BOGOR – Sepintas, bangunan rumah milik Nengsih (35)
warga Desa Sukaluyu, Kecamatan Tamansari tak ada bedanya. Namun jika di
perhatikan lebih dekat, sebagian dinding dan atap terbuat dari busa sisa
limbah sandal.
Ya, janda anak dua itu tinggal bersama sang ibu di rumah peninggalan
almarhum suaminya. Sudah enam tahun, Nengsih beserta keluarganya
tersebut berteduh disana. Bernaung di balik rumah busa yang bisa kapan
saja roboh.
“Mau gimana lagi. Ini rumah satu-satunya peninggalan almarhum. Untuk
memperbaiki ditambal pakai busa limbah sandal, ”tuturnya
Penghasilan sebagai buruh pengerajin sandal, hanya cukup mengisi
perut dan kebutuhan anak sekolah. Tak pernah terbesit untuk memperbaiki
rumahnya.
“gaji Rp20 ribu per hari cukup buat makan, bayar listrik dan
kebutuhan sekolah anak. Untuk perbaiki rumah, saya hanya pasrah. Ada
bantuan dari pemerintah,” ujarnya.
Nengsih berharap bisa mendapatkan bantuan dari pemerintah untuk memperbaiki rumahnya. Setidaknya tidak kehujanan dan kepanasan.
Terpisah, Kepala Desa Sukaluyu, Sarif mengaku program rumah tidak
layak huni (rutilahu) masih terus berjalan setiap tahun. Namun kuota
yang diberikan sedikit, sehingga warga harus bersabar.
“Kami terus data dan menunggu giliran,” singkatnya.(ent)
0 komentar:
Post a Comment