Banner 1

Tuesday, 6 March 2018

SNI Dibanderol Rp20 Juta


Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor gencar mendorong pelaku usaha kecil agar lebih mudah mendapatkan sertifikasi Standar Nasional Indonesia (SNI). Sebab, setiap produk kini wajib memiliki label tersebut untuk bisa bersaing di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ini.

Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagin) Kabupaten Bogor, Jona Sijabat menuturka n , untuk mendapatkan sertifikasi SNI pengusaha harus mengeluarkan dana setidaknya  Rp20 juta untuk satu produk.

”Ya seperti sandal atau sepatu Ciomas. Itu kan sudah mulai banyak peminatnya. Nah ini perlu sentuhan pemerintah. Sekarang di zaman pasar bebas ASEAN ini, sertifikasi sangat perlu,” urai Jona.

Lebih lanjut ia mengatakan, sertifikasi juga bisa meyakinkan masyarakat untuk membeli produk asli Bogor. Dengan memiliki cap SNI, produsen bisa lebih leluasa melebarkan bisnisnya.

”Sangat  berpengaruh. Bagaimana cara untuk menarik kepercayaan konsumen akan produk lokal,” kata Jona.

Sementara itu, Bupati Bogor Nurhayanti menilai, selain SNI kualitas sumber daya manusia usaha kecil menengah (UKM) juga perlu ditingkatkan.

”MEA tidak bisa kita hindari, akan ada pelatihan nanti dibantu beberapa pihak swata juga,” kata Nurhayanti. Ia mengambil sisi positif dari adanya MEA ini, yakni untuk meningkatkan daya saing produk lokal di kancah internasional.

”Jangan berkutat di nasional saja. Harus bisa go internasional. Makanya mereka harus punya kemampuan bisnis dan inovasi dalam menciptakan produk berkualitas dan tentunya mampu berbahasa asing,” kata dia.

Sementara itu, Ketua Forum UMKM Kabupaten Bogor Hasan Haikal Thalib menjelaskan, peningkatan SDM merupakan satu-satunya cara untuk dapat bersaing dalam MEA.

”UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah) juga harus bisa memenuhi standarisasi seperti badan hukum, memiliki sertifikat halal, memiliki kemasan yang baik dan produk yang aman. Itu hanya bisa diwujudkan dengan peningkatan kualitas SDM. Jangan sampai kita kalah dari negara tetangga,” katanya.

Dari 15 ribu UMKM yang terdaftar, Haikal mengaku 80 persen di antaranya masih aktif dan produktif.

”Ini dia yang mesti kita manfaatkan. Dengan jumlah yang banyak, jangan sampi kita kalah atau tidak bisa bersaing,” ujarnya.

Kuliner dan fashion, kata Haikal, merupakan beberapa sektor yang menjadi andalan dalam pasar bebas ASEAN.

”Pakaian adat kita bagus dan menarik. Apalagi kuliner. Banyak sekali yang khas dari Bogor. Itulah yang akan kami andalkan nanti,” tandasnya.



Sumber : radarbogor.id

Related Posts:

  • Ridwan Kamil vs Deddy Mizwar Sejumlah lembaga survei merilis hasil temuannya, terkait calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Barat. Memasuki masa kampanye ini, Ridwan Kamil dan Deddy Mizwar memiliki angka yang terus bersaing.Dalam survei Saiful Mujani… Read More
  • Bantu Polisi Cegah Geng Motor Maraknya aksi krimina­litas yang dilakukan geng motor maupun pelaku begal, membuat CBR King 4Ever Street Depok Club (K45DC) berencana merapatkan barisan dengan polsek di Kota Depok.Hal ini dilakukan guna memper­sempit lang… Read More
  • Upah Buruh Terancam Gagal Naik Ratusan buruh yang tergabung dari 16 federasi pekerja se-Kabupaten Bogor, menggeruduk kantor Bupati Bogor di Komplek Tegar Beriman, kemarin (15/3).Dengan menggunakan pengeras suara, ratusan buruh itu menuntut agar Dinas Te… Read More
  • Hoax, Penebangan Pohon Langka Belum lama ini terjadi perbincangan di media sosial terkait penebangan pohon di Arboretum Bumi Perkemahan dan Graha Wisata (Buperta) Cibubur, Jakarta Timur. Namun, Wakil Kepala Buperta Achmad Mardiyanto menyatakan bahwa in… Read More
  • PKL Liar Kembali Menjamur Tak terhitung sudah beberapa kali petugas Satpol PP menertibkan Jalan Mayor Oking, Kecamatan Citeureup, dari pedagang kaki lima (PKL) liar. Meski begitu, PKL masih saja berkeliaran di kawasan tersebut. Seperti kemarin (15/… Read More

0 komentar:

Post a Comment