Banner 1

Friday, 19 February 2016

Penutupan Lokasi PSK di Kalijodo Berdampak Sistemik




JAKARTA - Penutupan lokalisasi Kalijodo, rupanya, berdampak sistemik. Belakangan, aksi Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dalam menumpas bisnis prostitusi di Jakarta Utara justru berimplikasi negatif ke Bogor. Seminggu terakhir, eks pramuria kelas dua di ibu kota tersebut memadati Puncak. Gang Semen kini menjadi arena persaingan kotor milik para koloni kupu-kupu malam.

LINA (23), tak lagi bisa mendapat lima pelanggan setiap hari. PSK asal Cipanas yang kerap mangkal di sekitaran Megamendung ini mengaku kalau beberapa hari terakhir ''daga­ngannya'' sepi. 

Kabar yang didengarnya, pelanggan lari ke wajah-wajah baru yang berdatangan atau dibawa tamu langsung dari Jakarta. "Katanya, ya, itu, (PSK dari) Kalijodo," sebutnya kemudian tertawa.

Memang, diakui Lina, sebelum ramai pemberitaan lokalisasi Kalijodo, ia bisa mengantongi Rp1,7 juta per hari. Sehingga dalam sebulan, ia bisa mendapat Rp52 juta. Pun jika pendapatan itu dipotong pajak "germo", setidaknya Lina mengantongi Rp30 juta. Itu belum termasuk hari libur atau akhir pekan. "Sekarang, mah, sepi. Rame-rame itu (Kalijodo) di televisi," tuturnya.

Seperti yang sudah-sudah, penertiban lokalisasi prostitusi hanya sukses membongkar lapak-lapak mucikari. Sementara para PSK, biasanya mencari lokasi baru untuk beroperasi di tempat yang lebih aman. Kawasan Puncak, Bogor, pun disebut-sebut menjadi salah satu tujuan alternatif.

Alasannya cukup sederhana dan masuk akal. Puncak paling dekat dan paling ''basah'' di sekitaran Jabodetabek. Soal ini, Pemkab Bogor juga ternyata sudah bersiap.

"Tentu kami lebih rutin patroli. Zona yang kami razia di Parung, Limusnunggal, dan Cisarua-Puncak," kata Kepala Satpol PP Kabupaten Bogor, Luthfi Syam, kemarin.

Giat pada zona merah rawan prostitusi itu pun akan dilakukan sepekan dua kali. Lutfi mengerahkan sedikitnya 60 personel untuk memeriksa data kependudukan serta tes kesehatan kepada PSK yang terjaring. Termasuk mereka yang diduga bekerja sebagai wanita penghibur di tempat-tempat hiburan malam. 

"Kami akan memeriksa identitas kependudukan bagi pendatang yang mengontrak/sewa serta tes kesehatan di wilayah tersebut," paparnya.

Ketiga wilayah tersebut, kata Lutfi, harus terbebas dari usaha legal prostitusi. Meski ia tidak memungkiri masih ada pekerja seks yang beroperasi secara diam-diam. Satpol PP pun siap menertibkan lokalisasi ilegal itu bila ada temuan. "Tapi, ini kegiatan rutin kami, tidak ada kaitannya dengan Kalijodo," tegasnya.

Terpisah, Ketua Kelompok Penggerak Pariwisata (Kompepar) Kabupaten Bogor, M Teguh Mulyana meyakini bakal terjadi eksodus PSK Kalijodo ke Bogor, khususnya Gang Semen, Puncak. Alasannya, Puncak adalah yang terdekat dengan Jakarta dan terbesar di Bogor. Tidak seperti Gang Doli, yang berada di Surabaya, Jawa Timur.

"Kalau saya lihat di berita, ada sekitar 500 orang PSK Kalijodo. Saya memperkirakan, kalaupun memang nanti mereka pindah (ke Puncak), kira-kira hanya 10 hingga 20 persen saja (atau kurang lebih 100 orang)," kata Bowie, sapaan Teguh Mulyana.

