BOGOR-Jelang Lebaran, aksi kejahatan termasuk penipuan di Kota Bogor semakin banyak. Termasuk, yang harus diwaspadai, uang palsu hingga penipuan berkedok undian berhadiah.
Masyarakat diimbau agar teliti saat menerima uang pecahan Rp50 ribu dan Rp100 ribu. Sebab, belum lama ini salah satu pedagang di Pasar Bogor mendapatkan uang palsu.
Kepala Unit Pasar Bogor, Iwan Arifin mengaku, sempat mendapat laporan terkait keberadaan uang palsu di Pasar Bogor. "Ada pedagang yang melapor mendapat uang palsu ke staf saya, beberapa bulan lalu. Belum lama ini juga ada yang melaporkan hal yang sama," kata Iwan kepada Radar Bogor kemarin.
Dengan kejadian tersebut, sedikitnya ia telah berhasil mengamankan uang palsu sebesar Rp100 ribu dengan dua lembar pecahan uang sebesar Rp50 ribu.
Tidak hanya itu, salah satu warga Ciwaringin, Kecamatan Bogor Tengah, Devi (30) juga mengaku sempat mendapat uang palsu di Pasar Kebon Kembang. "Waktu itu saya nggak sadar, pas sampai rumah ternyata saya dapat uang kembalian palsu," katanya.
Menanggapi hal tersebut, Kapolres Bogor AKBP Andi Herindra mengatakan, motif kejahatan di bulan Ramadan memang unik. Modus lama pun, seperti peredaran uang palsu juga mulai dikeluhkan warga.
Menurutnya, untuk mencegah peredaran uang palsu, warga diharapkan harus lebih teliti jika menerima uang. Sebab, jika semua orang teliti, kemungkinan adanya tindak penipuan tidak dapat terjadi.
Ia menambahkan, pihaknya sempat membongkar kasus penipuan. Namun, pengungkapan kasusnya berjalan lambat lantaran korban enggan melapor ke polisi.
Lebih lanjut ia mengatakan, masyarakat perlu waspada dan berhati-hati jika menemukan orang yang mencurigakan. Sehingga, tidak ada lagi korban.
Sementara itu, kebiasaan masyarakat yang mudah percaya dengan hadiah bermoduskan undian menjadi perhatian Psikolog, Retno Lelyani Dewi. Menurut dia, kini masyarakat sedang mengalami sindrom distorsi kognitif.
Artinya, kondisi psikologis masyarakat terganggu dengan hal yang menggiurkan, seperti undian berhadiah yang tidak jelas tersebut.
Menurut definisinya, distorsi merupakan berpikiran secara berlebihan dan tidak rasional diidentifikasi dalam terapi kognitif dan variannya, yang dalam teori yang mengekalkan gangguan psikologis tertentu.
"Faktornya banyak, kebanyakan yang terjadi masyarakat mengalami situasi ekonomi sulit. Namun, kita lihat sebenarnya logikanya masih jalan," kata Retno. (ent)
0 komentar:
Post a Comment