BOGOR
-
Walikota Bogor Bima Arya dijadwalkan tiba di Bogor. Bima pulang tidak
dengan tangan hampa. Dia membawa oleh-oleh bantuan dari Provinsi
Hiroshima, Jepang, dan Japan International Cooperation Agency (JICA)
senilai 50 juta yen atau sekitar Rp5,8 miliar.
Namun, cenderamata ini mirip dengan kunjungan Bima ke Yokohama, Jepang, dan International Council for Local Environmental Initiatives (ICLEI) World Congress 2015 di Prancis. Di mana mereka juga menjanjikan bantuan untuk pemkot. Namun, hasilnya ternyata baru di atas kertas.
"Jadi, hasil kunjungan di Paris, ICLEI menyiapkan dana US$100 miliar yang akan dibagikan ke kota-kota untuk pendanaan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim," ujar Kasubbag Kerjasama Antar Daerah Dalam dan Luar Negeri pada Sekretariat Daerah (Setda) Kota Bogor, Rudiyana.
Dia menjelaskan, dalam perjalanan walikota ke Paris 2-9 Desember 2015 lalu, Bima menghadiri Konferensi Perubahan Iklim atau Conference of Parties (COP) 21, yang diselenggarakan ICLEI. Di mana dalam konferensi tersebut menghasilkan Paris Agreement (kesepakatan Paris). "Ini akan menggantikan Kyotoprotocol dan negara-negara yang hadir harus meratifikasinya," bebernya.
Dalam kesepakatan Paris, setiap walikota dari COP 21 menyepakati untuk membatasi perubahan iklim hingga 1,5 derajat Celsius, secara berkelanjutan dan adil. Selain itu, setiap lima tahun sekali, walikota secara kolektif harus melaporkan kemajuan penurunan emisi karbon. "Nah, atas komitmen itu, ICLEI menjanjikan dana untuk pengurangan emisi," ucapnya.
Dengan melakukan perjalanan dinas ke luar negeri, kata dia, pasti ada timbal balik bagi Kota Bogor. "Tanpa disadari, dengan segala kegiatan yang diikuti Kota Bogor, dengan berbagai pelatihan dan bantuan, jika dirupiahkan bisa mencapai lebih dari Rp3 miliar," paparnya.
Nah, pertanyaannya, apakah tawaran-tawaran bantuan itu sudah sampai di Kota Bogor? Kasubid Tata Ruang dan Lingkungan Hidup pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bogor, Naufal Isnaeni menjelaskan, untuk menyodorkan proposal bantuan, walikota terus melakukan koordinasi dengan sejumlah kota di luar negeri, salah satunya melalui ICLEI.
Dia menjelaskan, nantinya Kota Bogor akan menerima bantuan Rp1,5 miliar untuk pembangunan jalur sepeda. "Sebenarnya, rencana awal bantuan tersebut akan digunakan untuk pengadaan jalur transportasi dan penerangan jalan umum diubah menggunakan led. Tapi yang paling siap, kami mengajukan pembuatan jalur sepeda," paparnya.
Menurut dia, pemkot masih dalam proses pengajuan proposal menuju ke ICLEI Pusat, untuk selanjutnya diserahkan ke Pemkot Bogor melalui ICLEI Indonesia. "Kota Bogor sudah mengajukan ke ICLEI Indonesia, saat ini prosesnya sudah sampai pada ICLEI Indonesia mengajukan ke ICLEI Pusat," ucapnya.
Selain kerja sama dengan ICLEI, Pemkot Bogor juga melakukan kerja sama dengan National Institute for Environmental Studies (NIES) yang berpusat di Yokohama, Jepang. Di sana, pemkot juga melakukan kerja sama dalam lingkungan hidup untuk mengembangkan program Eco City.
Dalam kerja sama itu, pihak NIES memberikan bantuan berupa pemasangan alat pemantau pemanfaatan energi/listrik di beberapa bangunan di Kota Bogor. "Sebenarnya NIES ini memiliki kerja sama dengan IPB, lewat program Eco Kampus, namun IPB menyarankan untuk mengembangkan Eco City dengan Pemkot Bogor," jelasnya.
Alat dari Jepang itu sudah terpasang di sejumlah bangunan di Kota Bogor, seperti gedung DPRD Kota Bogor, Bappeda Kota Bogor, dan Kecamatan Tanahsareal. Selain itu, ada tiga unit alat yang dipasang di rumah warga dan satu unit di tempat perbelanjaan. "Ada enam alat yang baru selesai dipasang Minggu (14/2) lalu, dan itu pun belum berfungsi, masih menunggu software-nya dari Jepang," ucapnya.
Selain itu, ke depannya, pemkot juga akan meminta bantuan pemanfaatan energi untuk dipasang di dalam bus Transpakuan.
Sementara untuk perjalanan dinas ke Singapura, pemkot mencari referensi untuk penataan reklame di Kota Bogor. "Untuk membahas sampah visual, Kota Bogor memilih Singapura karena dianggap sudah mampu mengatasi sampah visual," kata dia.
Bahkan, saat ini pun walikota sedang berada di Provinsi Hiroshima, Jepang. Dan Japan International Cooperation Agency (JICA) berkomitmen memberikan bantuan senilai 50 juta yen atau sekitar Rp5,8 miliar kepada Pemkot Bogor. "Bantuan tersebut untuk melakukan upaya perbaikan kapasitas pengelolaan sampah dan kebersihan di Kota Bogor," ujar Naufal.
Ke depan, JICA dan pemkot akan melakukan kerja sama yang berkepanjangan untuk Kota Bogor. Selain mengirim perwakilan dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP). Pemkot juga akan mengirim masyarakat umum untuk mengikuti training pengelolaan sampah di Jepang. "Nah, untuk itu, pemkot sedang melakukan penjajakan dengan pemerintah Hiroshima," tegasnya.(ent)
0 komentar:
Post a Comment