Budaya masyarakat Sunda perlahan tergerus gempuran budaya luar yang membabi buta. Hal ini membuat generasi muda melupakan jati diri mereka.
Fenomena ini mengundang keprihatinan Aliansi Damai Sauyunan (ADS), dengan mengadakan dialog interaktif di GOR Futsal Selawi, Kampung Pondokbitung, RT 03/05, Desa Sukaharja, Kecamatan Cijeruk, kemarin (15/3).
Ketua ADS, Lukas Diana mengatakan, acara ini bertujuan untuk memelihara semangat jiwa patriotisme dan nasionalisme demi kejayaan NKRI. Khususnya menjaga akar budaya bangsa yang perlahan mulai hilang.
“Contohnya banyak. Seperti tak memiliki lagi kepedulian terhadap lingkungan seperti yang dilakukan para leluhur. Pribadi bangsa berbudi pekerti luhur telah diganti dengan budaya luar yang serbabebas,” ujarnya.
Ia mendambakan terciptanya kehidupan berbangsa, yang generasi mudanya masih memelihara nilai-nilai tradisional dalam kehidupan. Misalnya dalam berpolitik.
“Harus sesuai dengan jati diri masyarakat Sunda. Yakni silih asah, silih asih, dan silih asuh. Bukan saling gontok-gontokan, apalagi perang antarsesama demi kepentingan golongan,” ucapnya.
Hal itu dibenarkan pemerhati budaya, Ki Wahyu. Menurutnya, generasi muda sudah tak peduli lagi dengan peninggalan leluhur.
“Justru menganggap hal-hal berbau tradisional itu kuno, bagian dari masa lalu. Padahal mengandung unsur kebudayaan,” tuturnya.
Untuk mencegah punahnya budaya di masyarakat, pengrajin kujang itu memberi saran agar generasi muda diajak melestarikan kebudayan bangsa. Salah satunya, kesenian.
Sumber : radarbogor.id
0 komentar:
Post a Comment