Tuesday, 6 March 2018
Bahas Pemilu di Istana Dinilai Blunder
JAKARTA–RADAR BOGOR,Pertemuan Presiden Joko Widodo dengan sejumlah pengurus Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (1/3) lalu terus menjadi sorotan. Apalagi, pertemuan itu memberbicakan soal strategi pemenangan Pemilu 2019.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Ferry Juliantono menilai, pertemuan di Istana sebagai penyalahgunaan kekuasaan. Sebab, sangatlah tidak etis, jika istana yang notabene fasilitas negara digunakan untuk hal yang sifatnya kepentingan politik golongan.
”Kok istana dipergunakan untuk membicarakan tentang kiat-kiat pemilu,” ujarnya dalam sebuah diskusi di Cikini, Jakarta, Sabtu (3/3).
Dibanding membicarakan pemilu, lanjutnya, ada baiknya fasilitas negara digunakan untuk menyelesaikan persoalan negara. Seperti melemahnya rupiah, turunnya daya beli masyarakat dan lain sebagainya. ”Harusnya kan membahas bagaimana supaya rupiah gak ke 14 ribu,” sindirnya.
Peristiwa itu, lanjutnya, bisa menjadi preseden buruk. Terlebih, hal itu dilakukan oleh seorang kepala negara. Bukan tidak mungkin, praktik serupa bisa terjadi di kemudian hari. Oleh karenanya, meski pemilu sudah dekat, dia meminta pemerintah bisa fokus menyelesaikan tugasnya.
Pengamat politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio mengatakan, sebetulnya, presiden boleh mengundang siapa pun ke istana. Hanya saja, etikanya, hanya untuk membicarakan persoalan kenegaraan. ”Kalau di luar kenegaraan sebaiknya tak dilakukan di dalam jam kerja dan menggunakan fasilitas negara,” ujarnya.
Di sisi lain, lanjutnya, kejadian ini harus menjadi pelajaran bagi PSI. Andaikan Partai yang dipimpin Grace Natalie itu bersikap sewajarnya, Hendri menilai kegaduhan semacam ini tidak akan terjadi.
”Kan gara-gara PSI yang terlalu senang bangga, saat diundang presiden dia merasa harus diumumkan dan menjadi aneh,” imbuhnya.
Sementara itu, Wakil Sekjen PDIP Eriko Sotarduga menilai pertemuan tersebut sebagai hal yang biasa. Sebagai kepala negara, perlu juga presiden melakukan komunikasi dengna para pemuda seperti pengurus PSI. selama ini, Jokowi juga sering berkomunikasi dengan partai lainnya.
”Tapi kan kan orang muda kadang-kadang menyampaikan bahwa ini adalah suatu pendukungan (dari presiden),” ujarnya.
Dia menduga, kegaduhan muncul karena memang ada pihak yang mempolitisasi dengan memunculkan pandangan yang keliru. Eriko mencontohkan, jika yang diundang ke istana adalah Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, maka kegaduhan tidak akan muncul.
”Sekarang begini, bagaimana kalau kemudian yang datang itu Pak Prabowo ke Jokowi. Ada masalah kah? Kan tidak,” imbuhnya.
sumber: radarbogor.id
Related Posts:
Bunuh Diri Jika DPP Partai Golkar Salah Pilih CIKARANG PUSAT – Pengurus DPD Partai Golkar Kabupaten Bekasi menilai pelaksanaan Pilgub Jawa Barat 2018 akan berjalan dengan ‘lembut’. Pasalnya, kandidat yang kini mulai bermunculan memiliki karakter yang yang santun.Dari … Read More
Fraksi PAN Kecewa Pokok Pikiran DPRD Kota Depok Tak Terserap DEPOK – Ketidakhadiran Fraksi PAN dalam Rapat Paripurna DPRD Kota Depok, Rabu (5/4), tentu menimbulkan pertanyaan. Ada apa ?. Wakil Ketua DPRD Kota Depok yang juga Ketua DPD PAN Kota Depok, Igun Sumarno menuturkan, hal ter… Read More
Jelang Pilkada 2018 PDIP Gandeng NasDem BOGOR– Konstelasi politik di Kabupaten Bogor jelang pemilihan kepala deerah (pilkada) 2018, mulai terasa persaingannya. Selain bermunculannya sejumlah nama calon kepala daerah, koalisi partai politik pun ikut memanaskan … Read More
Hemas Minta MA Jelaskan Alasan Ambil Sumpah OSO Sebagai Ketua DPD Jakarta - Oesman Sapta Odang telah dilantik menjadi Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) RI menggantikan Mohammad Saleh. Meski demikian, Wakil Ketua DPD periode 2014-2019, Gusti Kanjeng Ratu Hemas meminta penjelasan kepada… Read More
Zulkifli Hasan: Tak Mungkin OSO Rangkap Jabatan Pimpinan MPR Jakarta - Ketua MPR Zulkifli Hasan menghormati keputusan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang memilih Oesman Sapta Odang (OSO) sebagai Ketua DPD. Lalu siapakah pengganti OSO sebagai wakil ketua MPR?Zulkifli Hasan mengatak… Read More
0 komentar:
Post a Comment