Thursday, 8 March 2018
Harus Paham Problem Dasar Kesehatan
Selain pendidikan, masalah kesehatan masih menjadi problem di Kabupaten Bogor. Dari total 5,4 juta penduduk, baru 2,9 juta jiwa (Agustus 2017) yang masuk dalam program perlindungan jaminan kesehatan BPJS.
Kesehatan juga masih menjadi barang mahal bagi masyarakat miskin. Sebab, meski terlindungi BPJS, mereka tidak ada biaya untuk bolak-balik ke rumah sakit.
“Di daerah Tenjo misalnya. Banyak kasus gizi buruk. Mereka tidak bisa mengakses pengobatan karena tidak paham birokrasi BPJS. Seharusnya ada pendampingan,” ujar Relawan Peduli Bogor Barat, Dessy Suprihatini, dalam dialog
”Membedah Visi Misi Calon Bupati dan Wakil Bupati Bogor” di aula Graha Pena, Jalan KH Abdullah bin Nuh, kemarin (6/3).
Banyaknya kasus gizi buruk, kata Dessy, juga diakibatkan kondisi puskesmas yang mati suri. Artinya, satu bulan aktif namun tiga bulan tidak aktif. Termasuk pemberian makanan penambah (PMP) yang hanya diberikan untuk balita gizi buruk di pelosok daerah tertinggal.
“Sementara angka yang paling tinggi adalah kasus anak atau balita kurang gizi karena cikal-bakalnya akan menjadi gizi buruk,” tuturnya.
Ia mengatakan, saat pertama kali tinggal di Parungpanjang pada 2006 silam, kondisinya seperti hutan di Kalimantan. Saat itu jaminan kesehatan seperti Jamkesmas dan Jamkesda berlaku. Menurut dia, jaminan kesehatan tersebut lebih baik daripada BPJS saat ini.
“Untuk Bogor Barat sebetulnya banyak penyakit yang bisa ditangani oleh pemkab. Namun yang menjadi masalah, masyarakat tidak paham bagaimana cara mengakses untuk berobat ke RSUD,” ucapnya.
Lokasi Tenjo dan Parungpanjang yang amat sangat jauh untuk bisa ke Cibinong juga menjadi masalah tersendiri. Ditambah kondisi infrastruktur jalan yang rusak berat.
“Saat itu belum ada mobil desa, setiap bawa pasien gizi buruk atau warga miskin saya sewa mobil. Namun, saat ini alhamdulillah sudah ada ambulans sendiri yang dikhususkan untuk warga miskin,” bebernya.
Wanita yang akrab disapa Uun ini menegaskan bahwa mobil desa yang dibilang gratis itu bohong. Sebab, warga miskin yang menggunakannya tetap saja harus membayar biaya operasionalnya. Seperti membayar sopir dan membeli bensin. Meski begitu, tetap saja memberatkan warga miskin.
“Saya berharap semuanya itu gratis,” katanya.
sumber: radarbogor.id
Related Posts:
Kini Kursi DPD Partai Golkar Kota Bogor Menjadi Milik Yus Ruswandi BOGOR – Kursi Ketua DPD Partai Golkar Kota Hujan kini menjadi milik Yus Ruswandi. Anggota DPRD Kota Bogor dua periode itu terpilih secara aklamasi dalam musyawarah daerah (Musda) ke-IX Partai Golkar, Kota Bogor, Selasa… Read More
PKK Kabupaten Bogor Waspada Pokemon Go! BOGOR – Bupati Bogor Nurhayanti meminta seluruh kader PKK untuk meningkatkan peran pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga. PKK juga harus bisa membantu meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga. “Sehingga terci… Read More
DPR Ngamuk Lihat Cibinong Kabupaten Bogor yang Berantakan BOGOR – Rombongan Komisi II DPR RI Selasa (26/07/2016) ”ngamuk” saat mengunjungi sejumlah wilayah di Bumi Tegar Beriman. Kinerja Pemkab Bogor dianggap buruk hampir di semua bidang. Temuan-temuan itu pun langsung dikonf… Read More
Proyek Gedung Dispenda Kota Bogor Harus Selesai Tepat Waktu BOGOR – Proyek pembangunan Gedung Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kota Bogor tahap dua diminta bisa diselesaikan tepat waktu. Hal ini diungkapkan Wakil Walikota Bogor Usmar Hariman, saat melakukan inspeksi mendadak (s… Read More
Ingrid Kansil Siap Dicalonkan Demokrat Rebutkan Kursi Bupati Bogor 2018 BOGOR – Memang masih dua tahun lagi, tapi Partai Demokrat Kabupaten Bogor sudah memiliki siapa yang akan dicalonkan pada Pemilihan Bupati (Pilbup) Bogor 2018. Ada beberapa nama masuk bursa calon kandidat Bupati Bogor per… Read More
0 komentar:
Post a Comment