Banner 1

Friday, 2 December 2016

Kasus HIV AIDS di Bogor Lebih Banyak Terserang pada Ibu Hamil dan LGBT!

Ilustrasi Penderita Penyakit HIV AIDS.
POJOKJABAR.com, BOGOR – Penggunaan jarum suntik secara bergantian bukan lagi musabab utama penularan virus HIV/AIDS. Belakangan ini telah terjadi perubahan pola.

Penularan virus yang menyerang imunitas itu lebih tinggi melalui hubungan seks bebas. Korbannya, para ibu hamil dan pelaku Lesbian Gay Biseksual Transgender atau LGBT.

“Sepanjang 2016, terdeteksi 656 warga Kota Bogor positif mengidap HIV. Jumlah merata di semua kecamatan. Penularannya melalui seks bebas,” ungkap Kepala Bidang Pencegahan, Pengendalian Penyakit Dan 
Penyehatan Lingkungan pada Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor, Eddy Darma, kepada Radar Bogor Rabu (30/11/2016).

Eddy mengatakan, justru pemakai narkoba (yang terdata dinas kesehatan)  kini 80 persen di antaranya terkena Hepatitis C. Baru disusul HIV/AIDS. Terlebih kini para pengguna narkotika mulai menyadari bahwa penggunaan jarum bersamaan sangat berbahaya.

“Karena di Kota Bogor ada kelompok resiko tinggi HIV/AIDS, adalah pemakai narkotika, waria, gay, pekerja seks, pasangan mereka dan berikutnya pelanggan mereka. Sehingga munculah anggapan bahwa komunitas LGBT kini menjadi sarang tersebarnya HIV/AIDS,” bebernya.

Kemudian, kelompok yang rentan terkena HIV/AIDS adalah ibu hamil. Mereka biasanya tertular dari sang suami suka “jajan” di luar.

Sedangkan untuk kelompok LGBT, dinas kesehatan kini berupaya mendatangi tempat dimana mereka biasa berkumpul dan memberi pengarahan. Dalam langkah ini, dinas menggandeng para pelaku sebagai relawan.

“Jadi out reach ini tugasnya mendatangi kelompok itu. Waria mendatangi waria, gay mendatangi gay, pekerja seks mendatangi pekerja seks. Outreach ini adalah teman-teman mereka juga yang kami jadikan selayaknya kader, sebab jika oleh petugas resmi pasti mereka tidak mau disuluh, dicuci otaknya sampai mereka mau diajak untuk diperiksa,” jelasnya.

Pemeriksaan, kata Eddy, bisa berlangsung di Puskesmas namun di luar jam kerja. Waktunya bisa di malam hari, dikumpulkan di suatu tempat, dimana petugas Puskesmas yang akan mendatangi mereka.

“Kalau memang Puskesmas gerakannya masif, bisa seminggu sekali ada pemeriksaan tersebut. Contoh yang rajin itu Puskesmas Bogor Timur dan Kedung Badak,” ungkapnya.

Eddy mengingatkan, tidak ada yang harus dikhawatirkan jika mengetahui orang di lingkungan kita positif HIV/AIDS. Tidak pula kemudian menjauhinya, karena selama tidak terjadi kontak yang mengakibatkan bertukarnya cairan dalam tubuh, maka selama itu pula akan aman.

“Orang terkena virus ini lebih cepat tahu itu lebih bagus, masalahnya virusnya kan berkembang biak, maka akan cepat diatasi juga. Kalau lama tahu, mengatasinya pun akan lama,” katanya.

Khusus di Kota Bogor, Eddy mengatakan, penderita HIV/AIDS untuk menjaga daya tahan tubuh disarankan mengonsumsi jus nanas. Ini berdasarkan hasil penelitian dengan Swiss German University.

Sementara di Kabupaten Bogor, jumlah penderita HIV/AIDS yang terdata kini sebanyak 1.153 orang.

Pengelola program penyuluhan HIV/AIDS pada Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, Waseso, menjelaskan tren penularan di Bumi Tegar Beriman adalah pada ibu rumah tangga yang tertular dari suaminya sendiri.

“Bisa juga tertular tidak sengaja melalui cara yang lain,” ujar Waseso kepada Radar Bogor.

sumber : jabar.pojoksatu.id


0 komentar:

Post a Comment