Tuesday, 6 March 2018
Home »
Berita Utama
» Ditutup Besok, Pendaftar SNMPTN Capai 468 Ribu
Ditutup Besok, Pendaftar SNMPTN Capai 468 Ribu
JAKARTA–RADAR BOGOR,Setelah dibuka sejak 21 Februari lalu, pendaftaran seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN) resmi ditutup besok (6/3). Data sampai kemarin (4/3) sore, jumlah pendaftarnya mencapai 468 ribu anak. Sebagai perbandingan total pendaftar SNMPTN 2017 berjumlah 517.418 siswa.
Panitia berharap waktu yang tinggal dua hari dimaksimalkan bagi yang belum mendaftar. Ketua umum panitia SNMPTN Ravik Karsidi mengatakan, sampai kemarin pukul 17.00 WIB, jumlah pelamar SNMPTN berjumlah 468.205 siswa. Kemudian dari jumlah tersebut, pelamar yang sudah finalisasi ada 407.593 siswa. ”Masih ada waktu dua hari. Kita imbau segera daftar dan finalisasi,’’ katanya saat dikonfirmasi kemarin (4/3).
Pria yang juga rektor UNS Solo itu mengatakan, sampai saat ini belum ada rencana perpanjangan waktu pendaftaran SNMPTN 2018. Panitia mengumumkan seluruh siswa yang berhak mendaftar SNMPTN 2018 untuk segera mendaftar. Pengumuman ini disampaikan panitia melalui laman pendaftaran SNMPTN (web.snmptn.ac.id).
Jumlah sementara pendaftar itu hampir setara dengan total siswa yang berhak mendaftar SNMPTN. Sebelumnya setelah masa pengisian pangkalan data sekolah dan siswa (PDSS) ditutup, panitia menetapkan ada 1.033.218 siswa berhak atau bisa mendaftar SNMPTN.
Pendaftaran SNMPTN tahun ini berjalan cukup lancar. Kabar munculnya gangguan hanya terjadi di hari pertama pendaftaran pada 21 Februari lalu. Ravik berlasan, pada hari pertama ini lalu lintas akses ke laman pendaftaran SNMPTN cukup banyak. Sebab, ada dua juta lebih siswa yang mengecek apakah mereka masuk dalam list yang boleh daftar SNMPTN.
Pengamat pendidikan Jejen Musfah mengatakan, pendaftar SNMPTN masih di bawah 50 persen dari total yang berhak mendaftar, menunjukkan SNMPTN bukan satu-satunya seleksi yang diidamkan siswa. ’’Tidak semua tertarik jalur ini (SNMPTN, red). Karena persaingannya berat dan saingannya banyak,’’ tuturnya.
Menurut dia, sistem seleksi masuk kampus negeri saat ini terlalu banyak. Baginya, malah bisa menimbulkan kesan pemerintah atau kampus mencari uang dari masyarakat. Sayangnya, sistem seleksi yang ada sekarang, ada yang belum sesuai dengan tuntutan program studi (prodi).
Dia mencontohkan untuk prodi-prodi di bawah rumpun FKIP (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan). Menurut Jejen, pemerintah seharusnye menambah materi seleksi khusus untuk pelamar FKIP. Seperti materi wawancara. Materi ini penting untuk mengukur pelamar itu benar-benar memiliki minat dan bakat menjadi guru atau tidak. Minat dan bakat itu tidak bisa dilihat dari SNMPTN maupun SBMPTN.
sumber: radarbogor.id
Related Posts:
Ketika Limbah Beracun Digunakan untuk Fondasi Warung sampai Uruk Situs Purbakala Puluhan ribu sak limbah beracun dari industri aluminium rumahan dengan gampang ditemui di berbagai desa di tiga kecamatan di Jombang. Baunya menyengat, menimbulkan sesak dada, dan terasa pedas di mata.ACHMAD RIZA WAD’ULLAH… Read More
Jaringan UNBK Bermasalah BOGOR–RADAR BOGOR, Senin pekan lalu (2/4) siswa SMK mengawali ujian nasional (UN). Hari ini (9/4), giliran siswa di SMA dan MA mulai mengerjakan evaluasi rutin tahunan itu. Seiring semakin banyaknya sekolah penyelenggara u… Read More
Jalur Selatan Masih Lumpuh MADIUN–Kerugian miliaran rupiah diderita PT KAI (Persero) menyusul tabrakan hebat KA Sancaka di Desa Sambirejo, Kecamatan Mantingan, Ngawi, Jumat (6/4) lalu. Sebanyak 12 perjalanan kereta api yang melintasi DAOP VII Madiun… Read More
Aktivitas di KPK Tetap Berjalan JAKARTA–Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) belum mengambil sikap terkait pernyataan kontroversial Direktur Penyidikan (Dirdik) Brigjen Aris Budiman. Sampai kemarin, lembaga superbodi itu terkesan menutup diri ketika dising… Read More
Sistem Penanggulangan Pertamina Dikritik JAKARTA–Penanganan minyak di Balikpapan terus mendapatkan perhatian. Banyak pihak meyayangkan kebocoran pipa justru terjadi di daerah yang paling bagus prosedur operasinya.Ketua Umum Ikatan Profesional Lingkungan Hidup Ind… Read More
0 komentar:
Post a Comment