Saturday, 6 August 2016
Palestina Dihapus dari Maps, Ulama Bogor Kecam Google
BOGOR - Perusahaan teknologi raksasa asal California, Amerika Serikat, Google, dikecam habis-habisan. Penyebabnya, ‘mesin pencari’ terbesar sejagat maya itu kembali menghapus nama Palestina dari aplikasi Google Maps (peta) dan menggantinya dengan Israel.
Langkah itu dikecam habis Forum Jurnalis Palestina. Mereka menuding Google terlibat dalam skema negara zionis agar menjadi negara terlegitimasi. Forum itu juga menyebut, penghapusan nama Palestina di peta Google bertujuan memalsukan sejarah, geografi, dan hak rakyat Palestina.
“Hal ini kontras dengan norma dan konvensi internasional di mana pun,”tulis Forum Jurnalis Palestina, seperti dikutip Middle East Monitor, kemarin (5/8).
Tak hanya itu, Google juga mengutak-atik kata di mesin pencariannya. Di mana saat kata kunci Palestine diketik pengguna, Google Maps akan mengarahkan pada Yerusalem dan Gaza. ”Langkah ini merupakan upaya kegagalan untuk merusak memori rakyat Palestina, Arab, dan Dunia,” kata Forum itu.
Untuk membuktikannya, Radar Bogor mencoba mencari Palestina di Google Maps. Benar saja, saat memasukkan kata kunci Palestina dan Palestine di mesin pencarian, tampilan yang muncul adalah sebuah peta kawasan tepi barat. Hanya saja, nama Palestina tidak muncul dalam peta tersebut.
Yang muncul hanya nama Yerussalem yang sebelumnya Palestina.
Penghapusan nama Palestina dari Google Maps sebelumnya pernah dilakukan pada 2010 silam. Saat itu, pengguna Google Maps yang mengetik kata kunci Palestine, yang keluar nama Yerusalem. Namun, pada 2013, Google kembali memasukkan nama Pelestina dalam mesin pencarian mereka di Google Maps.
Dalam hal ini, Google menyatakan telah mengikuti langkah PBB, International Organization for Standardization (ISO) dan organisasi-organisasi internasional lainnya. Keputusan Google ini tentu saja sangat disambut baik otoritas Palestina.
”Ini adalah langkah ke arah yang benar dan kemenangan virtual bagi bangsa Palestina, di mana sebelumnya telah dihapus dalam peta Google Maps,” kata Dr Sabri Saidam, penasihat Presiden Palestina Mahmoud Abbas kepada BBC, saat itu.
Ketua STKIP Muhammadiyah Bogor Yusfitriadi menilai fenomena ini perlu mendapat perhatian serius dari seluruh elemen masyarakat dunia. Terutama organisasi antarbangsa seperti Persatuan Bangsa Bangsa (PBB), Organisasi Konferensi Islam (OKI), dan organisasi-organisasi kemanusiaan.
“Hal itu penting, karena penghapusan peta negara Palestina tersebut sebuah upaya membangun opini diskriminasi global. Juga ada kehawatiran fenomena ini merupakan skenario besar negara Israel yang selama ini memusuhi, memerangi, dan menjajah negara Palestina,” ujarnya.
Dia pun menegaskan, prinsip diskriminasi dan penjajahan bertolak belakang dengan prinsip negara mana pun di dunia. Termasuk prinsip organisasi PBB.
“Ini bukan sebuah fenomena yang dihubungkan dengan agama, akan tetapi bertentangan dengan prinsip-prinsip kemanusiaan. Di mana, perusahaan Google, disadari atau tidak, telah mempertajam pertikaian dan peperangan yang selama ini terjadi antara Palestina dan Israel,” ungkapnya.
Yus berharap, pemerintah Republik Indonesia yang selama ini tidak pernah berhenti memperjuangkan kemerdekaan Negara Palestina di forum internasional, untuk mendesak PBB menegur Google. Juga, kepada OKI segera merespons fenomena diskriminasi ini dan meminta Google segera mengklarifikasi penghapusan peta negara Palestina tersebut.
“Kepada seluruh rakyat Indonesia melalui elemen pendidikan, organisasi kepemudaan dan ormas-ormas diharapkan secara bersama menyuarakan dengan masif fenomena penghapusan peta Palestina tersebut. Bila perlu, kepada Menkominfo untuk mempertimbangkan memboikot Google di Indonesia,” cetusnya.
Senada, Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Bogor, Romdon, sangat menyayangkan hilangnya Palestina dari Google Maps. Menurutnya, terlepas dari unsur sengaja atau tidak, seharusnya hal tersebut tidak terjadi. Dalam hal ini, sebagai ulama dan warga dunia, Doni mendesak adanya kejelasan dari pihak Google.
“Kita bisa protes hal tersebut. Kalau sudah keterlaluan bisa kita boikot aplikasi Google,” tegasnya.
Kang Doni -sapaan Romdon- bukan tak mungkin hal serupa juga terjadi pada negara lain. Karenanya, teguran keras sangat dibutuhkan untuk menjaga agar hal serupa tak kembali terjadi.
“Kita tetap harus perlu konfirmasi agar hal ini menjadi jelas,” katanya.
Sementara itu, Ketua PDM Muhammadiyah Bogor, Naufal Ramadian, menduga hal tersebut didesain untuk menghancurkan Palestina. “Jika itu disengaja berarti Google adalah bagian rekayasa,” bebernya.
Namun, menurutnya, meski kerap dizalimi, Palestina akan tetap jadi ikon dari sumber perjuangan di dunia. “Kita tetap berbaik sangka. Meski Palestina lenyap di Google Maps, tapi Palestina tidak akan lenyap sebagai negara di dunia, apalagi dalam persaudaraan umat beragama,” tegasnya.
Menyikapi hal ini, Naufal berharap, masyarakat dapat merapatkan barisan internal. Bukan hanya masyarakat Bogor saja, tapi juga Negara Indonesia. “Negara juga seharusnya dapat diminta untuk memperjuangkan hal ini,” pungkasnya.
Google sendiri dinilai sebagai perusahaan IT yang pro Israel. Tak heran, penggunaan nama
Palestina dianggap sesuatu yang kontroversial bagi Google. Bangsa zionis hingga kini menyatakan belum ada kesepakatan mengenai definisi negara Palestina atau batas-batas wilayahnya.
Israel menilai semua penggunaan kata formal atas Palestina melangkahi hasil pembicaraan damai yang belum usai. Bahkan, dalam terminologi Israel, Tepi Barat disebut sebagai Judea dan Samaria.
Namun, pada Kamis 29 November 2012, PBB memberikan Palestina status ”negara pemantau nonanggota.” Keputusan ini disetujui 138 negara dari 193 anggota PBB Keputusan Majelis Umum PBB itu tentu saja mendapat tentangan keras dari Israel dan Amerika Serikat yang merupakan sekutunya.(ent)
0 komentar:
Post a Comment