Untuk itu, Kompepar dan beberapa pihak terkait seperti aparat kelurahan bersiap untuk mengantisipasinya. Yakni dengan cara melakukan pendataan ulang lagi warga di kawasan Puncak pada tingkat RT dan RW. "Tapi, ini perannya pihak pemerintah, bukan Kompepar. Kami sifatnya hanya sosialisasi dan promosi pariwisata," ujarnya.

Ditanyakan mengenai jumlah PSK di Puncak serta tempat lokalisasinya, Bowie memberikan jawaban yang senada dengan Lutfi, yakni tidak ada, secara legal. Sejak 2010 lalu, kata Bowie, lokasi prostitusi legal di kawasan Puncak seperti Gang Semen sudah tidak ada lagi. Begitu juga dengan lokalisasi lainnya yakni Gang Sempit dan Gang Bengkel.

"Tapi kalau ada, memang masih ada. Aktivitas pun masih ada. Tapi terselubung," ujar dia.

Selain itu, masyarakat di kawasan Puncak sepakat untuk mengubah citra kawasan magnet pelancong yang kerap dikaitkan dengan bisnis lendir menjadi murni hanya pariwisata alam, bahari dan kuliner. Tanpa ada lagi embel-embel prostitusi. Hanya, menurut Bowie, bisnis esek-esek ini akan selalu ada di setiap daerah se-Indonesia. Sehingga, upaya terbaik yang bisa dilakukan adalah meminimalisasi.

"Bersih dari prostitusi tidak mungkin, kalau mengurangi iya. Istilahnya, kami akan mengubah dari haram jadah menjadi sejadah. Artinya, mengubah dari yang tidak baik menjadi baik," tukas dia.

Sementara itu, hijrahnya PSK Kalijodo ke Bogor nanti bakal menciptakan persaingan dengan PSK pendahulunya. Persaingan dari segi kualitas 'goyangan', tampilan, dan tarif per layanan. Menanggapi hal ini, sosiolog Universitas Indonesia (UI), Fu Xie menilai ekosdus tersebut sangat berpotensi namun dalam hitungan kecil dan perlahan-lahan. Sehingga dapat dipastikan, tidak akan terjadi persaingan antara PSK setempat dengan PSK pendatang.

"Kita tahu para PSK itu tidak berdiri sendiri, ada yang mengoordinir, katakanlah germonya. Di Kalijodo ada koordinatornya, di Gang Semen juga ada koordinatornya. Menjadi masalah atau tidak, tergantung negosiasi dari kedua pemimpin PSK ini," kata Fu Xie.

Dia menambahkan, dalam hukum ekonomi, jika penawaran bertambah, maka harga akan turun. Artinya, jika PSK banyak dan terjadi persaingan, maka tarif mereka akan turun dan akan menjadi masalah baru. 

Lebih lanjut, menanggapi rencana eksodusnya PSK Kalijodo ke Bogor, Fu Xie mengilustrasikan sebuah kisah dari suatu desa di Tiongkok. Desa tersebut terkenal dengan hasil pertanian yang bagus dan melimpah, sehingga populasi burung-burung pemakan hasil pertanian pun banyak pula. Maka, kepala desa tersebut mengerahkan seluruh penduduknya untuk mengusir burung tersebut beramai-ramai.

"Di tempat lain, burung itu diusir juga, begitu seterusnya. Akhirnya burung itu capek, jatuh, dan mati," ulas dia.

Contoh semacam ini, kata Fu Xie, semestinya menjadi momen bagi setiap pemerintah daerah untuk diterapkan di daerahnya berangkat dari kasus PSK Kalijodo. "Kalau beking yang kuat seperti di Kalijodo saja bisa digusur Pemprov DKI Jakarta, apalagi tempat-tempat yang lain. Sehingga nantinya tidak ada tempat bagi mereka untuk pindah dan dengan sendirinya mereka (PSK) akan punah pula. Artinya akan beralih profesi yang lebih halal dan legal," tandasnya. (ent)

0 komentar:

Post a Comment