjir di Kabupaten Bandung,diakui Bupati selalu dikoordinasi dengan BPBD, para camat, dan aparat pemerintahan setempat terus bersiaga di tempat. “Kalau memang ada kejadian menonjol, pasti akan saya sikapi,” jelasnya.
Menghadapi bencana banjir ini, berbagai antisipasi kebencanaan sudah dilakukan BPBD, termasuk pelayanan kesehatan bagi warga terdampak banjir, dan kebutuhan logistik di posko pengungsian melalui dinas sosial.
Saya selalu dikoordinasikan. Jadi kehadiran fisik ke sana itu saya sekali-kali pasti hadir. Jika ada yang menonjol pasti kita hadir,” ujarnya.
Namun saat ini saya juga sama-sama ada kesibukan yang tidak bisa diwakilkan. “Kepentingan saat ini juga menyangkut kepentingan semua di Kabupaten Bandung,” terangnya.
Sementara itu, para pengungsi korban banjir Bandung Selatan di Gedung Inkanas Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung mulai terserang berbagai gangguan kesehatan. Betapa tidak, sejak 10 hari terakhir ini mereka harus berada di tempat pengungsian dengan kondisi seadanya.
Iis (26) salah seorang warga Kampung Jambatan Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah mengatakan, selama kurang lebih 10 hari menetap di pengungsian, ia dan keluarganya terpaksa harus hidup dengan segala keterbatasan. Tidur hanya beralaskan sehelai tikar dan selimut seadanya.
Setiap malam mereka tak bisa tidur nyenyak karena banyaknya orang yang mengungsi di tempat itu. Maka tak heran ketika bangun pagi, badan terasa pegal pegal dan masih terasa mengantuk.
“Beginilah keadaannya tinggal di pengungsian, setiap malam kedinginan. Karena tidur tidak nyenyak kedinginan badan jadi mudah sakit sakitan, apalagi cuaca dingin begini mudah terkena flu,” ujar Iis (20/11/17).
Iis mengatakan, semenjak menetap di pengungsian ia kondisi kesehatannya tak begitu baik. Anak dan suaminya pun sama saja, anaknya belum lama sembuh dari flu berat, sedangkan suaminya yang sering begadang dan bulak balik dari pengungsian ke rumah mereka yang masih direndam banjir. Akibatnya, tensi darah suaminya naik dan terserang maag.
“Pengungsi lainnya juga sama banyak yang sakit sakitan. Ada yang maag, darah tinggi, gatal gatal dan sakit lainnya. Yah namanya tinggal di lokasi banjir dan di pengungsian beginilah keadaanya,” katanya.
Iis melanjutkan, seandainya ia dan warga korban banjir ini punya pilihan lain, tentunya mereka sudah jenuh dengan keadaan yang terus berulang setiap tahun. Selain gangguan kesehatan, banjir tahunan ini juga mengganggu rutinitas mereka sehari hari. Seperti sekolah anak anak, pekerjaan suami serta usaha warga yang tak berjalan gara gara terhambat banjir.
“Kami sudah bosan dengan banjir yang terus berulang ulang ini. Setiap musim hujan tiba, kehidupan kami seolah berantakan. Kalau saja saya punya rumah lain yah lebih baik pindah ke tempat yang lebih layak lah,”katanya.
Sementara itu, di pengungsian Gedung Inkanas, hingga hari ke 10 ini jumlah pengungsi tercatat sebanyak 82 KK dengan jumlah jiwa sebanyak 260 orang. Para pengungsi di tempat itu rata rata berasal dari Kampung Jambatan, Cigosol, Andir dan Cieunteung.
Sumber:pojoksatu.id
0 komentar:
Post a Comment