JawaPos.com - Dari sekian banyak hukuman yang
dijatuhkan Komisi Disiplin PSSI kepada klub berawal dari ulah buruk
suporter. Lebih banyak lagi adalah karena aksi pelemparan botol dan
menyalakan flare di dalam stadion. Namun, sejauh ini hanya klub
yang dihukum. Suporternya masih kurang tersentuh ketegasan otoritas
sepak bola Indonesia.
Menyalakan flare dan pelemparan botol ke lapangan
menjadi pelanggaran yang paling sering berujung sanksi dan denda Komdis
PSSI musim ini. Dari klub lima besar terkena denda, yakni Persebaya
Surabaya, Arema FC, Sriwijaya FC, PSMS Medan, dan Persib Bandung, total
denda telah mencapai Rp 2,5 miliar.
Jumlah denda itu belum ditambah dengan hukuman
terhadap 13 klub Liga 1 lainnya serta insiden di Liga 2. Karena itu,
klub juga menyadari bahwa antisipasi perlu dilakukan untuk mengurangi
tingginya sanksi dan denda akibat oknum suporter mereka menyalakan flare atau melempar botol ke lapangan.
Sekretaris PSMS Julius Raja mengatakan, mereka
telah melakukan berbagai upaya untuk mengantisipasi insiden seperti itu.
Mulai dari menambah jumlah keamanan, mendekati pentolan-pentolan
suporter, hingga memberi diskon tiket. Bahkan tiket boleh dibayar
setelah pertandingan agar penonton mau datang dan bersikap baik.
”Tapi, tetap saja seperti itu (bersikap buruk).
Mereka ini meniru apa yang dilihatnya di wilayah lain. Melihat tidak ada
hukuman, ya dilakukan juga akhirnya,’’ paparnya.
Padahal, setiap aksi buruk yang dilakukan
suporter, sanksi dan denda dijatuhkan kepada klub. Tapi, suporter kadang
tidak peduli. Terlebih tidak ada efek jera untuk mereka.
’’Karena itu, kami harap ada ketegasan. Jangan
klubnya saja yang didenda. Suporter yang bertindak buruk, nyalain flare,
dihukum juga. Buat undang-undangnya,’’ jelasnya.
Apalagi, menurut dia, saat ini era sudah sangat
modern. Operator Liga, PT Liga Indonesia Baru (LIB) pastinya punya
tim-tim khusus yang bisa memantau tindakan suporter. ’
’Ada foto dan rekaman. Cari suporter itu, kami siap bantu. Adili dengan tegas, jangan klub saja yang didenda,’’ ucapnya.
Hal itu senada dengan manajemen Arema FC. Media
Officer Arema FC Sudarmaji menyebut bahwa Komdis PSSI seharusnya juga
memberi sosialisasi terkait denda dan sanksi kepada
suporter. Harapannya, sosialisasi itu bisa memberikan kesadaran bahwa
tindakan buruk suporter yang menanggung adalah klub.
Di luar itu, Arema FC sendiri juga melakukan pengetatan keamanan
di setiap pertandingan. Salah satunya menambah jumlah Polisi Wanita
(Polwan) di pintu masuk ketika pemeriksaan tiket dan barang.
’’Karena-kadang, flare dan segala macamnya itu disimpan di dalam anggota
tubuh,’’ jelasnya.
Di sisi lain, Koordinator Save Our Soccer Akmal
Marhali menjelaskan, banyaknya tingkah laku buruk suporter yang
merugikan klub berawal karena tidak ada edukasi yang baik. Terutama dari
klub dan PSSI. Idealnya, uang denda yang dibayar klub digunakan untuk
melakukan edukasi kepada suporter.
Tuesday, 2 October 2018
Home »
» Saatnya Ada Aturan Tegas untuk Menghukum Suporter, Bukan Hanya Klub
0 komentar:
Post a Comment