Banner 1

Wednesday, 28 March 2018

23 Siswa Gagal ke Singapura, SD Bosowa Bina Insani Lapor Polisi


BOGOR–RADAR BOGOR,Jangan asal memilih agen travel, jika tak ingin berakibat fatal. Seperti yang dialami 23 siswa Kelas Inter­nasional SD Bosowa Bina Insani.

Kemarin (26/3) mereka terpaksa harus kembali dari bandara lantaran gagal berangkat ke Singapura untuk studi banding. Hal ini bahkan berujung di kantor polisi.

Juru bicara wali murid, Devi Maharani menjelaskan, awalnya mereka dijadwalkan berangkat pukul 07.25 WIB ke Singapura. Namun, pukul 01.00 WIB di grup WhatsApp dikabarkan jika paspor siswa hilang saat perjalanan ke Bandung di bus. “Dapat informasi dari grup yang dibentuk sekolah dan event organizer-nya,” ujar dia kepada Radar Bogor di Sekolah Bina Insani.

Pagi harinya, kata dia, para orang tua sepakat berkumpul di sekolah dengan pihak travel. Tidak percaya dengan penjelasan agen, para orang tua mengecek beberapa lokasi yang akan dikunjungi.

Benar saja, kata Devi, ternyata tiket pesawat sudah di-cancel per 10 Maret lalu.

“Ternyata kami hanya diperlihatkan bukti booking-nya. Hotelnya juga kami cek, ke Engthi Hotel Singapura, ternyata tidak ada juga pesanan kamar,” beber Devi.

Tak hanya itu, para orang tua siswa juga mengusut sekolah yang bakal dikunjungi di Singapura. Setelah dihubungi, ternyata hanya pernah ada pembicaraan kunjungan, tetapi itu pun dibatalkan pihak travel. “Rencananya, anak-anak mau ke Singapura lima hari untuk study tour,” kata Devi.

Devi membeberkan, satu siswa membayar biaya sebesar Rp7 juta, dengan pendamping delapan orang. Nah, jika dikalkulasikan, kurang lebih dana yang sudah diterima pihak travel sebesar Rp214 juta.

Atas kegagalan ini, para orang tua sepakat melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Tanahsareal. Petugas agen travel juga digiring para orang tua siswa ke kantor polisi setelah mengetahui adanya pembatalan tersebut. Devi mengatakan, pelaporan ini dilakukan pihak sekolah.

Sementara itu, Direktur Pendidikan Sekolah Bosowa Bina Insani, Sudirman menuntut pihak travel mengembalikan uang transportasi 1 x 24 jam. Para orang tua juga menegaskan, pengembalian seluruh paspor yang katanya hilang, dalam waktu seminggu.

“Jika tidak dikembalikan, teman-teman yang berencana ada keberangkatan lain nominalnya akan bertambah. Kami tidak mau diganti keberangkatan minggu depan, bulan depan, bahkan tahun depan,” tegasnya.

Sudirman mengakui baru mengetahui adanya program studi banding ke Singapura. “Saya baru tahu tadi pagi ada program ini,” akunya.

Awalnya, kata Sudirman, sekolah memang punya program studi banding, namun lokasi tujuannya tidak ke luar negeri. Sedangkan, ke luar negeri hanya diperuntukkan bagi siswa tingkat SMA.

“SD belum ada program ke luar negeri. Ini keinginan kepala sekolah bekerja sama dengan pihak travel. Saya baru mengetahui tadi (pagi kemarin, red) kalau paspornya tidak ada,” cetusnya.

Sudirman mengungkapkan, Travel Impact Darusalam selama ini belum pernah bekerja sama dengan pihak sekolah. Program ini, kata dia, baru pertama kali dilakukan sekolah dasar. Ia mengakui tidak ada komunikasi antara kepala sekolah dengan pihak yayasan.

“Mungkin artinya belum terkoordinasikan dengan kami,” paparnya.
Kuasa hukum Travel Impact Darusalam, Zaenal M Laiyan yang mendampingi pengawai travel, menepis adanya upaya penipuan dari pihak travel.

Menurutnya, keterlambatan hanya ada miskomunikasi dengan pihak yayasan. “Ada beberapa tim yang dari pihak yayasan (travel) keluar dan sudah berganti orang, dan klien saya bertanggung jawab. Ini iktikad baik kami, dan kewajiban kami,” jelasnya.

Terkait kegagalan berangkat, jelas Zaenal, ada tim kerja di yayasan travel yang membawa lari uang tanpa pertanggung-jawaban. Namun, kata dia, Yayasan Impact Darusalam berjanji akan memenuhi tuntutan sekolah untuk mengembalikan uang tersebut.

“Insyaallah akan kami kembalikan,” jelasnnya.

Zaenal mengungkapkan, pihaknya masih mengusut terkait kabar hilangnya paspor siswa. Paspor tersebut benar hilang, bahkan tiket pesawat yang dibatalkan adalah kelalaian pihak travel. Oleh karenanya, secara proses hukum kliennya siap dilaporkan.

“Mau tidak mau ini adalah hak seseorang melapor. Tetapi, jika ada jalan selain proses hukum untuk damai, kami juga siap bagaimanapun untuk mengembalikan, dengan kesepakatan pihak sekolah dan orang tua,” tuturnya.

Sementara itu, Kapolsek Tanah Sareal Kompol Muis Effendi berjanji, segera menyelidiki kasus tersebut. “Nanti jika ada perkembangan akan segera kami himpun kembali para pelapor,” ucapnya.


sumber: radarbogor.id

0 komentar:

Post a Comment