Banner 1

Friday, 19 February 2016

Sekolah Lima Hari tak Mempan Atasi Macet



BOGOR - Penerapan sekolah lima hari di Kota Bogor yang sudah berjalan hampir satu semester, ternyata memiliki dampak bak dua sisi mata uang. Di satu sisi, akan memberi ruang lebih besar bagi pelajar dan guru untuk mengasah kemampuan. Namun di sisi lain, kemacetan di akhir pekan tetap saja terus terjadi. 

Kepala SMA Kosgoro, Tri Atmojo mengaku, merasakan betul dampak penerapan sekolah lima hari. Dia menyebutkan, dari mulai mengefektifkan waktu dalam kegiatan belajar mengajar sehingga satu hari kosong, dapat digunakan guru untuk peningkatan kemampuan profesinya.

"Meskipun lima hari sekolah, di SMA Kosgoro sendiri tetap enam hari kerja. Sehingga satu hari kosong kegiatan belajar mengajar (KBM), digunakan untuk menata ulang sarana prasarana penunjang pembelajaran," kata Tri.

Selain itu, satu hari kosong itu pun bisa digunakan untuk pengembangan ekstrakurikuler. Meski begitu, lanjutnya, ada juga dampak negatif yang terasa. Yaitu, anak belum terbiasa sehingga persiapan seperti makan siang yang akhirnya jajan di kantin, dengan standar gizi yang belum terjamin.

"Begitu pun dengan fisik siswa yang perlu adaptasi untuk belajar full day, agar tidak cepat lelah dan mengatur waktu istirahatnya," paparnya.

Namun, dengan hanya lima hari sekolah, siswa dapat istirahat cukup untuk belajar di minggu berikutnya. Sedari awal digulirkan, sekolah lima hari bertujuan untuk menekan angka kemacetan, terutama di akhir pekan. Kata Tri, tidak ada data yang pasti apakah hal demikian terwujud. Tetapi secara teori, dengan siswa tidak sekolah, tingkat kepadatan jalan akan berkurang.

"Realitasnya, di hari libur, siswa dan keluarga pergi rekreasi. Sehingga tingkat kemacetan jalan meningkat, belum lagi dengan kedatangan turis lokal dari luar daerah," paparnya.

Hal tersebut, rupanya, diamini oleh Ketua Yayasan Dharma Setia Kosgoro, Iwan Ruswandi. Kepada Radar Bogor, Iwan mengatakan, masuk pukul 07.00 WIB dan baru selesai di pukul 15.00 WIB, tentu saja membuat siswa bosan. Karenanya, sekolah berupaya semaksimal mungkin membuat mereka betah. "Kesiapan infrastruktur, misalnya dengan lapangan yang disediakan beragam fasilitas pelengkap," ungkap Iwan.

Kaitannya dengan dampak mengurai kemacetan, Iwan merasa sedikit berpengaruh, meski tidak begitu signifikan. Katanya, tetap saja di akhir pekan macet melanda jalan-jalan protokol, tak terkecuali Jalan Pajajaran. "Anak-anak pun tidak diperbolehkan membawa kendaraan jika tidak memiliki SIM. Ada pembagian waktu khusus kapan boleh membawa kendaraan. Dengan begitu pun sudah cukup berpengaruh," jelasnya (ent)

0 komentar:

Post a Comment