CIKARANG UTARA – ‘Kerusuhan’ terjadi di Pilkada Bekasi 2017. Salah satu pemicunya, aksi joki pencoblos surat suara di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 41, Cikarang Utara, yang tertangkap tangan oleh aparat kemarin.
Kecurigaan petugas bermula dari ketidakcocokan antara identitas KTP pelaku dengan data dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT). Meski namanya tidak tercantum dalam DPT, pria tak dikenal itu ngotot ingin mencoblos dan menerobos barikade petugas di TPS.
Sontak, keributan tak terkendali. Sejumlah aparat kepolisian yang berada di lokasi TPS pun sigap mengamankan keadaan dengan menangkap pria yang diduga joki surat suara itu. Pelaku ditangkap dan proses pencoblosan berlanjut kembali.
Peristiwa ‘kerusuhan’ dan tertangkapnya joki surat suara itu merupakan salah satu simulasi pengamanan Pilkada Bekasi 2017 yang dilakukan Polres Metro Bekasi, kemarin. Simulasi dilakukan dengan beberapa peristiwa kasuistik yang diprediksi bakal memicu keributan saat hari pencoblosan nanti.
Simulasi dimulai dari proses awal mula TPS dibuka oleh Kelompok Panitia Pemungutan Suara (KPPS). Disusul kemudian sejumlah adegan yang diperkirakan bakal muncul saat pencoblosan berlangsung, seperti surat suara kurang, munculnya kelompok yang memaksakan diri ingin mencoblos, pemilih tak terdaftar di DPT, pemilih tuna netra yang diantar keluarga masuk ke TPS, pemilih lansia, dan ibu hamil, pedagang membawa benda mencurigakan di sekitar TPS, hingga keributan karena adanya pencoblosan ganda serta saksi yang menolak berita acara hingga berujung bentrok antara pendukung paslon.
Kapolres Metro Bekasi Kombespol Asep Adi Saputra memaparkan, dalam simulasi itu pihaknya membuat 16 skenario potensi gangguan keamanan yang terjadi di TPS rawan saat hari pencoblosan 15 Februari mendatang.
“Simulasi mulai dari situasi normal yang aman hingga diskenariokan ada persoalan gangguan keamanan yang muncul dari hal-hal kecil yang meningkat menjadi besar. Lalu kita simulasikan bagaimana bisa problem-problem lapangan yang muncul itu ditangani secara langsung,” paparnya.
Kapolres menyatakan tidak memungkiri akan terjadi sejumlah gangguan keamanan di beberapa TPS, terutama di TPS-TPS rawan. ’’Kami simulasikan bagaimana antisipasi dan penanganannya terutama di TPS kategori rawan,’’ imbuhnya.
Untuk pengamanan saat hari pencoblosan nanti, sambung Kapolres, pihaknya mengerahkan 1.200 anggotanya yang disebar di setiap TPS. Keamanan juga akan melibatkan personel TNI serta tenaga Linmas. Total jumlah personel saat hari H nanti berjumlah 1.500.
’’Simulasi pengamanan TPS ini bagian kegiatan operasi Mantap Praja 2017 di Kabupaten Bekasi dalam rangka pengamanan Pilkada,” tambahnya.
Terkait pengamanan di TPS, Kapolres mengungkapkan dari total 3.958 TPS sebanyak 33 dinyatakan masuk dalam kategori TPS Rawan I, yaitu TPS yang berada di daerah tidak kondusif. Seperti faktor geografis, jarak tempuh, potensi bencana alam, potensi konflik, kriminalitas dan tingkat partisipasi masyarakat yang rendah.
’’Itu yang kita kategorikan TPS Rawan I. Nah kalau TPS Rawan II adalah TPS yang intensitas konfliknya lebih besar dibanding TPS Rawan I. Di Kabupaten Bekasi tidak ada TPS Rawan II,” ungkapnya lagi.
Pengamanan antara TPS Rawan 1 dengan TPS Aman, imbuhnya juga berbeda polanya. Dari hasil kajian, ditetapkan TPS Aman akan ditempatkan sebanyak 2 personel polri untuk 4 TPS dibantu 2 personel linmas. Sedangkan untuk TPS Rawan 1 akan ditempatkan 10 anggota Polri untuk 20 TPS dibantu 10 personel linmas.
’
’Khusus di TPS Rawan 1 akan ada pengamanan khusus, dimana disana dilibatkan anggota TNI,’’ pungkasnya.(ent)
Kecurigaan petugas bermula dari ketidakcocokan antara identitas KTP pelaku dengan data dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT). Meski namanya tidak tercantum dalam DPT, pria tak dikenal itu ngotot ingin mencoblos dan menerobos barikade petugas di TPS.
Sontak, keributan tak terkendali. Sejumlah aparat kepolisian yang berada di lokasi TPS pun sigap mengamankan keadaan dengan menangkap pria yang diduga joki surat suara itu. Pelaku ditangkap dan proses pencoblosan berlanjut kembali.
Peristiwa ‘kerusuhan’ dan tertangkapnya joki surat suara itu merupakan salah satu simulasi pengamanan Pilkada Bekasi 2017 yang dilakukan Polres Metro Bekasi, kemarin. Simulasi dilakukan dengan beberapa peristiwa kasuistik yang diprediksi bakal memicu keributan saat hari pencoblosan nanti.
Simulasi dimulai dari proses awal mula TPS dibuka oleh Kelompok Panitia Pemungutan Suara (KPPS). Disusul kemudian sejumlah adegan yang diperkirakan bakal muncul saat pencoblosan berlangsung, seperti surat suara kurang, munculnya kelompok yang memaksakan diri ingin mencoblos, pemilih tak terdaftar di DPT, pemilih tuna netra yang diantar keluarga masuk ke TPS, pemilih lansia, dan ibu hamil, pedagang membawa benda mencurigakan di sekitar TPS, hingga keributan karena adanya pencoblosan ganda serta saksi yang menolak berita acara hingga berujung bentrok antara pendukung paslon.
Kapolres Metro Bekasi Kombespol Asep Adi Saputra memaparkan, dalam simulasi itu pihaknya membuat 16 skenario potensi gangguan keamanan yang terjadi di TPS rawan saat hari pencoblosan 15 Februari mendatang.
“Simulasi mulai dari situasi normal yang aman hingga diskenariokan ada persoalan gangguan keamanan yang muncul dari hal-hal kecil yang meningkat menjadi besar. Lalu kita simulasikan bagaimana bisa problem-problem lapangan yang muncul itu ditangani secara langsung,” paparnya.
Kapolres menyatakan tidak memungkiri akan terjadi sejumlah gangguan keamanan di beberapa TPS, terutama di TPS-TPS rawan. ’’Kami simulasikan bagaimana antisipasi dan penanganannya terutama di TPS kategori rawan,’’ imbuhnya.
Untuk pengamanan saat hari pencoblosan nanti, sambung Kapolres, pihaknya mengerahkan 1.200 anggotanya yang disebar di setiap TPS. Keamanan juga akan melibatkan personel TNI serta tenaga Linmas. Total jumlah personel saat hari H nanti berjumlah 1.500.
’’Simulasi pengamanan TPS ini bagian kegiatan operasi Mantap Praja 2017 di Kabupaten Bekasi dalam rangka pengamanan Pilkada,” tambahnya.
Terkait pengamanan di TPS, Kapolres mengungkapkan dari total 3.958 TPS sebanyak 33 dinyatakan masuk dalam kategori TPS Rawan I, yaitu TPS yang berada di daerah tidak kondusif. Seperti faktor geografis, jarak tempuh, potensi bencana alam, potensi konflik, kriminalitas dan tingkat partisipasi masyarakat yang rendah.
’’Itu yang kita kategorikan TPS Rawan I. Nah kalau TPS Rawan II adalah TPS yang intensitas konfliknya lebih besar dibanding TPS Rawan I. Di Kabupaten Bekasi tidak ada TPS Rawan II,” ungkapnya lagi.
Pengamanan antara TPS Rawan 1 dengan TPS Aman, imbuhnya juga berbeda polanya. Dari hasil kajian, ditetapkan TPS Aman akan ditempatkan sebanyak 2 personel polri untuk 4 TPS dibantu 2 personel linmas. Sedangkan untuk TPS Rawan 1 akan ditempatkan 10 anggota Polri untuk 20 TPS dibantu 10 personel linmas.
’
’Khusus di TPS Rawan 1 akan ada pengamanan khusus, dimana disana dilibatkan anggota TNI,’’ pungkasnya.(ent)
0 komentar:
Post a Comment